Lili makin geram dengan
sikap Yuna. Ia langsung mengejar Yuna keluar dari ruangannya.
“Kamu sekarang mulai
berani ya sama aku? Minta maaf nggak!?” seru Yuna.
Yuna mengernyitkan
dahi. “Minta maaf kenapa?” tanyanya sambil menahan tawa.
“Kamu nggak sadar kalau
udah bersikap kasar sama aku?” tanya Lili.
Yuna tersenyum sinis.
“Aku kasar? Omonganmu lebih kasar dan tidak berdasar!” dengus Yuna.
“Heh!? Semua orang juga
tahu kamu itu siapa. Nggak usah sok suci di depan aku ya!” sentak Lili.
Yuna tersenyum sinis
sambil melangkah mendekati Lili.
Lili terkejut, ia
melangkah mundur seirama dengan langkah Yuna yang terus mendekatinya. “Kamu mau
apa?” tanya Lili saat punggungnya tersandar di dinding dan tidak bisa ke
mana-mana lagi.
Yuna langsung memukul
dinding yang ada di samping kepala Lili. Ia tersenyum lebar, bersiap menelan
Lili mentah-mentah. “Selama ini kamu selalu ngatain aku dipelihara sama Oom-Oom
kan? Semalam, aku bisa lihat jelas kalau kamu yang pergi jalan sama Oom-Oom
kaya,” bisik Yuna. “Aku bisa aja bocorin rahasia kamu ini ke semua orang.”
“Eh!? Nggak usah
ngada-ngada ya kalo ngomong! Semalam, aku nggak pergi ke mana-mana,” sahut
Lili.
Yuna tersenyum sinis.
“Oh ya? Gimana kalau aku panggil langsung pria tua itu ke sini? Kebetulan,
suami aku kenal sama pria itu. Aku tinggal telepon dan dia bakal ke sini buat
ngebuktiin kalau cewek yang semalam aku temui itu memang kamu,” ancam Yuna berbohong.
Lili tersenyum kecut.
Ia tak bisa lagi menyangkal ucapan Yuna. Ia tidak mungkin membiarkan pria tua
itu masuk ke kantornya dan merusak reputasi dirinya. Tidak ada satu orang pun
yang boleh mengetahui siapa dia yang sebenarnya.
Yuna tersenyum sinis. “Jangan
macam-macam kalau mau rahasia kamu tetap terjaga dengan baik!”
Ia berbalik dan
langsung melangkah pergi meninggalkan Lili yang masih tertegun dengan ucapan
Yuna. Lili menghela napas. Ia merasa lega karena Yuna tidak membocorkan rahasia
kehidupan pribadinya.
Di saat yang sama, Lian
dan Bellina muncul dan berpapasan dengan Yuna. Lian terus menoleh ke arah Yuna
yang tidak menganggap keberadaannya sama sekali. Seperti tidak saling mengenal.
Jangankan menyapa, menoleh sedikitpun tidak.
“Yuna ...!” panggil Lian dalam hati.
Melihat sikap cuek Yuna, hatinya bergetar. Ia merasakan ada sesuatu yang aneh
dalam dirinya. Ia sendiri tidak mengerti dan menyadari perasaan aneh yang
menyelimuti pikirannya.
Bellina yang menyadari
tatapan Lian tertuju pada Yuna, langsung menarik lengan Lian dan menatap tubuh
Yuna penuh kekesalan. “Sayang, lihatin apa sih?”
“Eh!? Nggak papa,”
jawab Lian.
“Nggak usah lihatin
dia, deh! Nggak penting banget,” tutur Bellina sengit.
“Kamu ngerasa ada yang
aneh nggak sama dia?” tanya Lian.
Bellina menggelengkan
kepala. “Biasa aja.”
Lili melangkahkan
kakinya perlahan masuk ke dalam ruangan untuk menghindari Bellina dan Lian.
“Mau ke mana?” tanya
Bellina sambil melangkah mendekati Lili.
Lili meringis menatap
Bellina. “Mau kerja lagi.”
“Kamu habis ngapain
sama Yuna?”
“Eh!? Nggak
ngapa-ngapain. Cuma ngobrolin laporan doang.”
Bellina menatap tajam
ke arah Lili, membuat Lili gemetar. “Mencurigakan!”
“Mencurigakan kenapa?”
“Jelas-jelas Yuna
perginya happy banget. Kamu nggak lagi mengkhianati aku kan?” dengus Bellina.
Lili menggelengkan
kepala. “Mungkin, suasana hatinya dia lagi bagus karena aku kalah berdebat sama
dia.”
“Serius?”
Lili menganggukkan
kepala. “Mmh ... aku kerja dulu ya! Banyak laporan yang harus aku kelarin,”
pamitnya langsung bergegas masuk ke dalam ruangan.
Bellina menoleh ke arah
Lian yang berdiri di sampingnya. Mereka kembali melangkah menuju ruang General Affair.
“Sayang, pesta
pertunangan kita gimana?” tanya Bellina sambil bergelayut manja di lengan Lian.
“Semua udah diurus sama
Mamaku.”
Bellina tersenyum. Ia
merasa sangat senang karena akhirnya Lian setuju untuk mengadakan perayaan
pertunangan terlebih dahulu sebelum pesta pernikahan mereka.
“Soal Wedding Organizer
untuk pernikahan kita gimana?” tanya Lian.
“Mamaku yang urus,”
jawab Bellina. “Katanya sih mau nemuin salah satu WO yang udah rekomendasikan. Mau
lihat dulu cocok atau nggaknya.”
“Mama kamu urus
sendirian?” tanya Lian.
“Dibantu Yuna.”
Lian mengernyitkan dahi
sambil menatap Bellina.
“Kenapa?”
“Kamu yakin Yuna nggak
akan mengacau pernikahan kita?” tanya Lian.
Bellina menggelengkan
kepala. “Aku rasa, dia nggak akan berani macem-macem sama Mama.”
Lian tersenyum menatap
Bellina. “Aku harap dia nggak bikin kekacauan di acara pertunangan dan
pernikahan kita.”
Bellina mengangguk.
Mereka segera masuk ke ruangan Kak Rivan, GA yang ada di kantor ini.
“Eh, Bellina? Pak Lian?
Tumben ke sini? Ada perlu?” tanya Rivan saat Lian dan Bellina masuk ke dalam
ruangannya.
Bellina tersenyum ke
arah Rivan. “Aku mau izin pulang cepet,” ucapnya sambil melirik Lian yang
berdiri di sampingnya.
“Oh ... Iya. Nggak
papa. Saya kira ada perlu apa. Pak Lian sampai masuk ke sini. Izin lewat
telepon saja kan bisa,” tutur Rivan.
Bellina tersenyum.
“Izin langsung lebih baik, kan?”
Rivan menganggukkan
kepala.
“Makasih, Kak!” Bellina
menunduk hormat dan langsung keluar dari ruangan Rivan bersama Lian.
Di saat yang sama,
Yeriko sudah menunggu Yuna di depan kantor Yuna untuk mengajaknya makan siang.
Yuna melenggang penuh
semangat menghampiri Yeriko yang sedang menunggu di dalam mobil. Ia langsung
masuk ke dalam mobil Yeriko. “Udah lama nunggu?” tanya Yuna.
“Belum. Baru aja, kok.”
“Kita mau makan di
mana?” tanya Yuna.
“Kamu maunya di mana?”
“Mmh ... enaknya makan
apa ya?” tanya Yuna berpikir sambil mengetuk-ngetuk dagunya.
“Bakso, Mie Ayam, kepiting, gudeg, rendang, ayam
bakar?” tanya Yeriko.
“Semuanya bisa?” tanya
Yuna dengan mata berbinar.
Yeriko mengangguk. Ia
langsung menyalakan mesin dan melajukan mobilnya ke salah satu restoran yang
ada di hotel bintang lima.
“Kamu yakin di sini ada
makanan lokal?” tanya Yuna sambil melepas safety belt-nya.
Yeriko tertawa kecil.
“Ada. Nasional dan internasional, di sini lengkap. Kamu bisa makan sepuasnya.”
Yuna tersenyum senang.
Ia bergegas turun dari mobil. Yeriko langsung menggandeng tangan Yuna masuk ke
dalam restoran.
“Selamat siang Pak
Yeri!” sapa seorang pelayan yang berdiri di pintu masuk.
Yuna langsung menoleh
ke arah Yeriko. “Mereka kenal sama kamu?”
Yeriko hanya tersenyum
menanggapi pertanyaan Yuna. Ia mengajak Yuna duduk di salah satu meja restoran.
“Pak Yeri mau makan
apa?” tanya seorang pelayan sambil menyodorkan buku menu ke pelayan restoran.
“Ikut dia aja!” jawab
Yeriko sambil menunjuk Yuna dengan dagunya.
Pelayan tersebut
tersenyum ke arah Yuna. “Pak Yeri tumben datang sama perempuan. Biasanya selalu
sama Mas Riyan.”
Yeriko tersenyum. “Dia
istri saya.”
“Hah!?” Pelayan
tersebut melongo dan menatap Yuna dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.
Yuna tersenyum manis
menanggapi tatapan pelayan tersebut.
“Kapan nikahnya, Pak?
Kok, nggak undang-undang?”
“Belum bikin perayaan.
Nanti saya undang kalau bikin pesta pernikahan.”
“Wah ...! Saya tunggu
undangannya, Pak!”
Yeriko tersenyum sambil
menganggukkan kepala.
“Nyonya mau pesan apa?”
tanya pelayan tersebut menoleh ke arah Yuna.
“Mmh ... aku pesen ini,
ini ... ini ... sama ini ya!” Yuna menunjuk gambar yang ada di buku menu.
Pelayan itu mengangguk
dan langsung pergi untuk memproses pesanan Yuna.
Di pintu masuk,
terlihat Bellina dan Lian melangkah perlahan. Mereka melihat Yuna yang duduk di
salah satu meja dan sengaja melintas di sisinya.
“Karyawan biasa bisa
makan di restoran semewah ini. Kira-kira bayar pakai apa kalau nggak jual
diri?” celetuk Bellina saat berdiri tepat di samping Yuna.
Yuna menarik napas
dalam-dalam. Ingin sekali ia memaki Bellina yang asal bicara. Tapi, ia memilih
menjaga reputasi Yeriko dan bersikap acuh dengan ucapan Bellina.
Lian tersenyum sinis
menatap Yuna. “Jelas aja. Dia ke sini nggak sendiri. Sama laki-laki.”
“Oh iya ya?” Bellina
langsung menoleh ke arah Yeriko yang duduk di hadapan Yuna. “Mas, hati-hati ya
sama cewek ini! Dia itu deketin orang kaya cuma mau duitnya doang!”
Yeriko tersenyum sinis
menanggapi ucapan Bellina. Ia tidak tertarik untuk meladeni keduanya.
Lian semakin geram
dengan sikap Yeriko yang dingin dan tidak bereaksi sedikitpun. Ia memikirkan
cara untuk memantik emosi Yuna dan Yeriko.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Selamat menjalankan ibadah puasa.
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment