“Yun, kita makan di luar aja ya! Bibi War nggak ada,”
tutur Yeriko saat Yuna baru saja keluar dari kamar mandi.
“Oh ya? Bibi ke mana?” tanya Yuna sambil melangkah menuju
lemari untuk mengambil pakaian ganti.
“Dia izin hari ini, katanya anaknya lagi sakit.”
“Oh ... gimana kalau aku aja yang masak?” tanya Yuna
sambil menatap Yeriko.
Yeriko menggelengkan kepala. “Kita makan di luar aja!”
pintanya.
“Kamu bener-bener nggak mau makan masakanku?” Yuna
tertunduk lesu. Ia tak bersemangat mengenakan pakaiannya.
“Aku bukan nggak mau makan masakan kamu. Aku cuma nggak
mau terjadi kecelakaan lagi. Lebih baik kita makan di luar!” Yeriko langsung
mengambil jaket dari dalam lemari dan mengenakannya.
Yuna mengangguk. “Oke, deh,” ucapnya sambil tersenyum.
Yuna berdiri di depan meja rias, ia mengoleskan bedak tipis ke wajahnya. Tak
lupa, ia memberikan tambahan perona merah di bibirnya.
Yeriko menghampiri Yuna perlahan dan memeluk gadis itu
dari belakang. “Kamu lebih penting dari apa pun, jangan bikin aku khawatir
lagi!” bisiknya di telinga Yeriko.
Yuna tersenyum sambil menyentuh pipi Yeriko. Ia menatap
Yeriko dari balik cermin. Yuna mengangguk perlahan dan langsung memasukkan
ponsel dan dompet ke dalam tas tangannya. “Kita berangkat sekarang!”
Yeriko mengangguk. Ia menggandeng tangan Yuna keluar dari
kamar, berjalan menuruni anak tangga dan keluar dari rumah.
Yeriko mengajak Yuna makan di salah satu restoran mahal.
Yuna terpana saat melihat dekorasi restoran yang sangat mewah. Orang-orang yang
makan di sana juga berpakaian eksklusif.
“Kenapa nggak bilang kalau mau makan di sini?” bisik
Yuna.
Yeriko mengernyitkan dahinya.
“Aku pakai baju biasa kayak gini. Kalau tahu makan di
sini, aku kan harus pakai gaun formal. Aku lihat, semua orang di sini pakai pakaian
formal,” tutur Yuna.
Yeriko
tertawa kecil menatap Yuna. Ia mengajak Yuna duduk di salah satu meja. “Kamu itu pakai baju apa aja
tetep kelihatan cantik. Nggak usah minder!”
Yuna tersenyum sambil duduk di kursi yang sudah
disediakan Yeriko.
Yeriko ikut duduk dan langsung memesan makanan untuk Yuna
dan dirinya.
“Minggu depan, ada acara pertemuan tahunan komunitas
pebisnis se-Asia. Kamu temenin aku ya!” pinta Yeriko.
Yeriko tersenyum, perlahan ia menyuap makanan ke
mulutnya. “Gimana?” tanya Yeriko.
“Apanya?” tanya Yuna balik dengan mulut penuh makanan.
“Mau kan temenin aku ke acara tahunan?”
Yuna mengangguk-anggukkan kepala.
“Di sana juga ada banyak makanan enak dari berbagai
negara di Asia.”
“Oh ya? Apa boleh makan semuanya?” tanya Yuna dengan mata
berbinar.
Yeriko menganggukkan kepala.
Yuna membayangkan semua makanan enak yang terhidang di
hadapannya. “Oh My God! Semua makanan dari berbagai negara? Aku bisa ngerasain
keliling dunia dalam semalam,” gumam Yuna dalam hati. Ia tersenyum senang dan
bersedia menemani Yeriko.
Yeriko selalu tersenyum melihat Yuna yang begitu antusias
dan penuh semangat. Baginya, Yuna adalah warna baru dalam kehidupannya. Sejak
mengenal gadis itu, ia merasa hari-harinya jauh lebih baik. Senyuman Yuna,
membuat hati dan pikirannya begitu tenang.
Tiba-tiba, Yuna menutup wajahnya menggunakan buku menu
saat melihat wanita muda masuk ke dalam restoran bersama dengan lelaki setengah
baya.
“Kenapa?” bisik Yeriko.
“Sst ...!” Yuna menempelkan jari telunjuk ke bibirnya.
Yeriko mengernyitkan dahi. Ia terus menatap wanita muda
yang baru saja masuk ke dalam restoran itu. Wanita tersebut duduk agak jauh
dari tempat mereka makan dan membelakangi mereka.
Yeriko langsung menurunkan buku menu dari tangan Yuna.
“Kamu kenal sama cewek itu?” tanya Yeriko.
“Itu si Lili, anak buahnya Bellina yang aku ceritain
kemarin,” jawab Yuna lirih.
Yeriko mengernyitkan dahi. “Dia ...?” Yeriko menunjuk
dengan jari telunjuknya. Kemudian menahan tawa.
Yuna ikut tertawa kecil menatap Yeriko. “Dia yang paling
semangat banget ngatain aku dipelihara sama lelaki tua. Ternyata ... dia ke
sini sama laki-laki tua yang lebih cocok jadi ayahnya.”
“Kamu yakin kalau dia bukan ayahnya?” tanya Yeriko.
Yuna menggelengkan kepala. “Kalau ayah, nggak akan
semesra dan seintim itu kan?”
Yeriko menoleh ke belakang. Melihat Lili terlihat sangat
mesra dengan pria setengah baya itu.
“Akhirnya ... aku punya senjata buat ngelawan dia!” tutur
Yuna penuh semangat.
Yeriko menatap Yuna yang terlihat berapi-api.
“Nggak mau negur dia sekalian?” tanya Yeriko.
“Hah!?” Yuna melongo mendengar pertanyaan Yeriko.
“Pelayan!” panggil Yeriko. Ia meminta bill dan langsung
membayar semua makanan yang ia pesan.
Yeriko menarik lengan Yuna. Dengan sengaja, ia mengajak
Yuna menghampiri Lili yang sedang bersama pria tua itu.
“Nggak usah, Yer! Aku nggak mau bikin masalah di sini,”
bisik Yuna.
“Siapa yang mau bikin masalah?” tanya Yeriko. Ia langsung
merangkul pinggang Yuna, berjalan perlahan menghampiri manager restoran yang
berdiri di tak jauh dari meja Lili.
Yeriko mengajak manager tersebut berbincang sejenak.
Sementara Yuna bisa menatap Lili dengan jelas. Yuna tersenyum penuh kemenangan
sambil menggandeng tangan Yeriko.
Lili membelalakkan matanya saat melihat Yuna yang tiba-tiba
sudah ada di depannya. Ia melepas rangkulan tangannya dari pria tua yang ada di
sampingnya. Perasaannya sangat gugup saat Yuna terus tersenyum ke arahnya.
“Ayo, kita pulang!” bisik Yeriko. Ia melirik ke arah Lili
yang wajahnya terlihat sangat masam dan malu.
Yuna mengangguk sambil tersenyum.
Yeriko tersenyum sambil mencolek dagu Yuna. Ia sengaja
bersikap mesra untuk membuat Lili semakin kesal.
Yeriko dan Yuna bergandengan tangan sambil keluar dari
restoran.
“Hahaha ...!” Yuna langsung tertawa terbahak-bahak saat
keluar dari pintu restoran. Ia terus memegangi perutnya yang terasa
menggelitik. Bahkan, ia masih tertawa saat sudah berada di dalam mobil.
“Aku seneng banget hari ini. Kamu lihat, tadi mukanya si
Lili kayak udang rebus karena kepergok lagi jalan sama Oom-Oom,” tutur Yuna
sambil tertawa.
Yeriko tersenyum kecil menatap Yuna. Ia bergegas
melajukan mobilnya kembali ke rumah.
Sesampainya di rumah, Yuna langsung berbaring di atas
tempat tidur dengan perasaan penuh gembira.
“Aku mau ngerjain laporan dulu di sebelah. Kamu tidur
duluan ya!” pinta Yeriko.
Yuna menganggukkan kepala sambil menatap Yeriko.
“Semangat, Beruangku! Jangan sampai larut malam ya!”
Yeriko mengangguk dan bergegas keluar dari kamar.
Yuna tidak bisa tidur. Ia langsung menelepon Jheni.
“Hei, tumben nelpon jam segini?” tanya Jheni begitu
panggilan telepon Yuna tersambung.
“Emang nggak boleh?”
“Yah, kan ... namanya pengantin baru, biasanya jam segini
lagi sibuk-sibuknya.”
“Sibuk ngapain?” tanya Yuna.
“Sibuk bercinta, masa sibuk ngurusin tetangga!?” sahut
Jheni.
Yuna tergelak mendengar ucapan Jheni.
“Eh, gimana rasanya, Yun?”
“Rasanya apa?” tanya Yuna balik.
“Rasanya bercinta!” seru Jheni dengan nada penuh ceria.
“Nggak tahu,” jawab Yuna.
“Hah!? Kok nggak tahu?”
“Kita belum melangkah sejauh itu,” jawab Yuna lirih.
“Astaga! Jadi, nikah ngapain aja? Jangan-jangan ...
kalian nggak tidur satu ranjang ya? Apa cuma pura-pura nikah kayak yang di
sinetron-sinetron itu?” cerocos Jheni.
“Apaan sih!? Ya tidur satu ranjang setiap malam. Tapi ...
dia juga nggak ngapa-ngapain aku.”
“Kok bisa? Emang dia nggak nafsu lihat kamu?” tanya
Jheni.
“Eh!?” Yuna berpikir sejenak. Selama ini, Yeriko memang
tidak pernah memaksa Yuna melayaninya. Bahkan, mereka sudah pernah saling
melihat tubuh mereka telanjang bulat, tapi tetap tidak ada kemajuan. Apa
tubuhnya memang tidak menarik?
Jheni tergelak. “Gila ya! Kamu udah umur dua puluh empat
tahun, tapi masih perawan aja. Bahkan status kamu sudah nikah, tapi masih
perawan. Ckckck.”
“Nggak usah ngolok!” seru Yuna.
“Eh, aku ada kirim web yang jual lingerie dan pakaian
dalam seksi. Coba lihat deh!”
“Males!” sahut Yuna kesal.
Jheni tergelak. “Lihat ya! Pasti berguna banget buat
hubungan kalian biar tambah hot. Aku mau ke toilet. Aku tutup teleponnya!” seru
Jheni sambil menutup telepon.
Yuna menghela napas. Ia langsung membuka tautan yang
dikirim oleh Jheni. Yuna tersenyum melihat gambar-gambar pakaian seksi yang
terpampang di dalam web tersebut. Ia segera mengganti pakaian dan pergi tidur.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Selamat menjalankan ibadah puasa.
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment