Friday, January 24, 2025

Bab 33 - Rencana Bulan Madu

 


Usai membersihkan seluruh tubuh Yuna, Yeriko langsung menggendong kembali dan membawanya ke atas tempat tidur.

 

“Kamu cuma punya baju ini?” tanya Yeriko.

 

Yuna menganggukkan kepala. “Yang lain masih kotor. Mungkin masih dicuci sama Bibi.”

 

“Bibi tiap hari nyuci. Nggak mungkin numpuk pakaian kotor. Andai ada yang kotor, mungkin Cuma satu atau dua setel.”

 

Yuna bergeming. Ia menarik selimut untuk menutup tubuhnya yang terlihat mulus tanpa sehelai kain. Ia hanya menundukkan kepala. Tidak tahu harus mengatakan apa pada suaminya.

 

“Yuyun, aku udah kasih kamu kartu kredit. Kamu bisa pakai buat beli pakaian sebanyak yang kamu mau. Kenapa masih nggak mau pakai kartu itu?” tanya Yeriko sambil melangkah mendekati Yuna.

 

Yuna menggigit jemarinya sendiri mendengar pertanyaan Yeriko. “Aku pengen usaha sendiri,” jawab Yuna lirih.

 

Yeriko menghela napas. “Jangan menyulitkan diri sendiri! Aku ini suami kamu. Nyonya Yeri nggak boleh terlihat buruk di mata siapa pun. Aku bukan suami yang nggak bisa memenuhi kebutuhan istri!” Yeriko menyodorkan piyama milik Yuna.

 

Yuna mengangguk dan menerima piyama itu perlahan. Yuna langsung memakai piyama sambil sesekali melirik Yeriko yang ada di depannya.

 

“Yang ini, nggak mau dipakai?” tanya Yeriko sambil mengangkat bra milik Yuna.

 

Yuna menggelengkan kepala. “Kalau malam, lebih baik nggak pake BH waktu tidur. Biar bisa bernapas.”

 

“Apanya yang bernapas?” tanya Yeriko sambil tertawa kecil.

 

“Kulitnya. Kulit juga butuh bernapas,” jawab Yuna.

 

“Oh.” Yeriko tersenyum kecil.

 

“Kenapa senyum-senyum?” tanya Yuna sambil memakai celananya.

 

“Nggak papa. Kamu mau makan apa?” tanya Yeriko.

 

“Mmh ... makan buah aja deh kalo ada. Udah malam gini, nggak baik makan makanan berat. Ntar cepet gemuk.”

 

Yeriko tergelak mendengar ucapan Yuna. “Biasanya juga makan banyak!” sahutnya. “Aku turun dulu kalo gitu. Jangan ke mana-mana ya!” pinta Yeriko.

 

Yuna mengangguk sambil tertawa kecil melihat Yeriko yang buru-buru keluar dari kamarnya.

 

Beberapa menit kemudian, Yeriko kembali ke dalam kamar. Yuna sudah terlelap dalam mimpi. Ia tak lagi bisa mendengar dan melihat apa yang dilakukan Yeriko di sisinya. Jiwanya sudah terbang ke alam mimpi, memimpikan sesuatu yang indah bersama orang yang kini mulai masuk dalam hatinya secara perlahan.

 

Melihat Yuna yang sudah terlelap, Yeriko langsung berpindah ke ruang kerjanya. Ia melakukan panggilan video call dengan Riyan, asisten pribadinya.

 

“Halo ... Bos!” sapa Riyan.

 

Yeriko mengangguk. “Masih di kantor?”

 

“Iya.”

 

“Gimana proses akuisisi perusahaan Jaya Agung?” tanya Yeriko.

 

“Sudah beres, Bos. Besok pagi, Jaya Agung akan resmi menjadi anak perusahaan Galaxy Group.”

 

“Bagus. Gimana agenda hari ini? Nggak ada masalah kan?”

 

Riyan menggelengkan kepala. “Semua jadwal meeting hari ini, sudah saya geser besok.”

 

“Oke.” Yeriko langsung mematikan panggilan videonya. Ia kembali melakukan panggilan video call dengan sahabatnya, Chandra dan Lutfi.

 

“Halo, Bro! Tumben vidcall?” tanya Lutfi tanpa basa-basi.

 

Yeriko tersenyum kecil.

 

“Ke sini leh!” pinta Lutfi. “Kita lagi di Bar.”

 

“Istriku lagi sakit.”

 

“Kakak Ipar sakit? Sakit apa?” tanya Lutfi.

 

Yeriko langsung menceritakan perihal kecelakaan kecil yang terjadi pada Yuna. Lutfi dan Chandra mendengarkan dengan seksama.

 

“Chan, kamu tahu Direktur Lukman dari PT. Jaya Agung?” tanya Yeriko.

 

“Nggak kenal-kenal deket banget sih. Tapi tahu, kenapa?”

 

“Dia pernah ganggu istriku waktu kami belum nikah. Besok pagi, aku bakal bikin dia bangkrut.”

 

Chandra tersenyum kecil mendengar ucapan Yeriko. Ia sudah tahu dengan sifat sahabatnya yang satu ini. Memiliki kuasa besar dan berdarah dingin. Ia tidak akan membiarkan orang-orang jahat di sekelilingnya bisa hidup dengan tenang. Terlebih orang yang telah menyakiti orang-orang terdekatnya.

 

“Wah ... parah! Mau kamu apain orang itu?” tanya Lutfi.

 

Yeriko tersenyum penuh kesombongan. “Lihat aja besok!”

 

“Eh, kamu belum bulan madu kan?” tanya Lutfi.

 

“Kenapa? Mau ngasih hadiah bulan madu?” tanya Yeriko.

 

Lutfi menganggukkan kepala. “Villaku di Uluwatu keren, Yer. Cocok buat bulan madu.”

 

“Belum ada waktu,” sahut Yeriko.

 

“Astaga! Kalo kamu sibuk terus, gimana bisa bahagiain Kakak Ipar?” tanya Lutfi.

 

“Dia juga kerja, Lut.”

 

“Duitmu kan udah banyak. Kenapa istrimu masih dibiarin kerja? Aku pikir, dia nggak akan kekurangan walau setiap hari shopping-shopping,” tutur Lutfi.

 

Yeriko tertawa kecil. Ia baru menyadari kalau Yuna adalah wanita yang istimewa. Dengan kekayaan yang ia miliki, seharusnya Yuna tidak perlu bekerja. Ia bisa menggunakan harta Yeriko untuk bersenang-senang.

 

Tapi, Yuna memilih untuk tetap bekerja. Bahkan kartu kredit yang diberikan oleh Yeriko, belum pernah digunakan oleh Yuna.

 

“Kenapa malah senyum-senyum sendiri?” tanya Lutfi dan Chandra.

 

Yeriko tersenyum kecil. “Kakak Ipar kalian itu memang beda. Dia bahkan nggak pernah pakai kartu kredit yang aku kasih. Sore tadi, aku baru sadar kalau dia cuma punya beberapa lembar pakaian ganti. Dia bahkan nggak pernah minta dibelikan pakaian baru.”

 

“Hah!? Serius? Dia sesederhana itu? Wah ... kalo gitu, duitmu makin nggak habis-habis!” seru Lutfi.

 

Yeriko tertawa kecil. “Aku ngerasa bersalah. Aku pengen ngasih kejutan buat dia. Kamu bantu aku ya!”

 

“Bantu apa?” tanya Lutfi.

 

“Carikan tempat liburan yang enak, di Luar Negeri.”

 

“Katanya kamu sibuk, Yer?” tanya Lutfi.

 

“Nanti, aku atur jadwalku, juga nyesuaikan jadwal kerjanya Yuna.”

 

“Oh gitu? Oke, deh. Kamu mau liburan ke mana?” tanya Lutfi.

 

“Yang bagus ke mana?”

 

“Semua tempat bagus-bagus. Kakak Ipar sukanya ke negara mana?”

 

“Mmh ... dia nggak pernah ngomong mau ke mana.”

 

“Melbourne gimana? Dia kan dari sana. Pasti lah bakal rindu suasana di sana.”

 

“Iya juga ya?” Yeriko menimbang-nimbang ucapan Lutfi. “Nanti, kamu kirim aja referensi tempat yang bagus buat bawa Yuna liburan!” pintanya.

 

“Siap!” sahut Lutfi.

 

“Chan, hubunganmu sama Amara gimana?” tanya Yeriko. “Kapan nikahnya?”

 

Lutfi tergelak mendengar pertanyaan Yeriko.

 

Chandra langsung menyenggol lengan Lutfi.

 

“Kenapa ketawa?” tanya Yeriko.

 

“Payah si Chandra. Udah punya tunangan cantik, nggak juga dinikah-nikahin. Lihat Yeriko! Baru seminggu kenal sama Yuna langsung nikah.”

 

“Daripada jomlo terus!” sahut Chandra.

 

Lutfi gelagapan mendengar ucapan Chandra. Ia ingin membela diri, tapi tidak tahu harus mengatakan apa.

 

Yeriko tertawa kecil melihat Lutfi dan Chandra dari layar ponselnya.

 

“Heh!? Nggak usah ikut ngetawain!” sahut Lutfi sambil menatap kesal ke arah Yeriko. “Eh, Kakak Ipar mana?”

 

“Udah tidur,” jawab Yeriko yang masih menyisakan tawanya.

 

“Jam segini udah tidur? Tengah malam pasti bangun kan?” tanya Lutfi.

 

Yeriko menggelengkan kepala.

 

“Hah!? Kalo tidur terus, kapan bikin keponakan buat aku?”

 

“Minta sama Chandra!” sahut Yeriko sambil menahan tawa.

 

Lutfi dan Chandra saling pandang.

 

“Udah dulu ya! Aku mau tidur dulu. Kasihan Yuna tidur sendirian. Ntar kedinginan nggak ada yang peluk!” pamit Yeriko sambil menutup panggilan videonya.

 

Yeriko tersenyum kecil. Ia mematikan laptop miliknya dan melangkah keluar dari ruang kerja pribadinya. Ia langsung masuk ke kamar, naik ke tempat tidur sambil menatap wajah cantik Yuna.

 

Aroma tubuh Yuna yang semerbak membuatnya tidak tahan untuk tidak mencium gadis itu. Yeriko mengecup kening Yuna. Ia memeluk pinggang Yuna, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan ikut terlarut dalam mimpi.

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas