Yuna memejamkan mata,
terbayang semua penderitaan yang telah ia alami. Ibu dan ayahnya yang
kecelakaan sebelas tahun lalu. Wajah Lian yang mengkhianatinya. Ayah yang masih
terbaring tak berdaya di rumah sakit.
“Nggak! Aku nggak boleh
nyerah gitu aja! Aku nggak akan menghabiskan sisa hidupku sama tua bangka ini!”
Yuna langsung membuka mata.
Lukman tersenyum penuh
gairah menatap Yuna.
Tanpa pikir panjang,
Yuna langsung mencakar Lukman dengan kuku-kuku panjangnya.
“Aargh ...!” Lukman
mengerang, menahan rasa sakit di lehernya.
Yuna langsung mendorong
tubuh Lukman dan melompat dari atas ranjang tidur.
“Kurang ajar! Dasar
perempuan sundel!” seru Lukman sambil mengejar Yuna.
Yuna terus memberontak.
“Aku nggak akan nyerah gitu aja, Bajingan Tua!” teriaknya.
Lukman makin naik
pitam. Ia langsung menampar pipi Yuna.
Yuna terdiam saat
tamparan keras menghantam wajahnya. Ia hanya bisa merintih kesakitan.
Lukman tergelak melihat
Yuna yang bergeming bersandar di dinding. “Akhirnya kamu nyerah juga, hah!? Ia
menekan tubuh Yuna dan menanggalkan jas milik Yuna.
Yuna menundukkan
kepala. Tangannya berusaha meraih botok anggur saat Lukman mengendus bahunya.
BUG ...!
Yuna mengayunkan botol
anggur sekuat tenaga ke kepala Lukman.
Lukman langsung
tersungkur di lantai.
Yuna segera berlari
keluar dari kamar untuk menyelamatkan diri. Ia tak lagi peduli dengan sesuatu
yang akan terjadi besok.
BRUG ...!” Yuna
menabrak seorang pria bertubuh tinggi saat ia berhasil keluar dari kamar hotel.
“Kamu ...?” Yuna
mengerutkan dahi menatap wajah pria itu.
“Pak Yeri, tolong aku!”
Yuna menarik lengan Yeriko. Tubuhnya gemetar dan matanya basah.
“Pak? Emangnya aku
kelihatan udah tua banget?” sahut Yeri.
“Ya, terserah aja. Aku
butuh bantuan kamu. Please!” Yuna memohon.
Yeriko mengerutkan
kening menatap mata Yuna yang sayu.
“Please! Save me!”
bisik Yuna sambil menengadahkan kepala menatap Yeriko. Ia memijat kepalanya
terasa berdenyut.
“Kamu nggak lagi akting
kan?” tanya Yeriko sambil menatap lengan Yuna yang sudah bersandar di dadanya.
Yuna menggeleng pelan.
“Bajingan tua itu ngasih obat di minuman aku.” Suara Yuna hampir tak terdengar.
Yeriko mengangkat kedua
alisnya. Ia langsung merangkul Yuna dan memapah gadis itu perlahan.
“Berhenti!” teriak
Direktur Lukman.
Yeriko menghentikan
langkahnya dan berbalik menatap lelaki tua yang mengenakan kemeja tanpa
dikancing.
“Jangan berani ikut
campur urusanku! Serahin gadis itu!” pinta Direktur Lukman.
Yeriko menatap dingin
ke arah Lukman tanpa mengatakan apa pun.
Yuna semakin gemetar.
Gigi-giginya saling bertautan. Ia bersembunyi di balik tubuh Yeriko.
“Dia milikku!” sahut
Yeriko.
“Nggak mungkin! Aku
sudah beli dia dengan harga mahal untuk malam ini. Dasar perempuan jalang! Kamu
bakal ngerasain akibatnya kalau berani ngelawan aku!” seru Lukman.
Yuna menggelengkan
kepala. Dari sudut matanya, keluar tetesan air mata penderitaan.
“Aku nggak terima uang
dari kamu sepeser pun. Harusnya kamu tiduri nenek sihir itu! Dia yang udah
ambil uang dari kamu!” seru Yuna.
“Kamu ...!?” Lukman
menunjuk tubuh Yuna. Ia makin naik pitam mendengar ucapan Yuna.
“Berani-beraninya kamu ngelawan aku!” Ia berusaha menerobos tubuh Yeriko dan
menarik lengan Yuna.
“Lepasin!” teriak Yuna
yang masih setengah sadar.
Yeriko mencengkeram
lengan Lukman. “Jangan sentuh dia sedikit pun!” Ia langsung memutar lengan
Lukman dan menendang perut laki-laki tua itu.
Lukman tersungkur di
lantai. “Bedebah kalian! Aku pasti balas apa yang kalian lakukan hari ini! Dan
kamu ...!” Lukman menunjuk Yuna. “Aku nggak akan ngelepasin kamu! Kamu bakal
tahu akibatnya!” ancamnya.
Yeriko tersenyum sinis
menatap Lukman. “Kita lihat, siapa yang akan berlutut dengan siapa!?”
“Pak ...!” Angga,
Manager Hotel langsung menghampiri Yeriko. Ia berbisik ke telinga Yeriko.
“Bawa pergi dari sini.
Jangan biarkan dia masuk ke hotel ini lagi!”
Angga menganggukkan
kepala. Ia memerintahkan anak buahnya untuk mengusir Direktur Lukman.
“Aku pasti balas apa
yang sudah kalian lakukan hari ini!” teriak Lukman. Lukman semakin kesal karena
diperlakukan sangat rendah oleh Yeriko. Bahkan, pemuda itu mampu mengusirnya
keluar dari hotel.
Yeriko tersenyum kecil
menatap kepergian Lukman yang digandeng oleh dua satpam hotel. Ia berbalik dan
menatap Yuna.
“Kamu baik-baik aja?”
tanya Yeriko sambil menyentuh pundak Yuna.
Yuna menepiskan tangan
Yeriko. Perasaannya semakin tak karuan. Ia menyandarkan tubuhnya sejenak di
dinding. Kemudian berjalan merayap agar tubuhnya tidak terjatuh. Kepalanya
semakin pusing dan tubuhnya semakin panas.
Yeriko mengikuti
langkah Yuna dari belakang. Tangannya siap siaga menangkap tubuh Yuna yang
terhuyung.
Yuna menghentikan
langkahnya. Ia menoleh ke arah Yeriko
yang berdiri di sebelahnya.
“Aku antar kamu pulang.
Rumah kamu di mana?” tanya Yeriko.
Yuna tersenyum menatap
Yeriko. “Bawa aku!” pintanya dengan tatapan sayu.
Yunq merasa tubuhnya
semakin panas. “Aargh ...!” teriak Yuna sambil merobek pakaiannya sendiri.
Yeriko membelalakkan
matanya saat melihat Yuna yang tiba-tiba merobek pakaiannya sendiri. “Obatnya
mulai bereaksi?” gumamnya.
Yeriko melepas jasnya
dan menutup tubuh Yuna.
Yuna langsung
menjatuhkan jas Yeriko. “Panas!” Ia mendorong tubuh Yeriko sampai bersandar ke
dinding.
Yeriko menelan ludah
saat Yuna menatapnya begitu dekat.
“Kamu ganteng banget!”
tutur Yuna sambil menangkup wajah Yeriko. “Mau nemenin aku malam ini?” Yuna
mengendus leher Yeriko.
Yeriko langsung menahan
pundak Yuna dan menjauhkan tubuhnya. Ia balik menekan tubuh Yuna ke dinding.
“Jangan banyak tingkah!” serunya.
Yeriko menundukkan
tubuhnya untuk mengambil jas yang dijatuhkan oleh Yuna.
Yuna terus bertingkah dan sangat agresif.
Yeriko berusaha keras
memakaikan jasnya ke tubuh Yuna.
“Panas!” teriak Yuna
berusaha menarik jas dari tubuhnya.
“Kamu mau telanjang di
depaj semua orang!?” seru Yeriko kesal.
Yuna tersenyum kecil.
Tangannya langsung menarik tengkuk Yeriko dan menciumnya.
“Kamu gila ya!” seru
Yeriko sambil mendorong tubuh Yuna. Ia menghela napas sejenak. “Nggak ada
gunanya berdebat sama cewek yang lagi dikendalikan sama obat,” celetuknya
kesal.
“Mmh ...!” Yuna terus
menarik tubuh Yeriko dan bergelayut manja.
“Huft ... orang itu
ngasih kamu obat apa sih? Kenapa sampe seagresif ini?”
“Hah!?” Yuna tidak bisa
mendengar dengan baik ucapan Yeriko. “Kamu mau nemenin aku kan?” tanyanya
sambil menarik dasi Yeriko dan menciumnya lagi.
Yeriko menarik napas
dalam-dalam. Ia laki-laki normal, hanya saja berusaha menahan diri untuk tidak memanfaatkan
Yuna. “Kalau dia kayak gini terus, apa aku bisa tahan?” batinnya.
“Heh!? Kenapa diem aja?
Apa aku nggak menarik?” tanya Yuna. Ia berusaha melepas kancing jasnya.
Yeriko menggelengkan
kepala. Ia langsung memeluk tubuh Yuna agar tidak semakin bertingkah.
Yuna tersenyum sambil
meniup telinga Yeriko.
Yeriko terdiam saat
Yuna meniup telinganya beberapa kali. Angin kecil yang berhembus di telinganya
langsung merasuk ke dalam jantungnya. Mengalir ke seluruh darahnya dan membuat
Yeriko tak bisa menahan diri. Ia langsung melumat bibir Yuna yang basah.
Yuna begitu bergairah
karena pengaruh obat.
Yeriko tersadar dan
menghentikan ciumannya. Ia langsung memeluk Yuna dan membawanya turun.
Yeriko merogoh ponsel
dan langsung menelepon asistennya. “Yan, kita pulang sekarang! Aku tunggu di
lobi.”
“Siap, Bos!”
Yeriko langsung
mematikan panggilan teleponnya. Ia masuk ke dalam lift, membawa Yuna turun ke
lobi hotel.
“Bos, ada apa ini? Dia
kenapa lagi?” tanya Riyan sambil menatap Yuna yang sudah mengenakan jas milik
bosnya itu.
“Kita pulang sekarang!”
sahut Yeriko.
Riyan menganggukkan
kepala. Ia meraih lengan Yuna untuk membantu memapah gadis itu.
Yeriko membelalakkan
matanya dan langsung menepis lengan Riyan. “Siapa yang suruh kamu sentuh dia!?”
sentaknya.
“Eh!?” Riyan melongo.
Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Biasanya Bos nggak mau ngurusin
perempuan dan nyerahin ke aku? Kenapa hari ini?” gumam Riyan dalam hati. Ia
tersenyum senang melihat bosnya yang memperlakukan Yuna secara spesial.
Riyan bergegas keluar
dari lobi dan membukakan pintu mobil untuk atasannya.
Yeriko langsung membawa
Yuna masuk ke dalam mobil.
“Cepet jalannya!” pinta
Yeriko.
Riyan menganggukkan
kepala. Ia bergegas melajukan mobilnya.
Yeriko memeluk tubuh
Yuna sangat erat agar tidak bertingkah lagi di dalam mobil.
“Kenapa panas banget?”
gumam Yuna sambil melepas kancing jasnya.
Yeriko menahan tangan
Yuna dan memperbaiki kancing jas yang sudah terlepas. Membuatnya bisa melihat
dada Yuna yang indah.
“Yan, full-in AC-nya!”
seru Yeriko.
Riyan langsung
mengerjakan yanh diperintahkan bosnya tanpa banyak bertanya.
Yuna mendorong tubuh
Yeriko ke sudut mobil dan menaiki tubuh Yeriko.
Riyan melirik dua orang
di belakangnya melalui spion sambil menahan tawa.
“Aargh ...!” Yeriko
berusaha menyingkirkan Yuna dari tubuhnya.
Yuna terhuyung. Ia
menarik dasi Yeriko. Mereka berciuman tanpa sengaja. Namun, birahi yang sedang
menguasai Yuna membuatnya mencium Yeriko dengan liar.
Yeriko tak bisa menahan
diri. Ia menggenggam tangan Yuna agar tak semakin bertingkah. Kemudian, balas
melumat bibir Yuna selama beberapa menit sampai gadis itu bisa merasakan
kepuasan dan berhenti bertingkah agresif.
Terima
kasih sudah menjadi sahabat bercerita. Jangan lupa ajak author berinteraksi lewat
kolom komentar supaya author nggak merasa kesepian terus. Meski jarang dibalas,
tapi selalu dibaca dan jadi moodbooster
buat author, loh.
Much
Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment