Thursday, January 23, 2025

Bab 23 - Jadilah Simpananku

 


“Kakak Ipar, kenapa mau nikah sama laki-laki pencemburu kayak gini!?” seru Lutfi. Ia mencengkeram lengan Yeriko dan berusaha melepaskan diri.

 

“Sudah, jangan ribut!” Chandra menengahi. “Kalau masih ribut, aku bawa Yuna ke private room sebelah,” goda Chandra.

 

“Nggak usah cari masalah ya!” tutur Yeriko menahan tawa.

 

Chandra, Lutfi dan Yeriko tergelak bersama.

 

Yuna tersenyum kecil melihat ketiga teman baik itu saling bersenda-gurau. “Aku pikir, si Beruang Kutub ini nggak punya teman selain Riyan. Ternyata, dia punya teman dekat yang sangat akrab. Aku harap, dia nggak pernah kesepian,” batin Yuna.

 

Lutfi langsung menoleh ke arah pintu saat pelayan mengantarkan wine ke atas meja makan mereka.

 

“Makasih, Mbak!” tutur Lutfi. Ia segera duduk dan menuangkan wine ke beberapa gelas yang tersedia.

 

“Mari kita bersulang untuk pernikahan Yeriko dan Ayuna!” seru Lutfi sambil mengangkat gelasnya.

 

Yeriko, Yuna dan Chandra langsung meraih gelas yang sudah terisi wine dan ikut mengangkat gelas. Meteka bersulang untuk satu perubahan dalam kehidupan Yuna dan Yeriko.

 

“Kemarin aku ke Kodam, pada nanyain kamu,” tutur Chandra sambil menatap Yeriko.

 

“Oh ya? Ketemu siapa aja?”

 

“Eh, kamu main ke sana, kenapa nggak ajak aku?” sahut Lutfi.

 

“Kamu sibuk gitu.”

 

“Nggak. Aku nggak sibuk-sibuk banget. Bisa kali diselain waktunya. Ketemu si Lou Han nggak?” tanya Lutfi.

 

“Lou Han?” Chandra mengerutkan keningnya.

 

“Itu ... yang mulutnya suka monyong-monyong kayak ikan lou han. Yang dulu sering berantem sama kita. Namanya siapa itu ya? Aku lupa nama aslinya.”

 

“Oh ... si Danang Setiawan?” tanya Chandra.

 

“Iya. Apa kabar tuh dia?” tanya Lutfi.

 

“Baik. Badannya udah gemukan sekarang.”

 

“Bisa gemuk juga dia?” tanya Lutfi sambil menuang wine lagi ke dalam gelasnya.

 

“Yah, nggak gemuk-gemuk banget. Badannya udah lumayan berisi dan berotot.”

 

“Jadi apa dia sekarang?”

 

“Sertu.”

 

“Yah, sesuai lah sama dia yang agak males-malesan.”

 

“Kayak kamu rajin-rajinnya aja!” sahut Yeriko.

 

“Yee ... aku gitu?” Lutfi membusungkan dada. “Jelas aku pemalas. Makanya baru tamtama langsung keluar,” ucapnya dengan nada yang semakin rendah.

 

Yuna ikut tersenyum kecil melihat Lufti.

 

“Kakak Ipar ngerti?” tanya Lutfi melihat Yuna yang ikut menertawakannya.

 

“Eh!?”

 

“Yeriko aja, yang udah jadi Brigadir harus berhenti demi ngurus perusahaan. Padahal kan enak jadi tentara. Nggak usah pusing mikirin bisnis. Nggak enaknya yang jadi istrinya. Kalo ada daerah konflik, ditinggal perang mulu.”

 

“Kakak Ipar mau kalau dia balik ke dunia militer?” tanya Lutfi sambil menatap Yuna.

 

Yuna menoleh ke arah Yeriko.

 

Yeriko tersenyum sambil merangkul pundak Yuna. “Nggak. Aku nggak balik ke sana lagi.”

 

“Haduh ... bisa nggak jangan mesra-mesraan di depan kita? Nggak kasihan sama jomblo?” tutur Lutfi. Ia mendekati Chandra dan merangkulnya dengan mesra.

 

Yuna dan Yeriko tertawa geli melihat tingkah dua sahabatnya.

 

Tiga sahabat itu terus bercanda.

 

“Mmh ... aku ke toilet sebentar,” bisik Yuna di telinga Yeriko.

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

Yuna bangkit, ia keluar dari private room dan berjalan perlahan menuju toilet.

 

Yuna langsung menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan Lian. Ia berbalik, berusaha menghindari Lian.

 

“Yuna!” panggil Lian sambil meraih lengan Yuna dan menggenggamnya sangat erat.

 

“Lepasin!” sentak Yuna sambil berusaha melepaskan pergelangan tangannya yang dicengkeram oleh Lian.

 

Lian memeluk tubuh Yuna dari belakang, kemudian menyandarkan tubuh Yuna ke dinding koridor yang menuju ke toilet.

 

“Kamu mau ngapain?” tanya Yuna sambil menatap Lian.

 

Lian tersenyum menatap Yuna. “Udah lama kita nggak sedekat ini. Apa kamu mau jadi simpananku?” bisik Lian.

 

“Dasar cowok brengsek! Sampe kapan pun, aku nggak akan pernah mau lagi sama kamu. Sekali pun cuma kamu satu-satunya cowok di dunia ini!” sentak Yuna.

 

“Bukannya kamu juga jadi simpananya Oom-Oom? Kenapa nggak jadi simpananku aja?”

 

PLAK ...!

 

Yuna langsung menampar pipi Lian sekuat tenaga.

 

Lian memegangi pipinya sambil menatap Yuna penuh amarah. Ia semakin menekan tubuh Yuna dan memaksa mencium Yuna.

 

Yuna terus memberontak. “Lian, aku udah nikah. Kamu juga udah tunangan sama Bellina. Jangan jadi cowok murahan kayak gini!” seru Yuna. Ia menendang Lian dengan lututnya.

 

“Aw ...! Kamu ... sekarang makin kasar ya? Tapi aku makin suka.” Lian makin menekan tubuh Yuna ke dinding dan memaksa mencium Yuna.

 

Yuna terus memberontak. “Lepasin! Aku udah nikah, kamu nggak usah ganggu aku lagi!” seru Yuna.

 

BUG ...!

 

Kepalan tangan Yeriko langsung mendarat di pipi Lian.

 

Tubuh Yuna gemetar, ia langsung berlari dan berlindung ke belakang tubuh Yeriko.

 

Lian menatap Yeriko kesal. “Kamu siapa, hah!? Ikut campur urusan orang!” serunya sambil melayangkan kepalan ke wajah Yeriko.

 

Dengan mudah, Yeriko menangkap kepalan tangan Lian dan mencengkeram dengan erat. “Aku suaminya Yuna,” ucapnya sambil tersenyum sinis.

 

Lian makin melebarkan kelopak matanya menatap Yeriko. “Aku ini pacarnya Yuna!” serunya.

 

“Mantan!” sahut Yuna kesal.

 

Yeriko mendorong kepalan tangan Lian hingga Lian tersungkur ke lantai. Ia merangkul Yuna dan berbalik.

 

“Kurang ajar!” umpat Lian. Ia bangkit dan berlari ke arah, bersiap mendaratkan kepalan tangannya ke kepala Yeriko.

 

Yeriko langsung menoleh ke belakang dan menghindari pukulan dari Lian. Ia menangkap lengan Lian dan memutarnya sekuat tenaga.

 

“Aw ... Aw ...! Sakit!” seru Lian.

 

“Kamu mau apa? Mau kupatahin tangan sama kakimu!” bisik Yeriko kesal.

 

“Nggak ... nggak. Sorry ...! Aku tadi cuma iseng doang,” sahut Lian sambil menahan sakit.

 

Yeriko tersenyum sinis. “Iseng? Kamu berani isengin istri orang!?”

 

Lian terdiam sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman Yeriko yang begitu kuat.

 

“Jawab!” teriak Yeriko.

 

Lian menggelengkan kepala. “Iya, aku nggak akan ganggu kalian lagi. Maaf!”

 

Yeriko langsung mendorong tubuh Lian hingga menabrak dinding.

 

“Mampus!” maki Yuna sambil menjulurkan lidahnya ke arah Lian.

 

“Awas kalian ya!” seru Lian dalam hati.

 

Yeriko langsung mengajak Yuna pergi sambil membusungkan dada. “Aku nggak akan ngebiarin siapa pun melukai Yuna!” tegasnya dalam hati sambil melirik Lian yang terlihat payah.

 

Yeriko mengajak Yuna kembali ke privat room.

 

“Hei, kenapa mukamu dilipat tujuh belas kayak gitu?” tanya Lutfi saat Yeriko duduk di sofa.

 

“Itu cowok ngeselin banget. Beraninya dia gangguin Yuna!” sahut Yeriko. Ia menuang wine ke dalam gelas dan menenggaknya.

 

“Siapa Yer? Perlu aku bantu? Kayaknya udah lama nggak berantem sama orang nih,” tutur Lutfi.

 

Yeriko tak menjawab pertanyaan Lutfi.

 

“Mantanku,” jawab Yuna lirih.

 

“Eh!?” Lutfi dan Chandra saling pandang. Kemudian, mereka tertawa bersama.

 

“Kenapa ketawa? Ada yang lucu!?” sentak Yeriko makin geram.

 

“Ternyata masih saingan sama mantannya?”

 

Yeriko geram, ia langsung melempar bungkus rokok ke arah Lutfi. “Pindah tempat yuk!”

 

“Eh!? Ke mana?”

 

“Cari restoran lain yang lebih nyaman. Males aku di sini.”

 

“Tapi ... udah pesen makan, Yer.”

 

“Iya. Banyak pula si Lutfi pesen makanannya,” sahut Chandra.

 

“Biar aja!”

 

“Yer ...!” Yuna menggenggam tangan Yeriko. “Bukannya makanan itu tetap harus dibayar?” tanya Yuna dalam hati.

 

Yeriko tak menghiraukan Yuna. Ia mengeluarkan kartu dari dompet dan memberikannya pada Lutfi. “Bayar!” perintahnya.

 

“Beneran ini mau pindah?” tanya Lutfi sambil meraih kartu kredit milik Yeriko.

 

“Kapan aku pernah bercanda?” Yeriko langsung bangkit dari tempat duduk dan menggandeng Yuna keluar dari restoran.

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas