Yeriko
menghentikan mobilnya di halaman rumah. Ia mengambil payung yang ada di
belakang kursinya karena hujan deras.
“Buat
apa pakai payung?” tanya Yuna saat melihat Yeriko memegang sebuah payung.
“Hujannya
deres banget. Walau udah di depan rumah, pasti basah.”
“Takut
basah? Ini kan cuma hujan air. Kamu belum pernah main hujan?”
Yeriko
mengernyitkan dahinya. “Aku bukan anak kecil.”
“Katanya
... ciuman di bawah air hujan itu jauh lebih romantis,” tutur Yuna sambil
keluar dari mobil.
Yuna
menarik lengan Yeriko dan mengajaknya berlari di tengah hujan. Awalnya, Yeriko
sangat khawatir dengan kesehatan Yuna. Namun, ia ikut menikmati bermain di
tengah hujan deras yang mengguyur.
“Yun,
sudah main hujannya! Ntar sakit!” teriak Yeriko.
“Ayo
... tangkap aku!” seru Yuna sambil berlari.
Yeriko
langsung mengejar Yuna. Yuna terus berlari menghindar. Yeriko tidak menyerah
begitu saja, ia terus mengejar Yuna hingga ia bisa meraih lengan Yuna dan
menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.
Yeriko
langsung mengecup bibir Yuna, membuat Yuna tertegun sesaat.
“Sudah
kan? Sekarang kita masuk!” pinta Yeriko.
Yuna
tersenyum kecil. Ia berjinjit dan langsung membalas ciuman Yeriko.
Yeriko
memeluk tubuh Yuna perlahan sembari menikmati ciuman hangat di tengah hujan. Ia
merasa bibir Yuna jauh lebih manis dan membuatnya tak ingin berhenti mengulum
dan menikmatinya.
“Ayo,
kita masuk!” ajak Yeriko sambil mengangkat tubuh Yuna dan menggendongnya masuk
ke dalam rumah. Mereka pergi mandi dan tidur bersama, saling manghangatkan
dalam selimut.
Keesokan
harinya ...
“Bagus
nggak?” tanya Yuna sambil menatap tubuhnya di depan cermin.
Hari
ini, Yuna akan menemani Yeriko pergi ke acara pertemuan bisnis tahunan. Yeriko
sudah menyiapkan pakaian yang sangat mahal untuk Yuna. Juga perhiasan berharga
ratusan juta.
“Cantik,”
jawab Yeriko sambil berdiri di samping Yuna. Ia sudah terlihat rapi dengan
setelan jas berwarna navy.
Yuna
menoleh ke arah Yeriko. “Kamu juga ganteng banget!” puji Yuna.
Yeriko
tersenyum kecil menatap Yuna.
“Aku
tahu, ini sepatu edisi terbatas dengan harga selangit. Gimana kamu bisa dapetin
ini?” tanya Yuna sambil mengeluarkan high heels dari dalam kotak dan
memakainya. “Apa ini nggak pemborosan?”
Yeriko
tersenyum kecil. Ia berjongkok dan membantu Yuna memakai sepatunya. “Kamu
sekarang sudah jadi Nyonya Yeriko. Semua orang akan memperhatikan kamu. Sudah
sepantasnya aku ngasih semua ini. Kita akan ketemu banyak pebisnis besar
se-Asia dan Nyonya Ye harus terlihat sebagai wanita yang terhormat.”
Yuna
mengangguk sambil tersenyum. Ia merasa sangat senang karena bisa mengenakan
pakaian dan perhiasan mahal. Jika tidak menikah dengan Yeriko, mungkin ia tidak
akan pernah memakai baju mahal seumur hidupnya.
Usai
bersiap, mereka bergegas menuju hotel tempat diadakannya acara pertemuan.
Saat
di lobi, mereka berpapasan dengan Lian dan Bellina.
“Hai
...!” sapa Bellina sambil tersenyum ramah pada Yuna.
Yuna
tersenyum sinis menanggapinya. “Senyummu jauh lebih jelek daripada
marah-marah,” celetuk Yuna dalam hati.
“Nggak
nyangka kalau bisa ketemu di tempat ini. Ini bukan pertemuan biasa. Pastinya,
kamu bisa di sini karena nikmati harta kekayaan orang lain kan? Pegawai kecil
kayak kamu, nggak mungkin bisa pakai pakaian mahal kalau bukan morotin harta
orang lain,” bisik Bellina di telinga Yuna.
Yuna
menarik napas dalam-dalam. Ia berusaha menahan diri agar tidak membuat
keributan dan tetap menjaga nama baik suaminya. Ia memilih untuk tersenyum dan
tidak terpancing dengan ucapan Bellina.
Bellina
tersenyum sinis ke arah Yuna. “Kenapa? Kamu nggak bisa ngelak lagi kalau kamu
memang sengaja memanfaatkan kekayaan orang lain.”
Yeriko
tidak tahan mendengar ucapan Bellina. Ia tidak bisa melihat istrinya
diperlakukan begitu rendah oleh saudaranya sendiri. Ia merangkul pinggang Yuna
dan menatap tajam ke arah Bellina.
“Kamu
pikir, kamu lebih baik dari Yuna?” Yeriko menatap Bellina. Wajah dinginnya
berhasil membuat bibir Bellina membeku.
Lian
memerhatikan tangan Yeriko yang melingkar di pinggang Yuna. Ia merasa sangat
kesal melihat Yuna dan Yeriko. “Pak Yeriko, senang bertemu dengan Anda.” Lian
tersenyum sambil mengulurkan tangannya ke arah Yeriko.
Yeriko
menyembunyikan tangannya ke dalam kantong jas dan membuang wajahnya. Ia sama
sekali tidak berminat menyentuh tangan Lian.
Lian
menghela napas, ia menarik lengannya perlahan karena Yeriko tak kunjung
menyambutnya.
Bellina
semakin kesal dengan sikap Yeriko yang dingin dan angkuh. Ingin sekali ia
memaku Yeriko, namun Lian menahannya agar tidak bertingkah.
“Hei,
Yer!” sapa Lutfi sambil menepuk bahu Lutfi.
“Baru
datang?” tanya Yeriko sambil menoleh ke arah Lutfi.
Lutfi
mengangguk. Ia menoleh ke arah Wilian yang berdiri di hadapannya. “Li, ini
calon istrimu?” tanya Lutfi sambil menahan tawa melihat Bellina yang berdiri di
samping Lian.
“Kenapa?
Ada masalah?”
Lutfi
tersenyum kecil menanggapi pertanyaan Lian. “Aku pikir, kamu pria yang punya
selesa tinggi. Ternyata, cuma segini doang?”
“Kamu
...!?” Bellina maju selangkah dan hampir menyerang Lutfi. Namun, dengan cepat
Lian menahannya.
Lutfi
tersenyum kecil menatap Bellina. “Heh!? Kamu nempel terus sama Lian, udah kayak
lintah aja.”
Bellina
membelalakkan matanya dan menatap kesal ke arah Lutfi.
“Kenapa?
Kamu nempel terus sama Lian cuma mau menghisap kekayaan dia aja kan?”
Bellina
terdiam. Ia tidak berani mengatakan sesuatu yang sudah bergumul dalam hatinya.
Ia memilih untuk diam saat mengingat identitas Lutfi.
Yuna
tersenyum kecil saat Bellina tidak bisa melawan Lutfi. Ia langsung menatap
Bellina yang berdiri di depannya. “Kasihan banget sih, kamu. Bahkan orang luar
aja bisa tahu siapa kamu sebenarnya,” celetuk Yuna.
Bellina
terdiam, ia hanya bisa menahan emosi dalam dirinya karena Lutfi, Yeriko, dan
Yuna bersama-sama menyerang dirinya.
Lian
tidak bisa berkata-kata. Hampir semua orang mengatakan kalau Bellina hanya
menipunya. Sengaja mendekati dirinya hanya karena harta. Hatinya kini mulai
goyah, ia merasa sangat menyesal karena telah memilih Bellina.
Lian
tak bisa mengalihkan pandangannya dari Yuna yang terlihat sangat cantik, elegan
dan seksi.
“Masuk,
yuk!” ajak Yeriko saat ia menyadari kalau Lian menatap Yuna dengan tatapan yang
tak biasa. Ia langsung mengajak Yuna dan Lutfi untuk masuk ke aula pertemuan.
Bellina
menyenggol lengan Lian yang masih menatap kepergian tiga orang yang berdiri di
hadapannya. “Bisa nggak, nggak lihatin Yuna kayak gitu?” protesnya.
“Biasa
aja,” sahut Lian. Ia teringat saat dirinya bersama dengan Yuna selama tujuh
tahun, tapi ia belum pernah mencium Yuna. Kini, Yuna telah menjadi istri orang
lain dan tidak akan pernah kembali lagi ke sisinya.
“Ayo,
masuk!” ajak Bellina sambil merangkul lengan Lian. Mereka melangkah masuk ke
aula, mengikuti Yuna dan Yeriko. Ia semakin kesal dan iri saat Yuna berhasil
merebut perhatian semua orang yang ada di aula tersebut.
Di
belakang Bellina dan Lian, ada sosok Chandra dan Amara yang juga tampil
memukau. Hampir semua tamu sudah mengenal keduanya dan tidak terlalu suka
dengan kehadiran Amara.
Yeriko
dan Yuna berhasil menjadi pusat perhatian semua orang, ke mana pun mereka
pergi, semua mata terfokus pada pasangan yang terlihat sangat serasi dan
membuat semua orang iri.
“Malam,
Pak Yeri!” sapa salah satu rekan bisnis Yeriko.
“Malam!”
balas Yeriko tersenyum.
“Wah,
sepertinya tahun ini ada yang baru!” sapa rekan lainnya sambil melirik Yuna
yang ada di samping Yeriko.
Yeriko
tersenyum. Ia mengerti maksud semua orang yang ada di depannya. “Perkenalkan,
ini istri saya!” Yeriko langsung memperkenalkan Yuna pada semua orang yang ada
di hadapannya.
“Istri?
Wah, selamat!” Ucapan selamat untuk pernikahan Yuna dan Yeriko terus
berdatangan. Hampir semua orang menyukai Yuna yang cantik, imut dan sangat
elegan.
Setelah
selesai berkenalan dengan beberapa rekan bisnis Yeriko, Yuna merasa sangat
lega. Akhirnya, ia memiliki waktu untuk beristirahat. Yuna mengambil segelas
anggur merah di atas meja dan memilih tempat untuk menyendiri. Sementara Yeriko
masih sibuk membicarakan tentang bisnis dengan beberapa orang yang ada di
tempat itu.
((Bersambung...))
0 komentar:
Post a Comment