Thursday, January 23, 2025

Bab 24 - Lelap di Pelukmu

 


Wilian kembali ke dalam private room, menemui Bellina yang sedang makan bersamanya.

 

“Kamu kenapa?” tanya Bellina saat mendapati pipi Lian memar.

 

“Abis berantem sama suaminya Yuna.”

 

“Mereka ada di sini juga?” tanya Bellina.

 

Lian menganggukkan kepala.

 

“Mereka tuh sama-sama sarkas ya? Kemarin, Yuna bikin kakiku lecet kayak gini. Sekarang, suaminya bikin kamu luka juga. Bener-bener pasangan yang keterlaluan!”

 

Lian melirik ke arah Bellina sambil mengelus pipinya yang terasa ngilu.

 

“Kita harus bikin perhitungan sama mereka,” tutur Bellina. “Oh ya, bukannya suami Yuna udah tua ya? Kenapa dia masih punya kekuatan buat mukul kamu?”

 

“Tua apanya!?” sentak Lian sambil menatap Bellina.

 

Bellina terkejut mendapati reaksi Lian. “Bu ... bukannya ...?”

 

“Dia masih muda. Badannya tinggi kekar, kulitnya bersih dan dia juga ganteng. Kamu itu nggak pernah bener-bener tahu suaminya Yuna itu siapa!?”

 

Bellina mengerjapkan matanya. Ia tidak tahu siapa sebenarnya suami Yuna. “Mmh ... aku belum pernah lihat, sih. Tapi ... yang aku tahu, Mama udah jodohin dia sama Oom-Oom kaya raya itu. Aku sama sekali nggak tahu kalau ...”

 

“Lain kali, cari informasi yang bener dulu!”

 

Bellina menganggukkan kepala. “Iya, Sayang. Sorry ...!” ucapnya sambil bergelayut manja di pundak Lian.

 

“Yuna ...! Kamu sudah nikah dan Lian masih aja mikirin kamu. Aku nggak akan ngebiarin Lian kembali sama kamu lagi. Lian harus jadi milikku sepenuhnya. Selamanya ...” bisik Bellina dalam hati.

 

Lian langsung memeluk tubuh Bellina. Pikirannya justru melayang, membayangkan wajah cantik Yuna dan kisah manis yang pernah terjalin di antara mereka. Hatinya semakin merasa bersalah pada Bellina yang selalu mendampinginya setiap waktu.

 

Lian menghela napas perlahan. “Entah kenapa, semakin lama aku makin nggak bisa ngelupain Yuna,” tuturnya dalam hati.

 

Bellina tersenyum, ia menengadahkan kepalanya menatap Lian dan mengecup bibir Lian.

 

Lian tersenyum dan langsung melumat bibir Bellina penuh gairah.\

 

Sementara itu ... Yuna, Yeriko, Chandra dan Lutfi keluar dari restoran.

 

“Kita mau pindah ke mana?” tanya Lutfi.

 

“Kayanna aja!” jawab Yeriko.

 

“Oke.”

 

Mereka berempat bergegas berjalan menuju ke parkiran.

 

“Yer, kita satu mobil aja!” pinta Lutfi. “Suruh Riyan ambil mobilmu di sini!”

 

Yeriko mengangguk dan langsung mengajak Yuna masuk ke dalam mobil Lamborghini merah milik Lutfi.

 

Lutfi langsung melajukan mobilnya menuju Kayanna Restaurant & Cafe yang berjarak sekitar 3.4 km dari Shangri-La Hotel.

 

Yuna menoleh ke arah Yeriko yang duduk di sampingnya. Ia menarik-narik ujung baju Yeriko.

 

“Kenapa?” tanya Yeriko sambil menoleh ke arah Yuna.

 

“Masih marah?” tanya Yuna pelan.

 

Yeriko menggelengkan kepala.

 

“Aku sama dia sudah nggak ada hubungan apa-apa. Kamu jangan marah-marah!” pinta Yuna sambil menyandarkan dagunya ke pundak Yeriko.

 

“Aku nggak marah.”

 

“Kenapa harus pindah tempat makan?”

 

“Biar lebih santai dan nggak ada gangguan.”

 

“Beneran nggak marah?” tanya Yuna manja.

 

Yeriko menganggukkan kepala. Ia tersenyum dan mengecup kening Yuna.

 

Yuna tersenyum, ia menyandarkan kepalanya di dada Yeriko sambil merangkul pinggang cowok itu.

 

Yeriko mengelus rambut Yuna dengan lembut.

 

“Kakak Ipar, aku baru tahu kalau Yeriko ternyata cemburuan. Dia nggak pernah pacaran. Aku nggak pernah lihat kesel kayak gini gara-gara mantan pacar istrinya. Hahaha.” Lutfi tergelak sambil melirik dua sejoli yang duduk di belakang lewat spion.

 

“Udah, deh. Nggak usah dibahas lagi! Ntar gigi taring sama cakarnya dia kelua lagi!” sahut Yuna.

 

Lutfi dan Chandra tergelak mendengar ucapan Yuna.

 

“Cuma kamu yang bisa bikin dia jinak,” tutur Lutfi.

 

“Sst ...!” Yuna tidak ingin membuat Yeriko semakin kesal. “Nanti bisa pindah restoran sampe lima kali kalau kalian bikin dia kesal lagi!” dengusnya.

 

Yeriko hanya tertawa kecil mendengar candaan Yuna dan kedua sahabatnya.

 

“Halah ... gampang aja kalo mau bikin dia nggak kesel,” tutur Lutfi.

 

“Oh ya? Gimana caranya?” tanya Yuna pensaran.

 

“Kasih ciuman aja!”

 

“Masa sih?” tanya Yuna sambil menahan tawa.

 

“Iya. Nggak percaya? Coba aja!”

 

Yuna dan Yeriko saling pandang sambil tersenyum.

 

“Kamu tuh ya, bisa aja ...” tutur Yuna sambil menoyor pundak Lutfi.

 

Yuna terdiam saat Yeriko menarik tengkuknya dan melumat bibir Yuna.

 

Lutfi dan Chandra langsung menoleh ke belakang. Mereka tertawa tanpa suara melihat Yeriko yang mencium Yuna dengan mesra.

 

“Huft ... pasangan ini bener-bener hatiku ngilu,” tutur Lutfi sambil memukul dadanya sendiri.

 

Yeriko menghentikan ciumannya. Ia menoleh ke arah Lutfi yang duduk di belakang kemudi. Yeriko tersenyum kecil dan langsung merengkuh kepala Yuna ke dadanya.

 

Sesampainya di Kayanna Resto & Cafe, mereka langsung menuju salah satu meja yang sudah dipesan oleh Chandra.

 

“Kakak Ipar mau makan apa?” tanya Lutfi sambil menatap Yuna.

 

“Dessert aja,” jawab Yuna. “Nggak usah pesen makanan banyak-banyak lagi ya!”

 

“Pesen Chan!” perintah Lutfi sambil menyodorkan buku menu ke arah Chandra.

 

Chandra tersenyum kecil dan langsung menerima buku menu dari tangan Lutfi.

 

“Mbak ...!” Chandra langsung memanggil pelayan restoran. Ia memesan beberapa minuman dan makanan untuk mereka.

 

Yuna memerhatikan Chandra yang sedang memesan makanan.

 

“Tenang, Chandra punya selera yang tinggi. Dia nggak akan pesen makanan banyak kayak aku,” tutur Lutfi sambil menatap Yuna.

 

Yuna memonyongkan bibirnya menatap Lutfi. “Awas aja kalo ngabisin duit suamiku lagi!”

 

“Hahaha.” Lutfi dan Chandra tergelak, begitu juga dengan Yeriko.

 

“Nyonya Yeri nggak boleh perhitungan sama temen,” bisik Yeriko di telinga Yuna.

 

“Tapi ...”

 

Yeriko tersenyum sambil mengerdipkan mata ke arah Yuna.

 

Beberapa menit kemudian, mereka bertiga langsung menyantap makan malam yang terhidang di atas meja.

 

“Yer, masih sore ini. Kita main yuk!” ajak Lutfi.

 

Yuna menoleh ke arah Yeriko. “Sore apanya? Ini udah jam sepuluh malam, Lut.”

 

Lutfi tertawa kecil. “Baru jam sepuluh.”

 

“Main apa?” tanya Yeriko.

 

“Aku bawa kartu. Main kartu yuk!”

 

“Ayok! Main jenderal ya!” sahut Chandra.

 

Yeriko dan Lutfi menganggukkan kepala.

 

Lutfi langsung mengeluarkan kartu dari kantong jasnya. Mereka bertiga asyik bermain kartu sambil bercerita.

 

Yuna memangku wajah, ia mulai bosan melihat tiga orang pria yang sedang bermain kartu. Ia menguap beberapa kali.

 

Yeriko menoleh ke arah Yuna yang duduk di sampingnya. Ia langsung menarik tubuh Yuna masuk ke dalam pelukannya.

 

“Heh!? Jangan terlalu mesra di depan umum!” seru Lutfi. “Nggak kasihan sama yang jomlo?”

 

Yuna tertawa kecil menanggapi ucapan Lutfi. Ia semakin senang melihat ekspresi wajah Lutfi saat kesal.

 

“Makanya, cepet nikah!” sahut Yeriko.

 

“Dikira cari istri kayak beli kerupuk,” celetuk Lutfi.

 

“Eh, bukannya kemarin malam waktu kamu telepon, cewek bar banyak?” tanya Yeriko menggoda.

 

“Sialan! Bajingan juga pengen punya istri yang baik.”

 

Mereka tertawa.

 

Yeriko tertawa kecil. Ia menatap Yuna yang sudah tertidur lelap di pelukannya.

 

“Nikah enak ya? Ada yang dipeluk kalau tidur,” tutur Lutfi sambil menatap wajah Yuna.

 

“Eh, kamu dapet dia di mana?” bisik Lutfi sambil menatap wajah Yuna. “Kita tahu kamu nggak pacaran dan nggak deket sama siapa pun. Kenapa bisa nikahin cewek secantik dan seimut ini?”

 

Yeriko tersenyum kecil. “Karena dia baik, polos dan apa adanya.”

 

“Kamu kenal dia di mana?” tanya Lutfi penasaran.

 

“Di pinggir jalan.”

 

“Hah!? Udah kenal berapa lama?”

 

“Seminggu.”

 

“Seminggu kenal, kamu langsung nikahin dia?”

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Gila ya! Apa kamu nggak takut kalau dia ternyata ...?”

 

“Aku udah tahu semua data pribadinya dia. Dia baru balik dari Melbourne. Ibunya meninggal dalam kecelakaan sebelas tahun lalu. Kecelakaan yang bikin ayahnya lumpuh sampai sekarang.”

 

Lutfi dan Chandra serius menyimak.

 

“Kalian tahu Wijaya Group?”

 

Lutfi dan Chandra menganggukkan kepala.

 

“Sebelum kecelakaan terjadi, status ayah Yuna adalah direktur utama di Wijaya Group,” tutur Yeriko pelan.

 

“Oh.” Lutfi dan Chandra manggut-manggut.

 

Mereka terus bercerita serius soal beberapa usaha dan perusahaan yang biasa mereka tangani sambil bermain kartu.

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas