Tuesday, February 4, 2025

Bab 47 : Our Glamour Time

 


Yeriko menghentikan mobilnya di halaman rumah. Ia mengambil payung yang ada di belakang kursinya karena hujan deras.

 

“Buat apa pakai payung?” tanya Yuna saat melihat Yeriko memegang sebuah payung.

 

“Hujannya deres banget. Walau udah di depan rumah, pasti basah.”

 

“Takut basah? Ini kan cuma hujan air. Kamu belum pernah main hujan?”

 

Yeriko mengernyitkan dahinya. “Aku bukan anak kecil.”

 

“Katanya ... ciuman di bawah air hujan itu jauh lebih romantis,” tutur Yuna sambil keluar dari mobil.

 

Yuna menarik lengan Yeriko dan mengajaknya berlari di tengah hujan. Awalnya, Yeriko sangat khawatir dengan kesehatan Yuna. Namun, ia ikut menikmati bermain di tengah hujan deras yang mengguyur.

 

“Yun, sudah main hujannya! Ntar sakit!” teriak Yeriko.

 

“Ayo ... tangkap aku!” seru Yuna sambil berlari.

 

Yeriko langsung mengejar Yuna. Yuna terus berlari menghindar. Yeriko tidak menyerah begitu saja, ia terus mengejar Yuna hingga ia bisa meraih lengan Yuna dan menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.

 

Yeriko langsung mengecup bibir Yuna, membuat Yuna tertegun sesaat.

 

“Sudah kan? Sekarang kita masuk!” pinta Yeriko.

 

Yuna tersenyum kecil. Ia berjinjit dan langsung membalas ciuman Yeriko.

 

Yeriko memeluk tubuh Yuna perlahan sembari menikmati ciuman hangat di tengah hujan. Ia merasa bibir Yuna jauh lebih manis dan membuatnya tak ingin berhenti mengulum dan menikmatinya.

 

“Ayo, kita masuk!” ajak Yeriko sambil mengangkat tubuh Yuna dan menggendongnya masuk ke dalam rumah. Mereka pergi mandi dan tidur bersama, saling manghangatkan dalam selimut.

 

Keesokan harinya ...

 

“Bagus nggak?” tanya Yuna sambil menatap tubuhnya di depan cermin.

 

Hari ini, Yuna akan menemani Yeriko pergi ke acara pertemuan bisnis tahunan. Yeriko sudah menyiapkan pakaian yang sangat mahal untuk Yuna. Juga perhiasan berharga ratusan juta.

 

“Cantik,” jawab Yeriko sambil berdiri di samping Yuna. Ia sudah terlihat rapi dengan setelan jas berwarna navy.

 

Yuna menoleh ke arah Yeriko. “Kamu juga ganteng banget!” puji Yuna.

 

Yeriko tersenyum kecil menatap Yuna.

 

“Aku tahu, ini sepatu edisi terbatas dengan harga selangit. Gimana kamu bisa dapetin ini?” tanya Yuna sambil mengeluarkan high heels dari dalam kotak dan memakainya. “Apa ini nggak pemborosan?”

 

Yeriko tersenyum kecil. Ia berjongkok dan membantu Yuna memakai sepatunya. “Kamu sekarang sudah jadi Nyonya Yeriko. Semua orang akan memperhatikan kamu. Sudah sepantasnya aku ngasih semua ini. Kita akan ketemu banyak pebisnis besar se-Asia dan Nyonya Ye harus terlihat sebagai wanita yang terhormat.”

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum. Ia merasa sangat senang karena bisa mengenakan pakaian dan perhiasan mahal. Jika tidak menikah dengan Yeriko, mungkin ia tidak akan pernah memakai baju mahal seumur hidupnya.

 

Usai bersiap, mereka bergegas menuju hotel tempat diadakannya acara pertemuan.

 

Saat di lobi, mereka berpapasan dengan Lian dan Bellina.

 

“Hai ...!” sapa Bellina sambil tersenyum ramah pada Yuna.

 

Yuna tersenyum sinis menanggapinya. “Senyummu jauh lebih jelek daripada marah-marah,” celetuk Yuna dalam hati.

 

“Nggak nyangka kalau bisa ketemu di tempat ini. Ini bukan pertemuan biasa. Pastinya, kamu bisa di sini karena nikmati harta kekayaan orang lain kan? Pegawai kecil kayak kamu, nggak mungkin bisa pakai pakaian mahal kalau bukan morotin harta orang lain,” bisik Bellina di telinga Yuna.

 

Yuna menarik napas dalam-dalam. Ia berusaha menahan diri agar tidak membuat keributan dan tetap menjaga nama baik suaminya. Ia memilih untuk tersenyum dan tidak terpancing dengan ucapan Bellina.

 

Bellina tersenyum sinis ke arah Yuna. “Kenapa? Kamu nggak bisa ngelak lagi kalau kamu memang sengaja memanfaatkan kekayaan orang lain.”

 

Yeriko tidak tahan mendengar ucapan Bellina. Ia tidak bisa melihat istrinya diperlakukan begitu rendah oleh saudaranya sendiri. Ia merangkul pinggang Yuna dan menatap tajam ke arah Bellina.

 

“Kamu pikir, kamu lebih baik dari Yuna?” Yeriko menatap Bellina. Wajah dinginnya berhasil membuat bibir Bellina membeku.

 

Lian memerhatikan tangan Yeriko yang melingkar di pinggang Yuna. Ia merasa sangat kesal melihat Yuna dan Yeriko. “Pak Yeriko, senang bertemu dengan Anda.” Lian tersenyum sambil mengulurkan tangannya ke arah Yeriko.

 

Yeriko menyembunyikan tangannya ke dalam kantong jas dan membuang wajahnya. Ia sama sekali tidak berminat menyentuh tangan Lian.

 

Lian menghela napas, ia menarik lengannya perlahan karena Yeriko tak kunjung menyambutnya.

 

Bellina semakin kesal dengan sikap Yeriko yang dingin dan angkuh. Ingin sekali ia memaku Yeriko, namun Lian menahannya agar tidak bertingkah.

 

“Hei, Yer!” sapa Lutfi sambil menepuk bahu Lutfi.

 

“Baru datang?” tanya Yeriko sambil menoleh ke arah Lutfi.

 

Lutfi mengangguk. Ia menoleh ke arah Wilian yang berdiri di hadapannya. “Li, ini calon istrimu?” tanya Lutfi sambil menahan tawa melihat Bellina yang berdiri di samping Lian.

 

“Kenapa? Ada masalah?”

 

Lutfi tersenyum kecil menanggapi pertanyaan Lian. “Aku pikir, kamu pria yang punya selesa tinggi. Ternyata, cuma segini doang?”

 

“Kamu ...!?” Bellina maju selangkah dan hampir menyerang Lutfi. Namun, dengan cepat Lian menahannya.

 

Lutfi tersenyum kecil menatap Bellina. “Heh!? Kamu nempel terus sama Lian, udah kayak lintah aja.”

 

Bellina membelalakkan matanya dan menatap kesal ke arah Lutfi.

 

“Kenapa? Kamu nempel terus sama Lian cuma mau menghisap kekayaan dia aja kan?”

 

Bellina terdiam. Ia tidak berani mengatakan sesuatu yang sudah bergumul dalam hatinya. Ia memilih untuk diam saat mengingat identitas Lutfi.

 

Yuna tersenyum kecil saat Bellina tidak bisa melawan Lutfi. Ia langsung menatap Bellina yang berdiri di depannya. “Kasihan banget sih, kamu. Bahkan orang luar aja bisa tahu siapa kamu sebenarnya,” celetuk Yuna.

 

Bellina terdiam, ia hanya bisa menahan emosi dalam dirinya karena Lutfi, Yeriko, dan Yuna bersama-sama menyerang dirinya.

 

Lian tidak bisa berkata-kata. Hampir semua orang mengatakan kalau Bellina hanya menipunya. Sengaja mendekati dirinya hanya karena harta. Hatinya kini mulai goyah, ia merasa sangat menyesal karena telah memilih Bellina.

 

Lian tak bisa mengalihkan pandangannya dari Yuna yang terlihat sangat cantik, elegan dan seksi.

 

“Masuk, yuk!” ajak Yeriko saat ia menyadari kalau Lian menatap Yuna dengan tatapan yang tak biasa. Ia langsung mengajak Yuna dan Lutfi untuk masuk ke aula pertemuan.

 

Bellina menyenggol lengan Lian yang masih menatap kepergian tiga orang yang berdiri di hadapannya. “Bisa nggak, nggak lihatin Yuna kayak gitu?” protesnya.

 

“Biasa aja,” sahut Lian. Ia teringat saat dirinya bersama dengan Yuna selama tujuh tahun, tapi ia belum pernah mencium Yuna. Kini, Yuna telah menjadi istri orang lain dan tidak akan pernah kembali lagi ke sisinya.

 

“Ayo, masuk!” ajak Bellina sambil merangkul lengan Lian. Mereka melangkah masuk ke aula, mengikuti Yuna dan Yeriko. Ia semakin kesal dan iri saat Yuna berhasil merebut perhatian semua orang yang ada di aula tersebut.

 

Di belakang Bellina dan Lian, ada sosok Chandra dan Amara yang juga tampil memukau. Hampir semua tamu sudah mengenal keduanya dan tidak terlalu suka dengan kehadiran Amara.

 

Yeriko dan Yuna berhasil menjadi pusat perhatian semua orang, ke mana pun mereka pergi, semua mata terfokus pada pasangan yang terlihat sangat serasi dan membuat semua orang iri.

 

“Malam, Pak Yeri!” sapa salah satu rekan bisnis Yeriko.

 

“Malam!” balas Yeriko tersenyum.

 

“Wah, sepertinya tahun ini ada yang baru!” sapa rekan lainnya sambil melirik Yuna yang ada di samping Yeriko.

 

Yeriko tersenyum. Ia mengerti maksud semua orang yang ada di depannya. “Perkenalkan, ini istri saya!” Yeriko langsung memperkenalkan Yuna pada semua orang yang ada di hadapannya.

 

“Istri? Wah, selamat!” Ucapan selamat untuk pernikahan Yuna dan Yeriko terus berdatangan. Hampir semua orang menyukai Yuna yang cantik, imut dan sangat elegan.

 

Setelah selesai berkenalan dengan beberapa rekan bisnis Yeriko, Yuna merasa sangat lega. Akhirnya, ia memiliki waktu untuk beristirahat. Yuna mengambil segelas anggur merah di atas meja dan memilih tempat untuk menyendiri. Sementara Yeriko masih sibuk membicarakan tentang bisnis dengan beberapa orang yang ada di tempat itu.

 

 ((Bersambung...))

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas