Saturday, January 25, 2025

Bab 44 - Keluarga Hadikusuma

 


“Hah!? Hari ini juga?” tanya Yuna. Ia tidak menyangka kalau Yeriko akan membawanya menemui keluarganya secepat ini.

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Kenapa mendadak? Aku harus gimana? Aku bawain apa buat kakek dan mama kamu? Kira-kira, mereka bakal suka atau nggak sama aku? Kalau mereka nggak suka, aku harus gimana? Aku takut banget!” cerocos Yuna.

 

Yeriko tersenyum kecil sambil menyuap makanan ke mulutnya. “Kenapa harus sepanik ini? Bukannya kita udah nikah? Apa yang kamu khawatirkan?”

 

“Mmh ...” Yuna meremas tangannya sendiri.

 

“Habiskan dulu sarapannya!” pinta Yeriko. “Hari ini, kita ketemu sama keluarga kita. Kita temui ayah dan almarhum ibu kamu. Terus, kita ke rumah keluargaku.”

 

Usai sarapan pagi, Yeriko mengajak Yuna untuk menemui ayahnya yang masih terbaring di rumah sakit.

 

“Ayah, hari ini aku mau nemuin keluarga Yeriko. Kami sudah menikah dan hidup bahagia. Ayah doakan supaya mamanya Yeri suka sama aku ya! Seperti ayah menyukai Yeri. Dia ... suami yang baik dan tampan. Ayah suka dia kan?” tanya Yuna sambil menatap wajah ayahnya.

 

Yeriko ikut tersenyum mendengar ucapan Yuna. Ia menggenggam tangan Yuna. “Ayah, aku pasti menjaga dia dengan baik. Ayah tidak perlu khawatir. Istirahatlah dengan baik dan cepat sembuh!”

 

Yuna menatap Yeriko penuh kehangatan.

 

“Ayah, masih banyak urusan yang harus kami lakukan hari ini. Ayah baik-baik di sini. Cepet sembuh ya!” Yuna mengecup punggung tangan ayahnya.

 

Usai mengunjungi ayahnya, Yuna mengajak Yeriko pergi ke tempat peristirahatan ibunya.

 

Begitu sampai di makam, Yuna dan Yeriko membersihkan makam sembari mengirim sebait doa untuk ibu Yuna.

 

“Bunda ... aku rindu,” bisik Yuna dalam hati dengan mata berkaca-kaca. Ia tak bisa menahan air matanya jatuh saat mengingat kejadian sebelas tahun lalu dan semua kenangan masa kecilnya bersama ibunya.

 

Yeriko langsung merengkuh tubuh Yuna dan mengajaknya pulang. “Ayo, kita pulang!” ajaknya. Terlalu lama berada di makam, akan membuat kesedihan Yuna semakin banyak. Ia tidak ingin melihat istrinya terlarut dalam penderitaan masa lalunya.

 

“Ke mana lagi, Bos?” tanya Riyan saat mereka sudah berada di dalam mobil.

 

“Ke rumah Kakek,” jawab Yeriko.

 

“Hah!?” Riyan langsung menoleh ke belakang.

 

“Kenapa?” tanya Yuna sambil menatap Riyan.

 

“Eh!? Nggak papa,” jawab Riyan sambil mengelus tengkuknya. Ia langsung menyalakan mesin mobil dan bergegas pergi ke rumah Keluarga Yeriko.

 

Sesampainya di rumah keluarga Yeriko. Yuna tertegun melihat rumah keluarga Yeriko yang sangat megah. “Ini ... rumah atau mall?” batin Yuna.

 

Riyan tak bergerak dari tempat duduknya meski Yuna dan Yeriko sudah keluar dari mobil.

 

“Riyan nggak diajak masuk?” tanya Yuna.

 

Yeriko mengedikkan bahunya. Ia menoleh ke arah Riyan yang masih bergeming di tempatnya.

 

Yuna langsung menghampiri Riyan. “Nggak mau masuk?”

 

“Nanti saya nyusul Nyonya,” jawab Riyan sambil meringis.

 

“Oke.”

 

Yuna dan Yeriko langsung masuk ke dalam rumah.  Yuna menarik napas beberapa kali, perasaannya semakin tak karuan. Telapak tangannya tiba-tiba berkeringat. Ia langsung menggenggam tangan Yeriko.

 

“Aku nervous,” bisik Yuna.

 

Yeriko tersenyum sambil mengelus punggung tangan Yuna. “Semua akan baik-baik aja! Kamu pasti suka di rumah ini.”

 

“Eh!?”

 

Yeriko langsung merangkul pinggang Yuna dan mengajaknya bertemu dengan Nurali Hadikusuma, Presdir Galaxy Group sekaligus seseorang yang berpangkat tinggi dan cukup disegani di dunia militer.

 

“Kakek ...!” sapa Yeriko begitu mereka sampai di halaman belakang, tempat kakek Yeriko biasa menghabiskan waktunya untuk bersantai.

 

Nurali bangkit dari tempat duduk dan menatap dua orang yang kini ada di hadapannya.

 

Yuna tersenyum manis ke arah Nurali. “Selamat pagi, Kakek!” sapanya. “Perkenalkan, nama saya Fristi Ayuna Linandar, biasa dipanggil Yuna. Salam kenal,” lanjut Yuna sambil menunduk hormat.

 

Nurali tertawa kecil melihat sikap Yuna yang lucu.

 

Yuna melongo menatap Nurali, ia tak menyangka kalau kakek Yeriko sangat ramah terhadapnya.

 

“Jangan terlalu formal. Kakek sudah tahu semuanya. Yeriko sudah banyak cerita,” tutur Nurali sambil menatap Yuna. “Ternyata, kamu memang sangat cantik. Pantas saja Yeriko mengambil kamu sebagai istri.”

 

Yuna tersenyum menatap Nurali. “Ah, Kakek bisa aja. Yeriko juga sangat tampan. Pasti karena warisan dari Kakek.”

 

“Aha ... kamu salah! Waktu muda, Kakek jauh lebih tampan dari dia,” sahut Nurali sambil tertawa kecil.

 

Yuna ikut tertawa kecil menanggapi ucapan kakek Yeriko. “Oh ya? Pasti dia dapet warisan tampannya dari kakek sedikit, banyakan kakek tampannya.”

 

Nurali tertawa kecil menanggapi ucapan Yuna. “Kamu bisa aja. Tahu dari mana?”

 

“Sampai sekarang, kakek masih kelihatan jauh lebih tampan dari Yeriko,” jawab Yuna.

 

“Hahaha.” Nurali tergelak mendengar ucapan Yuna.

 

Yuna tersenyum menatap kakek Yeriko.

 

“Yuna, kamu harus lebih sabar menghadapi Yeriko. Cucu Kakek yang satu ini sangat sulit untuk diatur. Kamu harus bisa menguasai dia. Supaya lebih nurut dan mudah diatur!”

 

Yuna menganggukkan kepala. “Aku pasti merawat dia dengan baik. Kakek nggak perlu khawatir. Dia baik dan penurut.”

 

“Oh ya? Memang benar kata orang, cuma wanita yang bisa menguasai dan mengubah laki-laki yang dingin jadi lebih hangat. Huft, Kakek pikir, Yeriko tidak akan pernah menikah kalau melihat sifatnya yang cuek dan kejam.”

 

“Kejam?” Yuna melirik ke arah Yeriko sambil tersenyum.

 

“Kakek sudah mencoba menjodohkan dia dengan banyak wanita. Semuanya takut sama Yeriko. Nggak ada satu pun yang berhasil mengambil hatinya. Bahkan nggak berani ketemu kedua kalinya. Kamu bayangkan! Cucu kakek ini sekejam apa di depan semua wanita? Benar-benar membuat khawatir.”

 

Yuna tertawa kecil. Awalnya, Yeriko memang sangat dingin dan kejam. Tapi, saat ini ia adalah pria yang sangat hangat, melindungi dan menyayanginya.

 

“Kalau Kakek tahu dia sudah punya wanita pilihannya, pasti sudah dari dulu Kakek suruh menikah dan tidak perlu pusing memikirkan jodoh untuk dia.”

 

Yeriko hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan kakeknya.

 

“Kalian berdua sangat cocok. Cucu kakek ini usianya sudah banyak. Sudah kepala tiga dan belum punya anak. Lihat teman-temannya! Mereka bahkan sudah punya dua, tiga anak. Aku harap, kalian juga bisa segera punya anak.”

 

 “Eh!?” Yuna dan Yeriko saling pandang. Kemudian tersenyum ke arah Nurali.

 

“Mmh ... Mama mana?” tanya Yeriko mengalihkan perhatian.

 

“Masih di kamarnya. Kayaknya, dia mempersiapkan banyak hal untuk menyambut menantunya hari ini,” jawab Nurali.

 

“Oh ya? Apa aku sangat merepotkan?” tanya Yuna.

 

Nurali melambaikan tangan sambil tertawa kecil. “Nggak. Dia melakukannya dengan senang hati. Dia kelihatan bersemangat hari ini.”

 

Yeriko mengangkat kedua alisnya. Ia merasa sedikit aneh dengan sikap kakek dan mamanya hari ini. Di bibirnya, terseungging senyuman kecil. Ia merasa sangat bahagia karena keluarganya bisa menerima kehadiran Yuna dengan baik.

 

“Ayo, kita temui Mama dulu!” ajak Yeriko sambil merangkul tangan Yuna.

 

Yuna menganggukkan kepala. Rumah keluarga Yeriko sangat besar. Kalau ia berjalan sendiri, bisa saja dia tersesat di dalamnya.

 

“Mama kamu di mana?” tanya Yuna.

 

“Biasanya di atas.”

 

“Apa nggak terlalu lancang kalau kita masuk ke kamarnya?”

 

Yeriko tertawa kecil menatap Yuna. “Di atas, ada ruang pertemuan keluarga. Mama nunggu di sana.”

 

“Oh.” Yuna mengikuti langkah Yeriko, mereka menaiki anak tangga untuk menemui mama Yeriko.

 

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa.

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas