“Heh!? Udah bosan
hidup?” gertak Riyan dari balik jendela mobilnya.
Yuna menurunkan tangan
dari wajahnya. Ia langsung menoleh ke arah sumber suara.
“Heh!? Kamu yang ngasal
bawa mobil. Jelas-jelas aku mau nyebrang di zebra cross!” sahut Yuna sambil menendang
bagian depan mobil Land Rover yang berhenti di hadapannya.
“Lampunya masih ijo!
Kamu buta warna!” teriak Riyan sambil menunjuk lampu lalu lintas yang tak jauh
dari hadapannya.
Yuna menoleh ke arah
lampu lalu lintas yang berwarna hijau, kemudian berganti dengan warna kuning.
“Nah, itu merah!” sahut
Yuna.
“Itu baru aja ganti!”
sentak Riyan geram.
Yeriko yang duduk di
sebelah Riyan langsung mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan
mengulurkannya pada Riyan. “Kasih ke dia. Mungkin dia butuh duit!” perintahnya.
“Modus penipuan zaman sekarang ada-ada aja.”
“Iya, Bos!” Riyan
langsung mengambil uang dari tangan Yeriko dan memberikannya pada Yuna.
“Apa-apaan ini!?” Yuna
merasa terhina saat Riyan mengulurkan beberapa lembar uang kertas ke arahnya.
“Udahlah, nggak usah
pura-pura. Udah banyak modus penipuan kayak kamu. Pura-pura ketabrak buat meras
pengendara mobil. Ambil ini!” Riyan langsung melemparkan uang tersebut ke dada
Yuna.
“Heh!? Kurang ajar kamu
ya!” teriak Yuna. Secepat kilat tangannya sudah meraih kerah baju Riyan. “Kamu
lihat aku baik-baik! Emang ada penipu secantik aku?”
“Aku ... aku cuma ...”
Riyan gagap saat wajah Yuna begitu dekat dengannya.
“Cuma apa? Kamu udah
nuduh aku penipu, hah!? Aku bakal bikin perhitungan sama kamu. Keluar dari
mobil sekarang juga!” teriak Yuna.
Riyan membelalakkan
matanya menatap Yuna. Ia tak menyangka kalau cewek mungil di hadapannya itu
memiliki nyali yang begitu besar.
“Bos ...!” panggil
Riyan lirih sambil melirik ke arah Yeriko.
Yeriko melepas safety
belt dan melangkah keluar menghampiri Yuna.
“Lepasin dia!” pinta
Yeriko.
“Kamu siapanya dia?”
“Aku atasannya, aku yang
nyuruh dia ngasih uang ke kamu.”
“Oh ... jadi, kamu
supirnya dia?” tanya Yuna sambil menatap Riyan.
Riyan menganggukkan
kepala perlahan.
“Jadi supir aja belagu!”
Yuna melepaskan kerah baju Riyan dari genggaman tangannya.
Yuna melangkah perlahan
mendekati Yeriko. “Oh ... jadi, kamu yang udah nuduh aku ini penipu?”
Yeriko bergeming
menatap Yuna.
“Kamu lihat aku baik-baik!”
pinta Yuna sambil menyodorkan wajahnya ke wajah Yeriko. “Emang ada penipu
secantik aku?”
Yeriko menarik wajahnya
agar tidak terlalu dekat dengan Yuna.
“Heh!? Lihat
baik-baik!” pinta Yuna.
Yeriko menatap mata
Yuna yang bersinar. Di tengah gelapnya malam, mata Yuna terlihat begitu indah.
“Kenapa diam? Terpesona
sama kecantikan aku?” tanya Yuna sambil membusungkan dada.
Yeriko menggelengkan
kepala. “Kamu ... cewek pemabuk yang di bar semalam?”
Yuna mengangkat kedua
alis menatap Yeriko. Wajahnya memerah dan langsung membalikkan tubuh. Ia
mengetuk keningnya beberapa kali, namun tetap tak bisa mengingat kejadian saat
di bar kemarin malam.
“Duh ... kenapa dia
bilang aku cewek pemabuk?” batin Yuna. “Dia pasti udah mikir kalo aku
cewek nggak bener,” lanjutnya dalam hati.
“Kakek yang nyuruh
kamu?” tanya Yeriko.
“Kakek!?” Yuna membalikkan
tubuh sambil mengernyitkan dahi. “Kakek siapa?”
“Nggak usah akting di
depanku. Trik kayak gini, aku udah hafal dan nggak akan mempan!” ucap Yeriko.
Dengan santai, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
Yuna menatap cowok
bertubuh tinggi yang berdiri di hadapannya. “Ganteng banget! Tapi ...
mukanya dingin banget,” tutur Yuna dalam hati sambil menatap cowok
bersetelan jas warna biru itu.
“Walau kakek yang
ngatur ini semua. Setidaknya kamu jangan keliaran di luar tengah malam begini!”
pinta Yeriko.
“Kakek siapa sih yang
kamu maksud? Aku nggak paham,” sahut Yuna.
Yeriko tersenyum kecil.
“Aku nggak akan terkecoh. Mau sampai kapan bertahan akting di depanku?”
“Aku nggak paham maksud
kamu,” sahut Yuna.
“Sudah banyak perempuan
yang kakek deketin ke aku dengan cara kayak gini. Kamu nggak usah pura-pura!
Kamu sama sekali nggak menarik.”
Yuna menarik napas
dalam-dalam, menahan rasa kesal di kerongkongannya. “Kamu bilang apa? Aku nggak
menarik?”
Yuna melangkah
mendekati tubuh Yeriko. Ia langsung menarik dasi Yeriko dan menatap mata cowok
itu. “Lihat aku baik-baik! Hari ini, aku bisa narik dasi kamu. Suatu saat, aku
bakalan bisa narik hati kamu dan bikin kamu cinta mati sama aku!”
Yeriko setengah
tersenyum. Ia langsung menepis tangan Yuna dan mengangkat tubuhnya kembali.
“Jangan mimpi!”
Yuna tersenyum menatap
Yeriko. “Kita lihat nanti!”
“Bilang sama kakek,
jangan coba-coba ngatur sandiwara kayak gini lagi!”
“Kakek siapa?” Yuna
masih tidak mengerti.
“Nggak usah pura-pura! Banyak
cewek yang mau jadi istriku. Sayangnya, aku nggak tertarik. Apalagi cewek
pemabuk kayak kamu,” ucap Yeriko sambil tersenyum sinis.
“Bodo amat! Yang jelas,
aku nggak ada hubungannya sama sekali sama kakek yang kamu maksud.” Yuna
langsung membalikkan tubuh dan melangkah pergi.
Baru berjalan dua
langkah, Bentley emas menepi dan berhenti di sebelah Yuna. Pintu Bentley
terbuka, pengendara Bentley itu menghampiri Yuna sambil tersenyum sinis.
“Kamu masih keliaran
tengah malam begini. Cari mangsa?” tanya Lian sambil menatap cowok yang berdiri
tepat di belakang Yuna.
“Jangan ngomong
sembarangan ya! Aku bukan cewek murahan kayak dia!” sahut Yuna sambil melirik
ke arah Bellina yang duduk di dalam mobil Lian.
“Oh ... iya. Aku tahu,
kamu tipe cewek setia, polos dan penurut. Sayangnya ... kamu terlalu kuno buat
aku,” tutur Lian sambil menyentuh dagu Yuna.
Yuna menepis tangan
Lian sekuat tenaga. “Jangan sentuh aku! Aku udah jijik sama kamu!”
“Hahaha. Kamu? Jijik
sama aku? Bukannya kamu masih cinta mati sama aku? Siapa sih yang nggak mau
sama cowok ganteng dan kaya kayak aku? Kalo kamu nggak bisa ngelepasin aku,
kamu bisa jadi simpananku,” ucap Lian setengah tersenyum.
“Heh!? Bahkan jadi
pacar kamu lagi, aku nggak bakal mau. Apalagi jadi simpanan kamu!” sentak Yuna.
Lian tersenyum kecil
menanggapi ucapan Yuna.
“Aku bukan dia! Aku
nggak akan pernah jadi cewek simpanan. Sekalipun kamu cowok satu-satunya di
dunia ini!” tegas Yuna.
“Yah ... aku cuma kasih
saran aja sama kamu. Daripada kamu keliaran malam-malam begini. Jangan-jangan
... selama di Melbourne, kamu memang jadi cewek malam yang suka keliaran di
jalanan buat cari pelanggan?”
PLAK ...!!!
Telapak tangan Yuna
langsung mendarat di pipi Lian.
Yeriko yang berdiri di
belakang Yuna ikut merasa ngilu saat Yuna menampar Lian.
Yuna menatap Lian
dengan mata berkaca-kaca. “Kamu boleh ninggalin aku. Kamu boleh selingkuhin
aku. Kamu boleh ngelakuin apa aja yang kamu mau. Tapi jangan hina aku kayak
gini!” pinta Yuna. “Aku salah apa sama kamu? Apa masih kurang puas udah
nyakitin aku?”
“Biar gimana pun. Kamu
pernah jadi pacar aku. Aku nggak akan tega lihat bekas pacarku hidupnya
menderita. Dengan jadi simpananku, kehidupan kamu bakal baik-baik aja,” ucap
Lian sambil tersenyum.
“Nggak perlu. Aku udah
punya pacar!” sahut Yuna.
“Oh ya? Secepat itu?”
tanya Lian.
Yuna menganggukkan
kepala. “Cewek cantik kayak aku, nggak akan sulit cari pengganti kamu.”
“Aku nggak percaya.”
Yuna membalikkan
tubuhnya, ia menatap Yeriko yang berdiri di hadapannya.
Yeriko mengangkat kedua
alisnya menatap Yuna yang memainkan mata, memberi isyarat untuk berpura-pura
menjadi pacarnya.
“Please ...!” pinta
Yuna dalam hati.
Yeriko tersenyum kecil.
Ia tidak mengiyakan dan tidak menolaknya juga.
Yuna tersenyum, ia
langsung menarik lengan Yeriko.
“Dia pacar aku,
sekarang,” tutur Yuna sambil memperkenalkan Yeriko pada Lian.
Lian mengangkat kedua
alis menatap Yeriko. “Dia cuma cowok yang kamu pungut di pinggir jalan. Apa
kamu nggak takut?”
“Hati-hati kalo
ngomong!” sahut Yeriko. Ia sudah tak tahan mendengar Lian terus-menerus
menghina Yuna.
Lian tersenyum sinis.
“Baru kemarin kamu
nangis-nangis karena putus dari aku. Sekarang, kamu udah gandeng laki-laki
lain. Apa kamu udah nggak cinta lagi sama aku?” tanya Lian.
Yuna menggelengkan
kepala. “Sejak aku tahu kamu selingkuh sama dia. Perasaan aku ke kamu udah bener-bener
mati!”
“Bagus. Kalo gitu,
nggak akan ada yang ganggu hubungan aku sama Bellina. Oh ya, kalo suatu hari
cowok ini nyakitin kamu. Ingat, masih ada aku yang mau nerima kamu jadi
simpananku,” sahut Lian sambil tersenyum.
“Aku nggak akan pernah
nyakitin dia!” sahut Yeriko. Ia merangkul tubuh Yuna yang basah.
Yuna menatap Yeriko.
“Makasih ...!” ucapnya dengan mata berbinar. Cowok di sampingnya ini kini
menjadi pahlawan yang menyelamatkan hidupnya.
Yeriko tersenyum
menatap Yuna. “Kamu nggak perlu khawatir! Aku bakal jaga kamu terus.”
Baca
terus kisah seru mereka ya! Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal
bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya!
Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Much
Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment