Thursday, January 23, 2025

Bab 8 - My Hero is My Passion

 


Yuna memejamkan mata, terbayang semua penderitaan yang telah ia alami. Ibu dan ayahnya yang kecelakaan sebelas tahun lalu. Wajah Lian yang mengkhianatinya. Ayah yang masih terbaring tak berdaya di rumah sakit.

 

“Nggak! Aku nggak boleh nyerah gitu aja! Aku nggak akan menghabiskan sisa hidupku sama tua bangka ini!” Yuna langsung membuka mata.

 

Lukman tersenyum penuh gairah menatap Yuna.

 

Tanpa pikir panjang, Yuna langsung mencakar Lukman dengan kuku-kuku panjangnya.

 

“Aargh ...!” Lukman mengerang, menahan rasa sakit di lehernya.

 

Yuna langsung mendorong tubuh Lukman dan melompat dari atas ranjang tidur.

 

“Kurang ajar! Dasar perempuan sundel!” seru Lukman sambil mengejar Yuna.

 

Yuna terus memberontak. “Aku nggak akan nyerah gitu aja, Bajingan Tua!” teriaknya.

 

Lukman makin naik pitam. Ia langsung menampar pipi Yuna.

 

Yuna terdiam saat tamparan keras menghantam wajahnya. Ia hanya bisa merintih kesakitan.

 

Lukman tergelak melihat Yuna yang bergeming bersandar di dinding. “Akhirnya kamu nyerah juga, hah!? Ia menekan tubuh Yuna dan menanggalkan jas milik Yuna.

 

Yuna menundukkan kepala. Tangannya berusaha meraih botok anggur saat Lukman mengendus bahunya.

 

BUG ...!

 

Yuna mengayunkan botol anggur sekuat tenaga ke kepala Lukman.

 

Lukman langsung tersungkur di lantai.

 

Yuna segera berlari keluar dari kamar untuk menyelamatkan diri. Ia tak lagi peduli dengan sesuatu yang akan terjadi besok.

 

BRUG ...!” Yuna menabrak seorang pria bertubuh tinggi saat ia berhasil keluar dari kamar hotel.

 

“Kamu ...?” Yuna mengerutkan dahi menatap wajah pria itu.

 

“Pak Yeri, tolong aku!” Yuna menarik lengan Yeriko. Tubuhnya gemetar dan matanya basah.

 

“Pak? Emangnya aku kelihatan udah tua banget?” sahut Yeri.

 

“Ya, terserah aja. Aku butuh bantuan kamu. Please!” Yuna memohon.

 

Yeriko mengerutkan kening menatap mata Yuna yang sayu.

 

“Please! Save me!” bisik Yuna sambil menengadahkan kepala menatap Yeriko. Ia memijat kepalanya terasa berdenyut.

 

“Kamu nggak lagi akting kan?” tanya Yeriko sambil menatap lengan Yuna yang sudah bersandar di dadanya.

 

Yuna menggeleng pelan. “Bajingan tua itu ngasih obat di minuman aku.” Suara Yuna hampir tak terdengar.

 

Yeriko mengangkat kedua alisnya. Ia langsung merangkul Yuna dan memapah gadis itu perlahan.

 

“Berhenti!” teriak Direktur Lukman.

 

Yeriko menghentikan langkahnya dan berbalik menatap lelaki tua yang mengenakan kemeja tanpa dikancing.

 

“Jangan berani ikut campur urusanku! Serahin gadis itu!” pinta Direktur Lukman.

 

Yeriko menatap dingin ke arah Lukman tanpa mengatakan apa pun.

 

Yuna semakin gemetar. Gigi-giginya saling bertautan. Ia bersembunyi di balik tubuh Yeriko.

 

“Dia milikku!” sahut Yeriko.

 

“Nggak mungkin! Aku sudah beli dia dengan harga mahal untuk malam ini. Dasar perempuan jalang! Kamu bakal ngerasain akibatnya kalau berani ngelawan aku!” seru Lukman.

 

Yuna menggelengkan kepala. Dari sudut matanya, keluar tetesan air mata penderitaan.

 

“Aku nggak terima uang dari kamu sepeser pun. Harusnya kamu tiduri nenek sihir itu! Dia yang udah ambil uang dari kamu!” seru Yuna.

 

“Kamu ...!?” Lukman menunjuk tubuh Yuna. Ia makin naik pitam mendengar ucapan Yuna. “Berani-beraninya kamu ngelawan aku!” Ia berusaha menerobos tubuh Yeriko dan menarik lengan Yuna.

 

“Lepasin!” teriak Yuna yang masih setengah sadar.

 

Yeriko mencengkeram lengan Lukman. “Jangan sentuh dia sedikit pun!” Ia langsung memutar lengan Lukman dan menendang perut laki-laki tua itu.

 

Lukman tersungkur di lantai. “Bedebah kalian! Aku pasti balas apa yang kalian lakukan hari ini! Dan kamu ...!” Lukman menunjuk Yuna. “Aku nggak akan ngelepasin kamu! Kamu bakal tahu akibatnya!” ancamnya.

 

Yeriko tersenyum sinis menatap Lukman. “Kita lihat, siapa yang akan berlutut dengan siapa!?”

 

“Pak ...!” Angga, Manager Hotel langsung menghampiri Yeriko. Ia berbisik ke telinga Yeriko.

 

“Bawa pergi dari sini. Jangan biarkan dia masuk ke hotel ini lagi!”

 

Angga menganggukkan kepala. Ia memerintahkan anak buahnya untuk mengusir Direktur Lukman.

 

“Aku pasti balas apa yang sudah kalian lakukan hari ini!” teriak Lukman. Lukman semakin kesal karena diperlakukan sangat rendah oleh Yeriko. Bahkan, pemuda itu mampu mengusirnya keluar dari hotel.

 

Yeriko tersenyum kecil menatap kepergian Lukman yang digandeng oleh dua satpam hotel. Ia berbalik dan menatap Yuna.

 

“Kamu baik-baik aja?” tanya Yeriko sambil menyentuh pundak Yuna.

 

Yuna menepiskan tangan Yeriko. Perasaannya semakin tak karuan. Ia menyandarkan tubuhnya sejenak di dinding. Kemudian berjalan merayap agar tubuhnya tidak terjatuh. Kepalanya semakin pusing dan tubuhnya semakin panas.

 

Yeriko mengikuti langkah Yuna dari belakang. Tangannya siap siaga menangkap tubuh Yuna yang terhuyung.

 

Yuna menghentikan langkahnya.  Ia menoleh ke arah Yeriko yang berdiri di sebelahnya.

 

“Aku antar kamu pulang. Rumah kamu di mana?” tanya Yeriko.

 

Yuna tersenyum menatap Yeriko. “Bawa aku!” pintanya dengan tatapan sayu.

 

Yunq merasa tubuhnya semakin panas. “Aargh ...!” teriak Yuna sambil merobek pakaiannya sendiri.

 

Yeriko membelalakkan matanya saat melihat Yuna yang tiba-tiba merobek pakaiannya sendiri. “Obatnya mulai bereaksi?” gumamnya.

 

Yeriko melepas jasnya dan menutup tubuh Yuna.

 

Yuna langsung menjatuhkan jas Yeriko. “Panas!” Ia mendorong tubuh Yeriko sampai bersandar ke dinding.

 

Yeriko menelan ludah saat Yuna menatapnya begitu dekat.

 

“Kamu ganteng banget!” tutur Yuna sambil menangkup wajah Yeriko. “Mau nemenin aku malam ini?” Yuna mengendus leher Yeriko.

 

Yeriko langsung menahan pundak Yuna dan menjauhkan tubuhnya. Ia balik menekan tubuh Yuna ke dinding. “Jangan banyak tingkah!” serunya.

 

Yeriko menundukkan tubuhnya untuk mengambil jas yang dijatuhkan oleh Yuna.

 

Yuna terus bertingkah dan sangat agresif.

 

Yeriko berusaha keras memakaikan jasnya ke tubuh Yuna.

 

“Panas!” teriak Yuna berusaha menarik jas dari tubuhnya.

 

“Kamu mau telanjang di depaj semua orang!?” seru Yeriko kesal.

 

Yuna tersenyum kecil. Tangannya langsung menarik tengkuk Yeriko dan menciumnya.

 

“Kamu gila ya!” seru Yeriko sambil mendorong tubuh Yuna. Ia menghela napas sejenak. “Nggak ada gunanya berdebat sama cewek yang lagi dikendalikan sama obat,” celetuknya kesal.

 

“Mmh ...!” Yuna terus menarik tubuh Yeriko dan bergelayut manja.

 

“Huft ... orang itu ngasih kamu obat apa sih? Kenapa sampe seagresif ini?”

 

“Hah!?” Yuna tidak bisa mendengar dengan baik ucapan Yeriko. “Kamu mau nemenin aku kan?” tanyanya sambil menarik dasi Yeriko dan menciumnya lagi.

 

Yeriko menarik napas dalam-dalam. Ia laki-laki normal, hanya saja berusaha menahan diri untuk tidak memanfaatkan Yuna. “Kalau dia kayak gini terus, apa aku bisa tahan?” batinnya.

 

“Heh!? Kenapa diem aja? Apa aku nggak menarik?” tanya Yuna. Ia berusaha melepas kancing jasnya.

 

Yeriko menggelengkan kepala. Ia langsung memeluk tubuh Yuna agar tidak semakin bertingkah.

 

Yuna tersenyum sambil meniup telinga Yeriko.

 

Yeriko terdiam saat Yuna meniup telinganya beberapa kali. Angin kecil yang berhembus di telinganya langsung merasuk ke dalam jantungnya. Mengalir ke seluruh darahnya dan membuat Yeriko tak bisa menahan diri. Ia langsung melumat bibir Yuna yang basah.

 

Yuna begitu bergairah karena pengaruh obat.

 

Yeriko tersadar dan menghentikan ciumannya. Ia langsung memeluk Yuna dan membawanya turun.

 

Yeriko merogoh ponsel dan langsung menelepon asistennya. “Yan, kita pulang sekarang! Aku tunggu di lobi.”

 

“Siap, Bos!”

 

Yeriko langsung mematikan panggilan teleponnya. Ia masuk ke dalam lift, membawa Yuna turun ke lobi hotel.

 

“Bos, ada apa ini? Dia kenapa lagi?” tanya Riyan sambil menatap Yuna yang sudah mengenakan jas milik bosnya itu.

 

“Kita pulang sekarang!” sahut Yeriko.

 

Riyan menganggukkan kepala. Ia meraih lengan Yuna untuk membantu memapah gadis itu.

 

Yeriko membelalakkan matanya dan langsung menepis lengan Riyan. “Siapa yang suruh kamu sentuh dia!?” sentaknya.

 

“Eh!?” Riyan melongo. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Biasanya Bos nggak mau ngurusin perempuan dan nyerahin ke aku? Kenapa hari ini?” gumam Riyan dalam hati. Ia tersenyum senang melihat bosnya yang memperlakukan Yuna secara spesial.

 

Riyan bergegas keluar dari lobi dan membukakan pintu mobil untuk atasannya.

 

Yeriko langsung membawa Yuna masuk ke dalam mobil.

 

“Cepet jalannya!” pinta Yeriko.

 

Riyan menganggukkan kepala. Ia bergegas melajukan mobilnya.

 

Yeriko memeluk tubuh Yuna sangat erat agar tidak bertingkah lagi di dalam mobil.

 

“Kenapa panas banget?” gumam Yuna sambil melepas kancing jasnya.

 

Yeriko menahan tangan Yuna dan memperbaiki kancing jas yang sudah terlepas. Membuatnya bisa melihat dada Yuna yang indah.

 

“Yan, full-in AC-nya!” seru Yeriko.

 

Riyan langsung mengerjakan yanh diperintahkan bosnya tanpa banyak bertanya.

 

Yuna mendorong tubuh Yeriko ke sudut mobil dan menaiki tubuh Yeriko.

 

Riyan melirik dua orang di belakangnya melalui spion sambil menahan tawa.

 

“Aargh ...!” Yeriko berusaha menyingkirkan Yuna dari tubuhnya.

 

Yuna terhuyung. Ia menarik dasi Yeriko. Mereka berciuman tanpa sengaja. Namun, birahi yang sedang menguasai Yuna membuatnya mencium Yeriko dengan liar.

 

Yeriko tak bisa menahan diri. Ia menggenggam tangan Yuna agar tak semakin bertingkah. Kemudian, balas melumat bibir Yuna selama beberapa menit sampai gadis itu bisa merasakan kepuasan dan berhenti bertingkah agresif.

 

 

 

(( Bersambung ... ))

Terima kasih sudah menjadi sahabat bercerita. Jangan lupa ajak author berinteraksi lewat kolom komentar supaya author nggak merasa kesepian terus. Meski jarang dibalas, tapi selalu dibaca dan  jadi moodbooster buat author, loh.

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas