Wednesday, January 22, 2025

Bab 4 - The Hero

 


“Heh!? Udah bosan hidup?” gertak Riyan dari balik jendela mobilnya.

 

Yuna menurunkan tangan dari wajahnya. Ia langsung menoleh ke arah sumber suara.

 

“Heh!? Kamu yang ngasal bawa mobil. Jelas-jelas aku mau nyebrang di zebra cross!” sahut Yuna sambil menendang bagian depan mobil Land Rover yang berhenti di hadapannya.

 

“Lampunya masih ijo! Kamu buta warna!” teriak Riyan sambil menunjuk lampu lalu lintas yang tak jauh dari hadapannya.

 

Yuna menoleh ke arah lampu lalu lintas yang berwarna hijau, kemudian berganti dengan warna kuning.

 

“Nah, itu merah!” sahut Yuna.

 

“Itu baru aja ganti!” sentak Riyan geram.

 

Yeriko yang duduk di sebelah Riyan langsung mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan mengulurkannya pada Riyan. “Kasih ke dia. Mungkin dia butuh duit!” perintahnya. “Modus penipuan zaman sekarang ada-ada aja.”

 

“Iya, Bos!” Riyan langsung mengambil uang dari tangan Yeriko dan memberikannya pada Yuna.

 

“Apa-apaan ini!?” Yuna merasa terhina saat Riyan mengulurkan beberapa lembar uang kertas ke arahnya.

 

“Udahlah, nggak usah pura-pura. Udah banyak modus penipuan kayak kamu. Pura-pura ketabrak buat meras pengendara mobil. Ambil ini!” Riyan langsung melemparkan uang tersebut ke dada Yuna.

 

“Heh!? Kurang ajar kamu ya!” teriak Yuna. Secepat kilat tangannya sudah meraih kerah baju Riyan. “Kamu lihat aku baik-baik! Emang ada penipu secantik aku?”

 

“Aku ... aku cuma ...” Riyan gagap saat wajah Yuna begitu dekat dengannya.

 

“Cuma apa? Kamu udah nuduh aku penipu, hah!? Aku bakal bikin perhitungan sama kamu. Keluar dari mobil sekarang juga!” teriak Yuna.

 

Riyan membelalakkan matanya menatap Yuna. Ia tak menyangka kalau cewek mungil di hadapannya itu memiliki nyali yang begitu besar.

 

“Bos ...!” panggil Riyan lirih sambil melirik ke arah Yeriko.

 

Yeriko melepas safety belt dan melangkah keluar menghampiri Yuna.

 

“Lepasin dia!” pinta Yeriko.

 

“Kamu siapanya dia?”

 

“Aku atasannya, aku yang nyuruh dia ngasih uang ke kamu.”

 

“Oh ... jadi, kamu supirnya dia?” tanya Yuna sambil menatap Riyan.

 

Riyan menganggukkan kepala perlahan.

 

“Jadi supir aja belagu!” Yuna melepaskan kerah baju Riyan dari genggaman tangannya.

 

Yuna melangkah perlahan mendekati Yeriko. “Oh ... jadi, kamu yang udah nuduh aku ini penipu?”

 

Yeriko bergeming menatap Yuna.

 

“Kamu lihat aku baik-baik!” pinta Yuna sambil menyodorkan wajahnya ke wajah Yeriko. “Emang ada penipu secantik aku?”

 

Yeriko menarik wajahnya agar tidak terlalu dekat dengan Yuna.

 

“Heh!? Lihat baik-baik!” pinta Yuna.

 

Yeriko menatap mata Yuna yang bersinar. Di tengah gelapnya malam, mata Yuna terlihat begitu indah.

 

“Kenapa diam? Terpesona sama kecantikan aku?” tanya Yuna sambil membusungkan dada.

 

Yeriko menggelengkan kepala. “Kamu ... cewek pemabuk yang di bar semalam?”

 

Yuna mengangkat kedua alis menatap Yeriko. Wajahnya memerah dan langsung membalikkan tubuh. Ia mengetuk keningnya beberapa kali, namun tetap tak bisa mengingat kejadian saat di bar kemarin malam.

 

Duh ... kenapa dia bilang aku cewek pemabuk?” batin Yuna. “Dia pasti udah mikir kalo aku cewek nggak bener,” lanjutnya dalam hati.

 

“Kakek yang nyuruh kamu?” tanya Yeriko.

 

“Kakek!?” Yuna membalikkan tubuh sambil mengernyitkan dahi. “Kakek siapa?”

 

“Nggak usah akting di depanku. Trik kayak gini, aku udah hafal dan nggak akan mempan!” ucap Yeriko. Dengan santai, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

 

Yuna menatap cowok bertubuh tinggi yang berdiri di hadapannya. “Ganteng banget! Tapi ... mukanya dingin banget,” tutur Yuna dalam hati sambil menatap cowok bersetelan jas warna biru itu.

 

“Walau kakek yang ngatur ini semua. Setidaknya kamu jangan keliaran di luar tengah malam begini!” pinta Yeriko.

 

“Kakek siapa sih yang kamu maksud? Aku nggak paham,” sahut Yuna.

 

Yeriko tersenyum kecil. “Aku nggak akan terkecoh. Mau sampai kapan bertahan akting di depanku?”

 

“Aku nggak paham maksud kamu,” sahut Yuna.

 

“Sudah banyak perempuan yang kakek deketin ke aku dengan cara kayak gini. Kamu nggak usah pura-pura! Kamu sama sekali nggak menarik.”

 

Yuna menarik napas dalam-dalam, menahan rasa kesal di kerongkongannya. “Kamu bilang apa? Aku nggak menarik?”

 

Yuna melangkah mendekati tubuh Yeriko. Ia langsung menarik dasi Yeriko dan menatap mata cowok itu. “Lihat aku baik-baik! Hari ini, aku bisa narik dasi kamu. Suatu saat, aku bakalan bisa narik hati kamu dan bikin kamu cinta mati sama aku!”

 

Yeriko setengah tersenyum. Ia langsung menepis tangan Yuna dan mengangkat tubuhnya kembali. “Jangan mimpi!”

 

Yuna tersenyum menatap Yeriko. “Kita lihat nanti!”

 

“Bilang sama kakek, jangan coba-coba ngatur sandiwara kayak gini lagi!”

 

“Kakek siapa?” Yuna masih tidak mengerti.

 

“Nggak usah pura-pura! Banyak cewek yang mau jadi istriku. Sayangnya, aku nggak tertarik. Apalagi cewek pemabuk kayak kamu,” ucap Yeriko sambil tersenyum sinis.

 

“Bodo amat! Yang jelas, aku nggak ada hubungannya sama sekali sama kakek yang kamu maksud.” Yuna langsung membalikkan tubuh dan melangkah pergi.

 

Baru berjalan dua langkah, Bentley emas menepi dan berhenti di sebelah Yuna. Pintu Bentley terbuka, pengendara Bentley itu menghampiri Yuna sambil tersenyum sinis.

 

“Kamu masih keliaran tengah malam begini. Cari mangsa?” tanya Lian sambil menatap cowok yang berdiri tepat di belakang Yuna.

 

“Jangan ngomong sembarangan ya! Aku bukan cewek murahan kayak dia!” sahut Yuna sambil melirik ke arah Bellina yang duduk di dalam mobil Lian.

 

“Oh ... iya. Aku tahu, kamu tipe cewek setia, polos dan penurut. Sayangnya ... kamu terlalu kuno buat aku,” tutur Lian sambil menyentuh dagu Yuna.

 

Yuna menepis tangan Lian sekuat tenaga. “Jangan sentuh aku! Aku udah jijik sama kamu!”

 

“Hahaha. Kamu? Jijik sama aku? Bukannya kamu masih cinta mati sama aku? Siapa sih yang nggak mau sama cowok ganteng dan kaya kayak aku? Kalo kamu nggak bisa ngelepasin aku, kamu bisa jadi simpananku,” ucap Lian setengah tersenyum.

 

“Heh!? Bahkan jadi pacar kamu lagi, aku nggak bakal mau. Apalagi jadi simpanan kamu!” sentak Yuna.

 

Lian tersenyum kecil menanggapi ucapan Yuna.

 

“Aku bukan dia! Aku nggak akan pernah jadi cewek simpanan. Sekalipun kamu cowok satu-satunya di dunia ini!” tegas Yuna.

 

“Yah ... aku cuma kasih saran aja sama kamu. Daripada kamu keliaran malam-malam begini. Jangan-jangan ... selama di Melbourne, kamu memang jadi cewek malam yang suka keliaran di jalanan buat cari pelanggan?”

 

PLAK ...!!!

 

Telapak tangan Yuna langsung mendarat di pipi Lian.

 

Yeriko yang berdiri di belakang Yuna ikut merasa ngilu saat Yuna menampar Lian.

 

Yuna menatap Lian dengan mata berkaca-kaca. “Kamu boleh ninggalin aku. Kamu boleh selingkuhin aku. Kamu boleh ngelakuin apa aja yang kamu mau. Tapi jangan hina aku kayak gini!” pinta Yuna. “Aku salah apa sama kamu? Apa masih kurang puas udah nyakitin aku?”

 

“Biar gimana pun. Kamu pernah jadi pacar aku. Aku nggak akan tega lihat bekas pacarku hidupnya menderita. Dengan jadi simpananku, kehidupan kamu bakal baik-baik aja,” ucap Lian sambil tersenyum.

 

“Nggak perlu. Aku udah punya pacar!” sahut Yuna.

 

“Oh ya? Secepat itu?” tanya Lian.

 

Yuna menganggukkan kepala. “Cewek cantik kayak aku, nggak akan sulit cari pengganti kamu.”

 

“Aku nggak percaya.”

 

Yuna membalikkan tubuhnya, ia menatap Yeriko yang berdiri di hadapannya.

 

Yeriko mengangkat kedua alisnya menatap Yuna yang memainkan mata, memberi isyarat untuk berpura-pura menjadi pacarnya.

 

“Please ...!” pinta Yuna dalam hati.

 

Yeriko tersenyum kecil. Ia tidak mengiyakan dan tidak menolaknya juga.

 

Yuna tersenyum, ia langsung menarik lengan Yeriko.

 

“Dia pacar aku, sekarang,” tutur Yuna sambil memperkenalkan Yeriko pada Lian.

 

Lian mengangkat kedua alis menatap Yeriko. “Dia cuma cowok yang kamu pungut di pinggir jalan. Apa kamu nggak takut?”

 

“Hati-hati kalo ngomong!” sahut Yeriko. Ia sudah tak tahan mendengar Lian terus-menerus menghina Yuna.

 

Lian tersenyum sinis.

 

“Baru kemarin kamu nangis-nangis karena putus dari aku. Sekarang, kamu udah gandeng laki-laki lain. Apa kamu udah nggak cinta lagi sama aku?” tanya Lian.

 

Yuna menggelengkan kepala. “Sejak aku tahu kamu selingkuh sama dia. Perasaan aku ke kamu udah bener-bener mati!”

 

“Bagus. Kalo gitu, nggak akan ada yang ganggu hubungan aku sama Bellina. Oh ya, kalo suatu hari cowok ini nyakitin kamu. Ingat, masih ada aku yang mau nerima kamu jadi simpananku,” sahut Lian sambil tersenyum.

 

“Aku nggak akan pernah nyakitin dia!” sahut Yeriko. Ia merangkul tubuh Yuna yang basah.

 

Yuna menatap Yeriko. “Makasih ...!” ucapnya dengan mata berbinar. Cowok di sampingnya ini kini menjadi pahlawan yang menyelamatkan hidupnya.

 

Yeriko tersenyum menatap Yuna. “Kamu nggak perlu khawatir! Aku bakal jaga kamu terus.”

 

 

(( Bersambung ... ))

Baca terus kisah seru mereka ya! Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas