Saturday, January 25, 2025

Bab 42 - Gairah Malam di Ruang Kerja

 


Usai pulang kerja seperti biasa. Yeriko memenuhi janjinya untuk mengajak Yuna jalan-jalan ke luar rumah.

 

Cuaca malam ini sangat bersahabat. Angin berhembus perlahan dan bintang-bintang bertaburan di angkasa. Yeriko membawa Yuna masuk ke salah satu pusat perbelanjaan di pusat kota.

 

“Eh, kita ke sana yuk!” ajak Yeriko sambil menunjuk salah satu butik ternama yang ada di pusat kota.

 

“Mmh ... bajunya pasti mahal-mahal,” sahut Yuna. Ia sama sekali tidak bersemangat membeli baju-baju mahal karena keuangannya tak sebaik suaminya.

 

Yeriko menahan tawa. Ia menarik lengan Yuna. Tangan satunya lagi sibuk mengambil pakaian dari display dan memberikannya ke tangan Yuna.

 

Yuna kebingungan melihat tumpukan pakaian yang sudah ada di tangannya. “Ini mau buat apa? Banyak banget?”

 

“Buat kamu pakai,” jawab Yeriko sambil tersenyum.

 

“Tapi ... ini terlalu mahal.”

 

“Nggak ada satu pun barang yang mahal saat kamu pakai. Karena kamu tetap yang termahal buatku,” ucap Yeriko sambil tersenyum menatap Yuna.

 

Mata Yuna berbinar mendengar ucapan Yeriko. “Ini cukup,” tuturnya sambil tersenyum.

 

Yeriko mengernyitkan dahinya. “Yakin?”

 

Yuna mengangguk pasti.

 

“Oke.” Yeriko langsung mengajak Yuna ke kasir untuk membayar semua baju yang telah ia ambil.

 

Yuna terus menatap Yeriko tanpa berkedip. Semakin lama, Yeriko menunjukkan kepeduliannya pada Yuna secara terang-terangan. Membuat Yuna semakin hari semakin mengagumi pria itu.

 

“Mau ke mana lagi?” tanya Yeriko saat mereka sudah keluar dari butik.

 

“Mmh ... ini udah malem. Kita jalan-jalan di luar aja nikmati angin malam. Gimana?”

 

“Makan sate ayam, mau?”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

Yeriko langsung mengajak Yuna makan sate ayam di salah satu warung sate yang ada di jalan Dharmawangsa.

 

Begitu sampai di warung makan, Yeriko langsung memesan lima puluh tusuk sate ayam untuk mereka.

 

“Mmh ... kali ini, kamu yang harus makan lebih banyak dari aku!” pinta Yuna.

 

“Eh!? Kenapa?”

 

Yuna menghela napas. “Berat badanku udah nambah dua kilo. Aku mau diet,” ucapnya lirih.

 

Yeriko mengernyitkan dahi menatap Yuna. “Aku rasa, nggak ada perubahan sama sekali.”

 

“Masa sih?” tanya Yuna sambil menyentuh kedua pipinya.

 

Yeriko tersenyum kecil. Mereka langsung melahap sate ayam setelah terhidang di atas meja.

 

“Gimana kerjaan kamu hari ini?” tanya Yeriko.

 

“Baik,” jawab Yuna santai sambil melahap sate di depannya.

 

Yeriko tertawa kecil melihat Yuna yang makan dengan lahap.

 

“Kenapa ketawa?” tanya Yuna dengan mulut penuh makanan.

 

Yeriko menggelengkan kepala sambil menahan tawa karena Yuna sudah menghabiskan lebih banyak sate ayam yang terhidang.

 

“Temen-temen kerja yang lain semuanya baik. Aku cuma kesel sama Bellina yang selalu aja cari masalah ke aku. Belum lagi dua antek-anteknya yang ngeselin itu. Lihat aja. Aku nggak bakal tinggal diam. Harus ngelawan mereka!” tutur Yuna penuh semangat. Ia semakin melahap sate di depannya sambil mengomel.

 

Yeriko hanya tersenyum kecil menatap Yuna yang terus makan sambil berbicara.

 

“Mau nambah lagi satenya?” tanya Yeriko.

 

“Eh!?” Yuna membelalakkan matanya menatap tumpukan tusukan sate yang sudah ia makan. Sementara Yeriko hanya makan beberapa tusuk saja.

 

Yuna langsung meringis menatap Yeriko. Ia menggelengkan kepala perlahan. Saat ini ia benar-benar merasa sangat rakus karena selalu makan lebih banyak dari suaminya.

 

Yeriko tersenyum menatap Yuna. Ia selalu merasa senang saat melihat Yuna memiliki nafsu makan yang tinggi.

 

Usai makan, mereka kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, Yuna langsung mengganti pakaiannya dengan gaun tidur. Sementara Yeriko, malah pergi ke ruang kerjanya.

 

“Mau kerja lagi?” tanya Yuna.

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Kamu tidurlah!” pintanya. Ia bergegas menuju ruang kerjanya untuk mengecek laporan dan melakukan rapat online dengan beberapa bawahannya.

 

Yuna merasa tidak tenang karena suaminya masih bekerja. Ia merasa sangat bersalah. “Kalau nggak ngajak aku jalan-jalan, dia nggak perlu kerja sampai larut malam,” tuturnya.

 

Yuna bergegas keluar dari kamar. Ia menuruni anak tangga perlahan menuju dapur. Ia langsung membuatkan susu jahe dan mengantarkannya ke ruang kerja Yeriko.

 

“Belum tidur?” tanya Yeriko saat Yuna masuk ke ruang kerjanya.

 

Yuna menggelengkan kepala. “Aku nggak bisa tidur. Masih lama kerjanya?” tanya Yuna.

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Ini. Aku buatkan susu jahe buat kamu,” tutur Yuna sambil meletakkan segelas susu ke hadapan Yeriko.

 

“Makasih!” ucap Yeriko sambil menatap Yuna yang berdiri di sebelahnya.

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum. Ia langsung merangkul leher Yeriko. “Jangan sampai larut malam kerjanya!” pinta Yuna sambil mengecup pipi Yeriko.

 

Yeriko tersenyum, ia menatap Yuna dan menarik tubuh Yuna ke pangkuannya. “Hari ini ... kamu manis dan antusias banget. Apa kamu ...?”

 

“Mmh ... bukannya aku harus jadi istri yang baik?” tanya Yuna sambil tersenyum.

 

“Oh ya?” Yeriko mengeratkan pelukannya.

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum.

 

Yeriko langsung mencium bibir Yuna penuh kehangatan. Mereka semakin terlarut dalam romansa yang menggairahkan. Yuna hampir tak bisa mengendalikan diri setiap kali jemari tangan Yeriko menyentuhnya begitu lembut.

 

Yeriko membaringkan tubuh Yuna perlahan ke lantai. Ia mencium bibir Yuna perlahan. Yeriko juga mulai mengendus leher Yuna.

 

Yuna merasa jiwanya terbang melayang ke angkasa. Setiap sentuhan bibir dan tangan Yeriko berhasil membuatnya membeku dan tak berdaya.

 

Yeriko terus melangkah lebih jauh, masuk ke dalam dunia Yuna yang penuh kehangatan dan kebahagiaan.

 

Yuna membelalakkan mata saat menyadari kalau mereka sama-sama berada di puncak orgasme. Ia teringat dengan ucapan Jheni beberapa waktu lalu.

 

“Apa bakal sakit?” batinnya. Ia langsung menggerakkan tubuhnya dan tak sengaja menendang Yeriko.

 

“Aw ...!” Yeriko merintih saat pahanya terbentur lutut Yuna.

 

Yuna bangkit dan mendorong tubuh Yeriko.

 

Yeriko menghela napas dan terduduk lemas di lantai. “Kamu  ini ...?” Yeriko bangkit perlahan dan kembali ke meja kerjanya.

 

Yuna menggigit bibirnya sambil menatap Yeriko yang kembali fokus dengan layar laptopnya. Ia merasa sangat bersalah dan sedih karena tidak bisa melayani suaminya dengan baik.

 

“Maaf ... aku ...”

 

“Aku mau kerja. Kembali ke kamar!” perintah Yeriko.

 

Yuna bangkit dari lantai. Ia melangkah perlahan keluar dari ruang kerja Yeriko. Matanya terus tertuju pada Yeriko yang tak lagi mau memandangnya.

 

Yuna melangkah memasuki kamarnya. Tanpa ia sadari, bulir-bulir air mengalir dari sudut matanya.

 

“Yuna, kamu payah banget sih?” maki Yuna pada dirinya sendiri. Ia langsung mengambil ponsel dan menelepon Jheni.

 

“Jhen ...!” panggil Yuna setelah Jheni mengangkat panggilan teleponnya.

 

“Hmm ... kenapa?”

 

“Udah tidur?” tanya Yuna.

 

“He-em. Ada apa, Yun?”

 

“Aku mau cerita sesuatu,” tutur Yuna lirih.

 

“Iya. Cerita aja!”

 

“Bangun dulu!” pinta Yuna.

 

“Ini udah bangun, Yuna!” sahut Jheni. “Kalau belum bangun, aku nggak mungkin angkat telepon. Mau cerita apa?”

 

Yuna langsung menceritakan kejadian yang baru saja terjadi antara dia dan Yeriko.

 

“Hahaha.” Jheni tergelak saat Yuna selesai bercerita.

 

“Kenapa malah diketawain!?” dengus Yuna kesal. “Nyesel aku cerita sama kamu.”

 

“Kamu tuh ya, udah umur dua puluh empat masih polos aja,” celetuk Jheni.

 

“Hmm ... kira-kira, dia marah nggak ya sama aku?” tanya Yuna.

 

“Bisa iya, bisa nggak.”

 

“Caranya biar aku tahu dia marah atau nggak, gimana?” tanya Yuna.

 

“Mmh ... lihat aja besok pagi. Kalau dia cuek, berarti dia marah.”

 

“Jhen ...! Aku harus gimana?”

 

“Eh, anak kecil. Kamu harus belajar menyelesaikan masalah kamu sendiri. Lagian, ini kan urusan rumah tangga kamu. Aku nggak mau ikut campur, hihihi.” Jheni langsung mematikan panggilan telepon Yuna.

 

“Jheni ...!” seru Yuna, ia makin kesal saat Jheni mematikan teleponnya. Ia merebahkan tubuhnya ke atas kasur dan berguling ke sana kemari.

 

 (( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa.

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas