Friday, January 24, 2025

Bab 36 - For My Wife

 


“Bi, tolong bikinkan jahe hangat untuk Yuna!” pinta Yeriko begitu ia masuk ke dalam rumah. Yeriko merangkul Yuna menuju Sofa.

 

Bibi War menganggukkan kepala. Ia langsung membuat wedang jahe untuk Yuna tanpa banyak bertanya.

 

Yuna melepas jas milik Yeriko dan bangkit dari tempat duduk. “Aku mandi dulu!”

 

Yeriko langsung menahan lengan Yuna dan menariknya untuk kembali duduk. “Ini udah tengah malam. Nggak usah mandi! Ntar malah makin sakit.”

 

“Tapi ... aku belum mandi,” tutur Yuna sambil mengendus tubuhnya sendiri.

 

“Masih wangi,” sahut Yeriko. “Eh, dingin-dingin gini enak makan mie instan kuah. Mau?” tanya Yeriko sambil menatap Yuna.

 

Yuna menganggukkan kepala. Kebetulan perutnya terasa melilit karena belum makan sejak tadi siang.

 

Yeriko bangkit dan bergegas menuju dapur untuk membuatkan mie kuah instan. Sementara Bibi War yang sudah selesai membuatkan wedang jahe untuk Yuna, langsung bergegas keluar dari dapur.

 

“Bi ...!” panggil Yeriko.

 

“Ya.”

 

“Ini  udah tengah malam. Habis kasih wedang jahe ke Yuna, Bibi istirahat ya! Besok tetep harus bangun pagi-pagi kan?”

 

Bibi War tersenyum sambil menganggukkan kepala. Ia bergegas memberikan segelas wedang jahe kepada Yuna. “Mbak Yuna kehujanan?”

 

Yuna menggelengkan kepala. “Nggak, Bi. Cuma kedinginan.”

 

“Oh ... ini wedang jahe buat hangatin badan!” Bibi War meletakkan segelas wedang jahe ke atas meja. “Mmh ... Bibi mau istirahat dulu ya!”

 

“Loh? Bukannya Yeriko masih di dapur?”

 

“Iya. Mas Yeri nggak mau diganggu kalau lagi di dapur. Dia nyuruh Bibi istirahat,” tutur Bibi War berbisik sambil memainkan matanya.

 

“Iih ... Bibi mah bisa aja.”

 

Bibi War tersenyum. “Ajak dia banyak bicara! Bibi istirahat dulu!” pamitnya. Ia langsung bergegas masuk ke dalam kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya.

 

Waktu semakin larut. Aroma mie instan buatan Yeriko benar-benar menggugah selera makan Yuna. Ia bangkit dari sofa dan menghampiri Yeriko yang sedang memasak di dapur.

 

“Nggak usah ke sini! Ntar ketumpahan air panas lagi!” pinta Yeriko saat Yuna berada di dekatnya.

 

“Kan ada kamu,” sahut Yuna sambil tersenyum.

 

Yeriko tersenyum kecil. Ia menghidangkan dua mangkuk mie instan untuk Yuna. Ia melangkah perlahan menuju meja makan dan meletakkan dua mangkuk tersebut ke atas meja. “Makan dulu yuk!” ajak Yeriko.

 

Yuna menganggukkan kepala. Ia dan Yeriko duduk bersebrangan sambil menikmati sup mie instan yang masih hangat.

 

“Enak?” tanya Yeriko sambil menatap Yuna.

 

Yuna mengangguk dan terus makan dengan lahap. Yuna menatap Yeriko yang makan dengan santai dan elegan, sedangkan dirinya lebih seperti seorang bandit yang tidak makan selama tiga hari.

 

“Oh ya, Mama kamu nggak ke sini lagi?” tanya Yuna.

 

“Belum. Mungkin masih sibuk.”

 

“Mmh ... terakhir kali ketemu, waktu kita belum nikah. Gimana kalau kita yang ngunjungi mama kamu?” tanya Yuna.

 

Yeriko langsung menatap Yuna yang ada di hadapannya. Ia tersenyum kecil sambil menganggukkan kepala.

 

“Beneran!?”

 

Yeriko mengangguk lagi.

 

Yuna sangat gembira. Ia bangkit dari tempat duduk dan langsung memeluk Yeriko.

 

Yeriko langsung menarik tubuh Yuna duduk di pangkuannya, ia menatap mata Yuna yang memancarkan cahaya kebahagiaan, membuat bibirnya terus tersenyum.

 

“Eh, mama kamu sudah tahu kalau kita sudah nikah?” tanya Yuna.

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Aku mau tanya sesuatu sama kamu,” tutur Yeriko sambil memegang pundak Yuna dan menatap tajam gadis itu.

 

“Kamu pernah jatuh cinta sebelumnya?” lanjutnya.

 

Yuna menggelengkan kepala. “Aku belum pernah ciuman sama orang lain sebelumnya. Kamu yang pertama.”

 

Lian?” Yeriko mengernyitkan dahinya.

 

Yuna menggelengkan kepala. “Kami memang pacaran. Tapi, nggak pernah ciuman. Waktu SMA, hubungan kami memang baik tapi nggak pernah begitu intim. Setelah lulus SMA, aku lanjutin sekolah ke Melbourne, dia di New York. Kita nggak pernah ketemu secara langsung selama empat tahun terakhir.”

 

Yeriko merasa sangat senang mendengar pernyataan dari Yuna. “Kenapa hari ini kamu mulai antusias dan manja banget? Kayak udah pengalaman dalam ...” Yeriko memerhatikan wajah Yuna yang merona merah.

 

Yuna berusaha bangkit dari pangkuan Yeriko. Namun, Yeriko menahannya agar Yuna tidak beranjak dari pangkuannya.

 

“Kamu sendiri, sudah pernah jatuh cinta sebelumnya?” tanya Yuna balik.

 

“Eh, makanan kamu udah habis atau belum?” tanya Yeriko sambil melirik ke arah mangkuk Yuna.

 

“Sudah,” jawab Yuna.

 

“Ya udah. Kita istirahat di kamar yuk!” ajak Yeriko.

 

“Jawab dulu pertanyaanku!” pinta Yuna sambil memonyongkan bibirnya. Ia kesal karena Yeriko terus mengalihkan pembicaraan.

 

Yeriko tidak menjawab. Ia langsung mengecup bibir Yuna yang manis. “Udah malam. Kita tidur!” pinta Yeriko sambil menggendong Yuna.

 

“Eh, mejanya belum diberesin!” seru Yuna.

 

“Biar aja. Besok pagi diberesin sama Bibi.” Yeriko langsung melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya sambil menggendong tubuh Yuna.

 

Yeriko merebahkan tubuh Yuna ke atas tempat tidur. Ia melepas seluruh pakaiannya, membuat jantung Yuna semakin berdebar tak karuan saat melihat tubuh Yeriko yang begitu mempesona.

 

Yeriko tersenyum kecil melihat wajah Yuna yang menegang. Ia melangkah menuju lemari dan mengambil piyama, kemudian memakainya.

 

“Syukur deh! Aku pikir dia mau ...” batin Yuna sambil membayangkan dirinya bercinta dengan Yeriko saat itu juga. Walau kini ia mulai menyukai Yeriko, tapi ia sendiri belum siap melayani Yeriko sepenuhnya.

 

Yeriko langsung naik ke tempat tidur dan berbaring di samping Yuna.

 

Yuna menggigit bibirnya, waktu sudah menunjukkan jam 01.00 WIB, tapi matanya masih belum mengantuk.

 

“Oh ya, kamu belum cerita ke aku. Kenapa kamu lembur sendirian di kantor?” tanya Yeriko.

 

“Mmh ...” Yuna menatap Yeriko yang ada di sampingnya. Ia takut dan ragu menceritakan kejadian yang terjadi pada dirinya.

 

“Nggak usah takut! Cerita aja!” pinta Yeriko sambil menatap Yuna.

 

Yuna mulai menceritakan satu per satu kejadian yang ada di kantornya.Ia juga menceritakan bagaimana Bellina dan dua pengikutnya menindas Yuna.

 

“Mereka juga terus-terusan ngatain aku jadi istri simpanannya Oom-Oom. Padahal, suamiku nggak tua-tua banget,” tutur Yuna sambil mengamati wajah Yeriko yang masih muda dan kulit yang terawat dengan baik.

 

Yeriko tersenyum kecil. Ia langsung merengkuh tubuh Yuna ke dalam pelukannya. “Aku nggak akan ngebiarin siapa pun menindas dan merendahkan kamu!” bisiknya.

 

Yuna balas tersenyum. Ia membenamkan wajahnya ke dada Yeriko. “Oh ya, Tante Melan juga nelpon aku,” tutur Yuna sambil menengadahkan wajahnya menatap Yeriko.

 

“Kenapa?” tanya Yeriko.

 

“Dia minta aku nemenin dia minggu ini ketemu sama Wedding Organizer. Bellina sama Lian mau bikin pesta pernikahan.”

 

“Oh ya? Kamu mau?”

 

“Aku mana bisa nolak permintaan Tante Melan. Aku cuma takut ... dijebak lagi sama dia.”

 

“Perlu aku temenin?”

 

Yuna menggeleng pelan. “Aku bisa ngatasi sendiri, kok,” jawabnya sambil tersenyum.

 

“Apa perlu aku kirim Riyan buat nemenin kamu?”

 

“Nggak usah! Itu berlebihan,” jawab Yuna.

 

Yeriko mengelus pundak Yuna. “Aku nggak mau kamu terus-terusan menderita karena mereka. Gimana kalau kamu pindah magang ke kantorku aja?”

 

Yuna menggelengkan kepala. “Iih ... nepotisme banget!” celetuknya.

 

“Siapa bilang?” tanya Yeriko.

 

“Aku.”

 

Yeriko menarik napas sejenak. “Kamu itu sekarang udah jadi Nyonya Yeriko!” tegas Yeriko sambil menyolek hidung Yuna. “Nggak ada satu orang pun yang boleh menindas kamu. Semua karyawan kantorku, bakalan tunduk sama kamu. Bahkan semua perusahaan yang ada di kota ini.”

 

Yuna langsung bangkit dan menatap tajam ke arah Yeriko begitu mendengar ucapan suaminya itu.

 

“Kenapa?” tanya Yeriko. Ia bingung dengan sikap Yuna yang tiba-tiba tegang.

 

“Apa ... kamu juga tahu soal PT. Jaya Agung? Direkturnya adalah orang yang pernah jebak aku di Shangri-La malam itu,” tanya Yuna dengan wajah serius.

 

Yeriko tertawa kecil mendengar pertanyaan Yuna. Ia pikir, Yuna akan mengatakan sesuatu yang menakutkan dirinya.

 

“Kenapa malah ketawa?” tanya Yuna sambil memukul dada Yeriko.

 

Yeriko tersenyum, ia menarik tubuh Yuna ke dadanya. “Siapa pun yang berani menyakiti istriku, mereka harus ngerasain akibatnya,” bisik Yeriko.

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas