“Yer, aku lihat si Chandra sama Jheni makin deket aja,”
tutur Lutfi saat ia sedang makan siang bersama Yeriko di salah satu restoran
Jepang yang ada di pusat kota.
“Hmm ...” Yeriko menanggapi santai sambil menikmati makan
siangnya.
“Gimana kalau kita jodohin aja mereka? Aku lihat, Jheni
perhatian banget ke Chandra. Bukannya bagus kalau Chandra bisa move on. Lagian,
aku lihat si Jheni itu anaknya baik banget.”
“Biarkan aja mereka mendekat secara alami,” sahut Yeriko.
“Tapi, apa Chandra itu paham kalau Jheni suka sama dia?”
“Jheni suka sama Chandra?”
“Kelihatannya begitu.”
“Sok tahu!”
“Kalau nggak suka. Buat apa dia setiap hari ke rumah
sakit. Nganterin makanan buat Chandra, nemenin dia juga. Aku rasa, temen deket
pun nggak bakal perhatian banget kayak gitu kalau dia nggak ada rasa sama
sekali.”
Yeriko tidak merespon. Ia hanya mengangguk sambil
menikmati makanannya.
“Oh ya, aku lagi deket sama cewek. Mmh ... dia juga
temennya Kakak Ipar.”
“Oh
ya? Jheni?”
“Eh,
busyet! Jheni
lagi deket sama Chandra. Emangnya aku cowok apaan?”
“Trus? Siapa?”
“Namanya Icha. Satu departemen sama Kakak Ipar. Dia juga
akrab sama Kakak Ipar.”
“Oh ya? Gimana kalau kita makan bareng?”
“Kapan?” tanya Lutfi balik.
“Hmm ... kalian bisanya kapan?”
“Mmh ... ntar, aku tanya Icha dulu. Soalnya, dia agak susah dibawa jalan.”
“Kenapa?”
Lutfi menghela napas. “Nggak tahu. Selalu ada aja
alasannya.”
Yeriko tertawa kecil menanggapi ucapan Lutfi. “Kamu suka
sama dia?”
Lutfi menganggukkan kepala. “Tapi ... kok, dia nggak ngerespon ya? Emangnya aku kurang ganteng
ya? Kayaknya, dia nggak begitu tertarik sama aku.”
“Oh ya? Ada cewek yang nggak suka sama kamu?”
“Sialan! Nggak ada cewek yang nggak suka sama aku di
dunia ini. Aku pasti bisa bikin dia suka sama aku!” tegas Lutfi.
“Oh ya? Buktikan!”
“Tapi ...” Wajah Lutfi langsung lesu.
“Kenapa?” tanya Yeriko sambil menahan tawa.
“Ck, aku heran aja. Kenapa zaman kayak gini, masih ada
aja cewek yang susah dideketin sama cowok?”
“Zaman sekarang, nggak ada cewek baik yang percaya sama cowok kayak kamu,”
celetuk Yeriko.
“Aku? Ada yang salah sama aku?” tanya Lutfi.
“Kamu itu nggak pernah serius sama cewek.”
“Kali ini aku serius, Yer!” tegas Lutfi.
“Serius
apanya?”
“Serius
mau jadiin dia pacarku. Soalnya, dia itu anaknya baik banget. Nggak pernah pacaran dan nggak pernah
deket sama cowok lain. Cewek kayak gitu langka banget.”
“Ck, kalo dia lihat kelakuanmu yang suka deketin semua
cewek di bar. Apa dia mau sama kamu?”
“Sst ...! Jangan sampe dia tahu! Kalau dia mau nerima
aku, aku bakalan ninggalin semua cewek-cewek itu. Lagian, cewek bar itu kan
cuma buat hiburan doang.”
Yeriko tersenyum kecil. “Jadi, kamu mau ngejar dia?”
Lutfi menganggukkan kepala. “Gimana caranya bikin dia
suka sama aku ya?”
Yeriko mengedikkan bahunya.
“Eh, gimana caranya kamu bikin Kakak Ipar jatuh cinta
sama kamu?”
Yeriko tersenyum sambil menatap Lutfi. “Maksudnya, kamu
mau pakai caraku juga?”
Lutfi menganggukkan kepala.
“Aku langsung nikahin dia.”
“Eh!?” Lutfi melongo menatap Yeriko. “Kalian itu ...
beneran nggak pacaran?”
Yeriko menggelengkan kepala. “Aku langsung ngajak dia
nikah dan dia mau.”
Lutfi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Aku mana
berani ngajak nikah. Mau ngomong suka sama dia aja, udah keder duluan.”
Yeriko tak bisa menahan tawanya lagi.
“Kenapa malah ngetawain!” dengus Lutfi sambil menendang
kaki Yeriko.
“Baru ini kamu keder sama cewek. Biasanya ...”
“Huft, baru kali ini aku ketemu sama cewek baik, Yer. Mau
megang tangannya aja takut, apalagi mau nyium dia. Bantuin aku!”
“Bantu apaan?”
“Deketin Icha.”
“Kenapa nggak usaha sendiri?”
“Udah,
Yer. Tapi ... dia itu susah dideketin. Setiap aku ngomong serius, dikira bercanda mulu.”
“Kamu emang demen bercanda kan?”
“Iya. Tapi, kali ini aku serius. Aku mau nembak dia, Yer.”
“Terus?”
“Bantuin nyari idenya. Eh, minta bocoran sama Kakak
Ipar!”
“Bocoran apaan?”
“Apa yang disukai sama Icha.”
“Terus?”
“Aku
mau nembak dia, Yer! Kamu ini ngerti nggak sih!” sahut Lutfi mulai kesal karena
sikap Yeriko yang cuek.
“Ya,
tinggal ngomong aja!”
“Yee
... aku tuh maunya ngasih kejutan yang nggak akan terlupakan. Nembaknya di tempat yang
romantis dan suasana yang romantis. Harus bikin dia terharu dan nggak akan
pernah ngelupain aku selama hidupnya.”
“Kalo diterima, kalo ditolak?”
“Setidaknya, aku bakal jadi orang yang paling dikenang
dalam hidupnya. Ah, kamu ini ... malah bikin aku nge-down. Nggak ada gunanya
ngomong sama kamu. Aku mau minta bantuan Kakak Ipar aja.”
Yeriko tersenyum kecil. “Iya. Minta bantuan dia aja. Dia lebih kreatif soal beginian.”
Lutfi tersenyum menatap Yeriko. “Mmh ... gimana kalau
weekend ini, kita pergi ke Bali? Aku mau nembak Icha di sana. Menurut kamu
gimana?”
“Boleh juga.”
“Beneran?”
Yeriko menganggukkan kepala.
“Kalau gitu, aku harus minta tolong sama Kakak Ipar buat
bujuk si Icha liburan ke sana.”
“Kenapa nggak kamu sendiri yang ajak?”
“Aku
takut, Yer.”
“Takut
apa?”
“Dia itu ... diajak makan siang doang banyak alasannya.
Selalu bilang sibuk.”
Yeriko mengangguk-anggukkan kepala.
“Aku sengaja pilih weekend. Kalau Kakak Ipar yang ajak,
dia pasti mau keluar kalau Kakak Ipar yang ajak.”
Yeriko mengangguk-anggukkan kepala. “Nanti, aku bicarakan
sama Yuna.”
“Beneran?”
Yeriko menganggukkan kepala.
“Ah, akhirnya ...” Lutfi merasa sangat lega karena Yeriko
bersedia membantunya.
Yeriko tersenyum sambil menatap Lutfi. “Oh ya, Mama mau
ngadain pesta pernikahan aku sama Yuna.”
“Oh ya? Terus?” Lutfi terlihat sangat antusias mendengar
cerita dari Yeriko.
“Mmh ... abis acara pernikahan. Aku mau ajak dia bulan
madu. Kamu udah dapet tempatnya?”
“Astaga! Aku lupa, Yer. Ntar malam aku kirim ke kamu
beberapa tempat yang recomended.”
Yeriko menganggukkan kepala. “Mama juga udah atur
beberapa foto pre-wedding ke beberapa tempat, salah satunya di Bali.”
“Nggak ke luar negeri, Yer?”
Yeriko menggelengkan kepala. “Aku nggak bisa ninggalin
kerjaan terlalu lama. Kamu tahu, perempuan itu ribet banget. Sesuatu yang bisa
diselesaikan dalam satu jam, bisa jadi sepuluh jam.”
“Hahaha. Iya juga, sih. Tapi, selera Mama Rully itu
tinggi. Dia nggak akan ngelakuin sesuatu sembarangan. Pasti, dia bakal ngatur
sesempurna mungkin. Enak banget punya Mama kayak dia.”
“Enak apanya? Udah bawel, ribet, nggak mau kalah pula,”
sahut Yeriko.
Lutfi tertawa kecil. “Semua perempuan emang begitu, Yer.
Tapi ... mereka yang seperti itulah yang mewarnai hidup kita.”
Yeriko menatap lekat ke arah Lutfi. “Tumben, ngomongnya
sok bijak?”
Lutfi tersenyum kecil. “Emangnya aku nggak boleh
berubah?” Ia bangkit dari tempat duduk. “Bayarin ya! Aku masih ada urusan,”
pinta Lutfi. Ia bergegas meninggalkan Yeriko.
Yeriko tersenyum kecil sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya. Ia merasa, Lutfi memang sedikit berubah. Tak banyak berulah dan
bercanda seperti biasanya.
Yeriko merasa sangat senang karena dua sahabat baiknya
kini dekat dengan teman baik istrinya. Ia merasa hal ini sangat baik
untuk hubungan mereka ke depannya.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment