Friday, January 24, 2025

Bab 37 - Nyonya Muda GG

 


“Jadi, kamu bener-bener ada hubungannya sama laki-laki tua itu?” tanya Yuna.

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Aku sudah ambil alih semua saham dan aset perusahaannya.”

 

Yuna langsung menatap Yeriko. “Kamu ...!?” Yuna bangkit dan mencari ponselnya. Ia langsung mencari informasi di internet tentang pemilik perusahaan Galaxy Group. Ia terkejut saat potret Yeriko terlihat dari kejauhan.

 

Yuna membandingkan wajah Yeriko dan foto yang ada di dalam ponselnya. “Mirip?” Ia mengernyitkan dahi menatap ponselnya.

 

Yeriko tersenyum kecil menanggapi reaksi Yuna.

 

“Kamu ... Direktur Utama GG yang sering dibicarain orang-orang itu?” tanya Yuna.

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“What!?” Bola mata Yuna hampir keluar dari tempatnya. Ia tidak menyangka kalau suaminya adalah seorang Direktur dan CEO dari GG. Pria yang super kaya di kotanya. Ia langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur dan tidak bersemangat menghadapi kenyataan yang sudah terjadi.

 

“Hei, kenapa?” tanya Yeriko, ia cemas dengan sikap Yuna.

 

“Aku nggak suka orang kaya, kenapa aku malah menikahi orang paling kaya di negeri ini?” tutur Yuna lirih. “Aku harus gimana menghadapinya?”

 

“Yun, apa aku buruk banget di depan kamu?” tanya Yeriko.

 

Yuna menggeleng tak bersemangat. “Aku yang buruk. Aku ini cuma wanita gelandangan. Nggak punya rumah, nggak punya harta, nggak punya apa-apa. Aku selalu dimaki sama keluarganya Lian karena aku orang miskin sedangkan keluarga mereka adalah orang yang kaya raya.”

 

“Yun, keluargaku nggak seperti itu,” tutur Yeriko sambil mengusap pipi Yuna.

 

Yuna menatap iba ke arah Yeriko. “Gimana aku menghadapi mama kamu? Aku nggak punya apa-apa. Mama kamu pasti nggak mau punya menantu yang miskin kayak aku,” tutur Yuna terisak.

 

Yeriko langsung memeluk tubuh Yuna. “Mamaku nggak akan seperti itu. Mama adalah wanita yang memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas. Dia wanita paling baik yang aku kenal di dunia ini. Kakek juga orang yang sangat baik walau sikapnya memang sedikit keras. Mereka tidak akan melihat kamu dari materi yang kamu punya.”

 

Yuna menatap Yeriko dengan mata berkaca-kaca. “Tapi ...”

 

Yeriko tersenyum menatap Yuna. “Aku milih kamu karena kamu adalah wanita terbaik di dunia ini setelah Mama. Semuanya akan baik-baik aja! Mereka akan menyayangi kamu. Bahkan, mungkin lebih menyayangi kamu daripada aku.”

 

“Beneran?” tanya Yuna. Perasaannya masih sangat khawatir, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat bertemu dengan keluarga Yeriko.

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Gimana kalau kita main ke rumah kakek dalam minggu ini?” tanya Yeriko.

 

Yuna mengangguk kecil. Ia tak bisa menolak. Diterima atau tidak oleh keluarga Yeriko, ia tak lagi memperdulikannya. Yang ia rasakan saat ini, ia merasa sangat tenang dan bahagia berada dalam pelukan Yeriko.

 

Yeriko terus mengusap lembut pundak Yuna hingga gadis itu terlelap di pelukannya.

 

 

 

Keesokan harinya ...

 

Yuna masuk kerja seperti biasa. Saat jam makan siang, ia kembali mendengar gosip tentang Wilian dan Bellina yang akan segera menikah.

 

“Yun, emang bener mereka bakal nikah?” tanya Selma yang berada satu meja dengan Yuna saat jam makan siang.

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Denger-denger, Bos Lian juga bakal bawa Bu Belli ke acara tahunan komunitas pebisnis besar di Asia,” tutur Bagus. “Apa itu artinya ... dia bakal memperkenalkan diri sebagai menantu Wijaya Group?”

 

“Huft, makin sombong aja tuh dia!” celetuk Selma.

 

“Mumpung masih ada yang disombongin kali,” sahut Yuna sambil tertawa kecil.

 

“Eh, semalam kamu lembur, Yun?” tanya Selma.

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Sampe jam berapa?”

 

“Setengah dua belas.”

 

“Malem banget? Bu Belli nyuruh kamu ngerjain apa sih?”

 

“Nyusun kertas yang kemarin udah aku masukin ke penghancur kertas.”

 

“What!?” Selma dan Bagus saling pandang.

 

“Itu orang, bener-bener nggak ada puasnya ngerjain kamu,” celetuk Bagus.

 

Yuna hanya tertawa kecil menanggapi celetukan Bagus. Tiba-tiba ponsel Yuna berdering.

 

Yuna langsung meraih ponsel yang ia letakkan di atas meja. “Halo ...!” sapanya begitu ia menjawab telepon.

 

“Pulang kerja jam berapa?” tanya Yeriko lewat telepon.

 

“Jam lima, kayak biasa.”

 

“Nggak lembur lagi kan?”

 

“Mudah-mudahan nggak sih,” jawab Yuna.

 

“Oke. Jam lima aku jemput.”

 

“He-em.” Yuna menganggukkan kepala.

 

“Udah makan siang?”

 

“Udah. Ini lagi di kantin. Kamu sendiri?”

 

“Udah. Abis meeting sama klien.”

 

“Oh.”

 

“Udah dulu ya! Jangan terlalu capek kerjanya! Bye!”

 

“Bye ...!” Yuna langsung meletakkan kembali ponselnya ke atas meja.

 

“Suami kamu ya?” tanya Selma.

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum.

 

“Dia perhatian banget sih? Tiap hari antar jemput kamu. Aku penasaran, deh. Dia itu kayak gimana sih? Nggak kayak yang digosipin orang-orang itu kan?”

 

Yuna tersenyum sambil menggelengkan kepala. “Mmh ... yang jelas, jauh lebih baik daripada Lian.”

 

“Wah ... kamu beruntung banget sih? Kapan aku bisa punya pacar yang perhatian banget kayak gitu ya?” tutur Selma.

 

“Ehem ... ehem!” Bagus langsung merapikan kerah bajunya. “Aku siap, kok.”

 

Selma langsung melotot ke arah Bagus sambil menjulurkan lidahnya.

 

“Yee ... aku juga ganteng dan perhatian kali. Ya kan, Yun?” tanya Bagus sambil memainkan alisnya.

 

Yuna tertawa kecil. “Ya, ya, ya,” ucapnya sambil menahan senyum.

 

“Huft, kalian ini ... benar-benar nggak punya selera yang bagus,” celetuk Bagus.

 

“Karena yang Bagus cuma kamu!” sahut Selma sambil tertawa.

 

“Hahaha.” Yuna ikut tertawa mendengar ucapan Selma. “Karena namanya doang ya?”

 

“Eh, nama itu melambangkan kepribadian. Namaku Bagus. Jelas lah orangnya juga ganteng. Cah Bagus gitu loh.”

 

“Idih ...! Jijik aku lihatnya, Gus!” sahut Selma saat melihat gaya Bagus yang seperti perempuan saat berbicara.

 

Mereka menyelesaikan makan siang sambil bercanda bersama. Usai makan siang, Yuna kembali ke ruangannya. Lagi-lagi, Bellina memanggilnya untuk masuk ke dalam ruang kerja Bellina.

 

“Nyebelin kan?” celetuk Yuna sambil menatap Selma. “Kayaknya tuh orang udah kangen banget kalau sehari aja nggak ada ketemu sama aku.”

 

Selma tertawa kecil menanggapi ucapan Yuna.

 

Yuna langsung bergegas pergi ke ruangan Bellina.

 

“Mana laporan yang aku suruh bikin?” tanya Bellina saat Yuna masuk ke dalam ruangannya.

 

“Oh. Bentar. Aku ambil dulu!” Yuna berbalik dan keluar dari ruangan Bellina. Ia berlari ke ruangannya untuk mengambil laporan yang sudah ia buat dan kembali masuk ke dalam ruang kerja Bellina.

 

Bellina langsung memeriksa laporan yang dibuat oleh Yuna.

 

Yuna hanya berdiri di depan Bellina tanpa berkata-kata. Ia tidak tahu bagaimana Bellina akan menyerangnya dengan laporan yang ia buat. Ia sudah berusaha membuat laporan sebaik mungkin. Kalau Bellina masih memakinya, artinya memang Bellina yang sengaja membuat masalah dengannya.

 

“Apa-apan nih!?” Bellina langsung membanting laporan Yuna ke atas meja.

 

“Eh!? Emangnya kenapa?” tanya Yuna sambil meraih laporan tersebut dan memeriksanya.

 

“Laporan kamu ini berantakan banget. Nggak berguna sama sekali! Kamu bisa kerja nggak!?” seru Bellina.

 

Yuna merapatkan bibirnya. Ia menarik napas dalam-dalam untuk meredam emosi yang hampir meletus dari kepalanya.

 

“Bukannya yang kamu minta laporannya kayak gini?” tanya Yuna.

 

“Bukan kayak gitu! Makanya, kalo ada orang jelasin itu diperhatiin baik-baik! Nggak niat kerja ya!?” sentak Bellina.

 

“Heh!? Aku sudah ngerjain semuanya sesuai petunjuk!” Yuna langsung memukul meja Bellina. “Kamu aja yang sengaja pengen nyalah-nyalahin aku dan cari masalah sama aku kan?”

 

Bellina tersenyum sinis. “Buat apa aku cari masalah sama karyawan biasa kayak kamu. Sama sekali nggak level!” tegas Bellina.

 

Yuna makin kesal. Ia menghentakkan kakinya ke lantai dan bergegas keluar dari ruangan Bellina.

 

Bellina tersenyum penuh kemenangan. “Sebentar lagi, aku resmi jadi Nyonya Lian. Aku bakal singkirin kamu secepatnya!” tuturnya sambil menatap pintu ruangannya yang tertutup.

 

Sekalipun Yuna sudah menikah, ia masih menyimpan dendam dengan adik sepupunya itu. Terlebih, Lian masih terus memerhatikan Yuna diam-diam. Ia tidak akan membiarkan Lian kembali ke pelukan Yuna. Lian harus menjadi miliknya seutuhnya!

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas