“Hah!? Hari ini juga?” tanya Yuna. Ia tidak menyangka
kalau Yeriko akan membawanya menemui keluarganya secepat ini.
Yeriko menganggukkan kepala.
“Kenapa mendadak? Aku harus gimana? Aku bawain apa buat
kakek dan mama kamu? Kira-kira, mereka bakal suka atau nggak sama aku? Kalau
mereka nggak suka, aku harus gimana? Aku takut banget!” cerocos Yuna.
Yeriko tersenyum kecil sambil menyuap makanan ke
mulutnya. “Kenapa harus sepanik ini? Bukannya kita udah nikah? Apa yang kamu
khawatirkan?”
“Mmh ...” Yuna meremas tangannya sendiri.
“Habiskan dulu sarapannya!” pinta Yeriko. “Hari ini, kita
ketemu sama keluarga kita. Kita temui ayah dan almarhum ibu kamu. Terus, kita
ke rumah keluargaku.”
Usai sarapan pagi, Yeriko mengajak Yuna untuk menemui
ayahnya yang masih terbaring di rumah sakit.
“Ayah, hari ini aku mau nemuin keluarga Yeriko. Kami
sudah menikah dan hidup bahagia. Ayah doakan supaya mamanya Yeri suka sama aku
ya! Seperti ayah menyukai Yeri. Dia ... suami yang baik dan tampan. Ayah suka
dia kan?” tanya Yuna sambil menatap wajah ayahnya.
Yeriko ikut tersenyum mendengar ucapan Yuna. Ia
menggenggam tangan Yuna. “Ayah, aku pasti menjaga dia dengan baik. Ayah tidak
perlu khawatir. Istirahatlah dengan baik dan cepat sembuh!”
Yuna menatap Yeriko penuh kehangatan.
“Ayah, masih banyak urusan yang harus kami lakukan hari
ini. Ayah baik-baik di sini. Cepet sembuh ya!” Yuna mengecup punggung tangan
ayahnya.
Usai mengunjungi ayahnya, Yuna mengajak Yeriko pergi ke
tempat peristirahatan ibunya.
Begitu sampai di makam, Yuna dan Yeriko membersihkan
makam sembari mengirim sebait doa untuk ibu Yuna.
“Bunda ... aku rindu,” bisik Yuna dalam hati dengan mata
berkaca-kaca. Ia tak bisa menahan air matanya jatuh saat mengingat kejadian
sebelas tahun lalu dan semua kenangan masa kecilnya bersama ibunya.
Yeriko langsung merengkuh tubuh Yuna dan mengajaknya
pulang. “Ayo, kita pulang!” ajaknya. Terlalu lama berada di makam, akan membuat
kesedihan Yuna semakin banyak. Ia tidak ingin melihat istrinya terlarut dalam penderitaan
masa lalunya.
“Ke mana lagi, Bos?” tanya Riyan saat mereka sudah berada
di dalam mobil.
“Ke rumah Kakek,” jawab Yeriko.
“Hah!?” Riyan langsung menoleh ke belakang.
“Kenapa?” tanya Yuna sambil menatap Riyan.
“Eh!? Nggak papa,” jawab Riyan sambil mengelus
tengkuknya. Ia langsung menyalakan mesin mobil dan bergegas pergi ke rumah
Keluarga Yeriko.
Sesampainya
di rumah keluarga Yeriko. Yuna tertegun melihat rumah keluarga Yeriko yang sangat megah. “Ini ...
rumah atau mall?” batin Yuna.
Riyan tak bergerak dari tempat duduknya meski Yuna dan
Yeriko sudah keluar dari mobil.
“Riyan nggak diajak masuk?” tanya Yuna.
Yeriko mengedikkan bahunya. Ia menoleh ke arah Riyan yang
masih bergeming di tempatnya.
Yuna langsung menghampiri Riyan. “Nggak mau masuk?”
“Nanti saya nyusul Nyonya,” jawab Riyan sambil meringis.
“Oke.”
Yuna dan Yeriko langsung masuk ke dalam rumah. Yuna
menarik napas beberapa kali, perasaannya semakin tak karuan. Telapak tangannya
tiba-tiba berkeringat. Ia langsung menggenggam tangan Yeriko.
“Aku nervous,” bisik Yuna.
Yeriko tersenyum sambil mengelus punggung tangan Yuna.
“Semua akan baik-baik aja! Kamu pasti suka di rumah ini.”
“Eh!?”
Yeriko langsung merangkul pinggang Yuna dan mengajaknya
bertemu dengan Nurali Hadikusuma, Presdir Galaxy Group sekaligus seseorang yang
berpangkat tinggi dan cukup disegani di dunia militer.
“Kakek ...!” sapa Yeriko begitu mereka sampai di halaman
belakang, tempat kakek Yeriko biasa menghabiskan waktunya untuk bersantai.
Nurali bangkit dari tempat duduk dan menatap dua orang
yang kini ada di hadapannya.
Yuna tersenyum manis ke arah Nurali. “Selamat pagi,
Kakek!” sapanya. “Perkenalkan, nama saya Fristi Ayuna Linandar, biasa dipanggil
Yuna. Salam kenal,” lanjut Yuna sambil menunduk hormat.
Nurali tertawa kecil melihat sikap Yuna yang lucu.
Yuna melongo menatap Nurali, ia tak menyangka kalau kakek
Yeriko sangat ramah terhadapnya.
“Jangan terlalu formal. Kakek sudah tahu semuanya. Yeriko
sudah banyak cerita,” tutur Nurali sambil menatap Yuna. “Ternyata, kamu memang
sangat cantik. Pantas saja Yeriko mengambil kamu sebagai istri.”
Yuna tersenyum menatap Nurali. “Ah, Kakek bisa aja.
Yeriko juga sangat tampan. Pasti karena warisan dari Kakek.”
“Aha ... kamu salah! Waktu muda, Kakek jauh lebih tampan
dari dia,” sahut Nurali sambil tertawa kecil.
Yuna ikut tertawa kecil menanggapi ucapan kakek Yeriko.
“Oh ya? Pasti dia dapet warisan tampannya dari kakek sedikit, banyakan kakek
tampannya.”
Nurali
tertawa kecil menanggapi ucapan Yuna. “Kamu bisa aja. Tahu dari mana?”
“Sampai sekarang, kakek masih kelihatan jauh lebih tampan
dari Yeriko,” jawab Yuna.
“Hahaha.” Nurali tergelak mendengar ucapan Yuna.
Yuna tersenyum menatap kakek Yeriko.
“Yuna, kamu harus lebih sabar menghadapi Yeriko. Cucu
Kakek yang satu ini sangat sulit untuk diatur. Kamu harus bisa menguasai dia.
Supaya lebih nurut dan mudah diatur!”
Yuna menganggukkan kepala. “Aku pasti merawat dia dengan
baik. Kakek nggak perlu khawatir. Dia baik dan penurut.”
“Oh ya? Memang benar kata orang, cuma wanita yang bisa
menguasai dan mengubah laki-laki yang dingin jadi lebih hangat. Huft, Kakek
pikir, Yeriko tidak akan pernah menikah kalau melihat sifatnya yang cuek dan
kejam.”
“Kejam?” Yuna melirik ke arah Yeriko sambil tersenyum.
“Kakek sudah mencoba menjodohkan dia dengan banyak
wanita. Semuanya takut sama Yeriko. Nggak ada satu pun yang berhasil mengambil
hatinya. Bahkan nggak berani ketemu kedua kalinya. Kamu bayangkan! Cucu kakek
ini sekejam apa di depan semua wanita? Benar-benar membuat khawatir.”
Yuna tertawa kecil. Awalnya, Yeriko memang sangat dingin
dan kejam. Tapi, saat ini ia adalah pria yang sangat hangat, melindungi dan
menyayanginya.
“Kalau Kakek tahu dia sudah punya wanita pilihannya,
pasti sudah dari dulu Kakek suruh menikah dan tidak perlu pusing memikirkan
jodoh untuk dia.”
Yeriko hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan kakeknya.
“Kalian berdua sangat cocok. Cucu kakek ini usianya sudah
banyak. Sudah kepala tiga dan belum punya anak. Lihat teman-temannya! Mereka
bahkan sudah punya dua, tiga anak. Aku harap, kalian juga bisa segera punya
anak.”
“Eh!?” Yuna dan Yeriko saling pandang. Kemudian
tersenyum ke arah Nurali.
“Mmh ... Mama mana?” tanya Yeriko mengalihkan perhatian.
“Masih di kamarnya. Kayaknya, dia mempersiapkan banyak
hal untuk menyambut menantunya hari ini,” jawab Nurali.
“Oh ya? Apa aku sangat merepotkan?” tanya Yuna.
Nurali melambaikan tangan sambil tertawa kecil. “Nggak.
Dia melakukannya dengan senang hati. Dia kelihatan bersemangat hari ini.”
Yeriko mengangkat kedua alisnya. Ia merasa sedikit aneh
dengan sikap kakek dan mamanya hari ini. Di bibirnya, terseungging senyuman
kecil. Ia merasa sangat bahagia karena keluarganya bisa menerima kehadiran Yuna
dengan baik.
“Ayo, kita temui Mama dulu!” ajak Yeriko sambil merangkul
tangan Yuna.
Yuna menganggukkan kepala. Rumah keluarga Yeriko sangat
besar. Kalau ia berjalan sendiri, bisa saja dia tersesat di dalamnya.
“Mama kamu di mana?” tanya Yuna.
“Biasanya di atas.”
“Apa nggak terlalu lancang kalau kita masuk ke kamarnya?”
Yeriko
tertawa kecil menatap Yuna. “Di atas, ada ruang pertemuan keluarga. Mama nunggu di sana.”
“Oh.” Yuna mengikuti langkah Yeriko, mereka menaiki anak
tangga untuk menemui mama Yeriko.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Selamat menjalankan ibadah puasa.
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment