Usai mengecek laporan perusahaan, Yeriko kembali ke
kamarnya. Ia melihat Yuna sudah terlelap tanpa menggunakan selimut. Dress
piyama yang hanya setinggi lutut tersingkap dan memperlihatkan paha Yuna yang
mulus.
Yeriko menarik napas, jantungnya berdebar kencang saat
melihat tubuh Yuna yang terlelap di tempat tidur. Ia tidak tahan melihat Yuna
yang begitu seksi dan mulus. Dengan cepat, ia langsung menutup tubuh Yuna
dengan selimut.
“Udah selesai kerjanya?” tanya Yuna sambil membuka
matanya perlahan.
“Kamu belum tidur?” Yeriko balik bertanya sambil menatap
Yuna yang terbaring di sampingnya.
“Udah. Tapi kebangun karena kamu datang,” jawab Yuna
dengan mata yang masih sayu.
Yeriko tersenyum kecil. “Tidur lagi ya! Maaf, sudah
ganggu tidur kamu,” ucapnya sambil mengusap pipi Yuna yang lembut.
Yuna mengangguk dan memejamkan mata.
Yeriko langsung memeluk tubuh Yuna dan tertidur lelap
hingga pagi menjelang.
Keesokan harinya ...
Yuna dan Yeriko beraktivitas seperti biasa. Yeriko
mengantar Yuna pergi ke kantornya.
“Kamu mau turun?” tanya Yuna saat sudah sampai di depan
kantor dan melihat Yeriko melepas safety belt.
Yeriko menganggukkan kepala. “Mau ngapain?” tanya Yuna
sambil menatap tajam ke arah Yeriko.
“Kenapa? Aku nggak boleh antar kamu?”
“Bukan nggak boleh. Tapi ...”
“Aku antar kamu sampai depan pintu kantor,” tutur Yeriko
sambil tersenyum. “Setidaknya, bisa membantu memecahkan rumor kalau kamu
dipelihara sama Oom-Oom kaya.”
Yeriko langsung membuka pintu dan keluar dari mobilnya.
Ia berputar dan membukakan pintu untuk Yuna.
Seketika, semua mata tertuju pada Yuna dan Yeriko. Yeriko
sengaja merangkul pinggang Yuna dengan mesra dan mengantarnya sampai depan
pintu kantor.
“Makasih ya, udah diantar sampai sini!” tutur Yuna sambil
tersenyum menatap Yeriko.
Yeriko menganggukkan kepala. “Kerja yang baik!” ucapnya
sambil memegang kedua pundak Yuna. “Jam makan siang, aku jemput kamu. Kita
makan siang bareng di luar. Gimana?” tanyanya sambil tersenyum.
Yuna membalas senyuman Yeriko sambil menganggukkan
kepala.
Yeriko mengusap ujung kepala Yuna. Ia mengecup kening
Yuna sebagai tanda perpisahan yang manis. Membuat semua mata yang tertegun dan
hampir berteriak kencang melihat kemesraan keduanya.
“Mmh ... aku masuk dulu ya!” pamit Yuna.
Yeriko mengangguk sambil tersenyum.
Yuna bergegas masuk ke dalam kantornya. Yeriko terus
memerhatikan Yuna sambil tersenyum. Kemudian berbalik dan bergegas kembali ke
dalam mobil. Ia langsung melajukan mobilnya menuju kantornya.
“Eh, itu bukannya CEO GG? Si Raja Iblis Berdarah Dingin
itu?” tanya salah seorang karyawan yang melihat kemesraan Yuna dan Yeriko.
“Iya. Apa hubungannya dia sama Yuna, ya?” sahut karyawan
yang lain.
“Apa Yuna istrinya?”
“Hah!? Jangan-jangan dia itu suaminya Yuna ya?”
“Duh, jangan sampai macem-macem sama Yuna. Bisa-bisa, Si
Raja Iblis itu bikin perusahaan ini bangkrut dan kita bisa kehilangan
pekerjaan.”
“Ckckck, Bellina selalu cari masalah sama Yuna. Apa itu
artinya ...?”
“Eh, GG kan perusahaan besar. Kenapa Yuna mau magang
kerja di sini? Jangan-jangan ... Yuna memang jadi mata-mata di sini.”
“Jangan ngomong sembarangan kalau nggak ada bukti!”
“Bukan ngomong sembarangan. Logikanya, Yuna bisa magang
kerja di GG dan dia pasti ada di posisi direktur kan? Di sini, dia cuma jadi
karyawan biasa.”
“Iya juga ya?”
Semua karyawan kantor makin sibuk membicarakan Yuna.
Mereka masih tidak percaya kalau Direktur tampan dan kaya raya, pemilik GG
adalah orang yang dekat dengan Yuna, karyawan biasa yang sedang magang di
perusahaan mereka.
Lili langsung mencegat Yuna saat Yuna berada di lobi
kantornya.
“Kenapa? Ada masalah?” tanya Yuna sinis.
“Kamu nggak usah sombong karena diantar sama cowok
ganteng yang pakai mobil mewah itu! Palingan, itu cuma cowok bayaran dan mobil
sewaan doang,” tutur Lili.
“Terserah kamu mau ngomong apa!? Aku nggak peduli!” sahut
Yuna.
“Heh!? Cewek miskin kayak kamu nggak usah kebanyakan gaya
ya!” sentak Sofi.
Yuna menatap tajam ke arah Lili dan Sofi yang ada di
hadapannya. “Nggak kebalik? Bukannya kalian berdua yang kebanyakan gaya?”
“Yuna ...! Kamu berani sama aku!” seru Lili sambil
mengangkat tangannya dan bersiap memukul Yuna.
Yuna tak menghiraukan. Ia melangkah menerobos tubuh Lili
sembari menyenggol pundak Lili hingga tubuhnya sempoyongan.
Lili langsung menghentakkan kakinya. Ia semakin kesal
dengan tingkah Yuna yang berani menghadapinya. Hampir semua karyawan tidak ada
yang berani melawan Lili dan Sofi. Hanya Yuna, satu-satunya karyawan yang
selalu membantah dan membuatnya kesal.
Yuna tak peduli dengan Lili dan Sofi. Ia bergegas naik ke
ruangannya. Saat sampai di ruang kerjanya. Ia langsung mendapat banyak
pertanyaan dari teman-teman departemennya soal laki-laki yang baru saja
mengantarnya.
“Yun, itu tadi suami kamu?” tanya Bagus.
Yuna menganggukkan kepala.
“Ganteng banget, Yun!” seru Selma.
“Dia itu Pak Ye, kan? Pemilik Galaxy Group yang terkenal dingin itu?” tanya
Bagus.
Yuna hanya tersenyum kecil menanggapi pertanyaan Bagus.
“Kok, tahu?”
“Siapa yang nggak kenal dia di kota ini. Semua pebisnis
di Asia pasti tahu siapa Tuan Ye alias Pak Yeri alias Si ...” Bagus tidak
meneruskan ucapannya.
“Si apa?” tanya Yuna.
“Eh!? Nggak papa,” jawab Bagus sambil nyengir. Ia tidak
mungkin mengatakan julukan Si Raja Iblis Berdarah Dingin di depan Yuna.
Yuna mengerutkan bibirnya. Ia tidak lagi memperdulikan
pembicaraan orang-orang di kantornya. Ia langsung melakukan pekerjaan seperti
biasa.
“Yun, dipanggil Lili!” seru salah seorang karyawan dari
departemen Lili.
“Kenapa lagi? Mau ngajak berantem?”
“Nggak tahu. Katanya suruh bawa amprahan.”
Yuna mengernyitkan dahi. Ia langsung menoleh ke arah Pak
Tono.
Pak Tono langsung bereaksi. Ia membuka laci, mengambil
satu bendel laporan dan memberikannya pada Yuna.
“Pak ...!” Yuna memasang wajah iba sambil menatap Pak
Tono.
“Nggak papa. Semua bakal baik-baik aja. Mungkin, bagian
keuangan mau meriksa laporan kita sebelum pencairan gaji karyawan.”
“Biasanya gitu?” tanya Yuna.
Pak Tono mengangguk.
“Tapi ... amprahan bukannya bagian Bapak? Aku ...” Yuna
khawatir terjadi masalah dengan laporan yang tidak ia mengerti dan bisa
menyebabkan dirinya disingkirkan lebih cepat dari tempat magangnya.
Pak Tono tersenyum ke arah Yuna. “Nggak usah khawatir!
Kalau dia cari masalah, biar Bapak yang tanggung jawab!”
Yuna mengangguk. Ia bangkit dan bergegas keluar dari
ruangannya. Ia melangkah tak bersemangat menuju ruang departemen keuangan.
“Bawa laporannya?” tanya Lili ketus saat Yuna masuk ke
dalam ruangan Lili.
Yuna mengangguk dan langsung menyerahkan laporan ke
hadapan Lili. “Ini!”
Lili langsung menyambar laporan tersebut dengan kasar.
Yuna menatap kesal ke arah Lili. Ia langsung berbalik dan
melangkah pergi.
“Jangan pergi! Aku periksa dulu laporannya.”
Yuna menghela napas dan berhenti melangkah.
“Laporanmu bagus juga,” tutur Lili sambil memeriksa
laporan Yuna.
“Itu bukan laporanku. Jelas-jelas amprahan itu bagiannya
Pak Tono,” sahut Yuna.
“Bukannya di sini ada laporan pajak dan BPJS juga?” tanya
Lili sambil tersenyum.
Yuna tersenyum kecil menanggapi ucapan Lili. “So, kamu
udah ngakuin kalau aku juga punya kemampuan?”
“Bisa aja ini cuma kebetulan kan? Kamu mau masuk ke sini
juga karena Lian. Kamu pikir, orang sini nggak ada yang tahu niat busuk kamu
itu?”
“Nggak usah ikut campur urusan pribadi orang lain kalau
kamu nggak tahu apa pun. Lagian, aku masih ingat banget, semalam ketemu sama
siapa di restoran,” tutur Yuna sinis.
Lili semakin geram dengan Yuna. Ia berniat menindas Yuna,
tapi Yuna malah membuatnya kehabisan kata-kata.
Yuna tersenyum sinis dan melangkah pergi meninggalkan
Lili.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Selamat menjalankan ibadah puasa.
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment