“Kakak Ipar, kenapa mau nikah
sama laki-laki pencemburu kayak gini!?” seru Lutfi. Ia mencengkeram lengan
Yeriko dan berusaha melepaskan diri.
“Sudah, jangan ribut!” Chandra
menengahi. “Kalau masih ribut, aku bawa Yuna ke private room sebelah,” goda
Chandra.
“Nggak usah cari masalah ya!”
tutur Yeriko menahan tawa.
Chandra, Lutfi dan Yeriko
tergelak bersama.
Yuna tersenyum kecil melihat
ketiga teman baik itu saling bersenda-gurau. “Aku pikir, si Beruang Kutub ini
nggak punya teman selain Riyan. Ternyata, dia punya teman dekat yang sangat
akrab. Aku harap, dia nggak pernah kesepian,” batin Yuna.
Lutfi langsung menoleh ke arah
pintu saat pelayan mengantarkan wine ke atas meja makan mereka.
“Makasih, Mbak!” tutur Lutfi. Ia segera duduk dan menuangkan wine ke
beberapa gelas yang tersedia.
“Mari kita bersulang untuk
pernikahan Yeriko dan Ayuna!” seru Lutfi sambil mengangkat gelasnya.
Yeriko, Yuna dan Chandra
langsung meraih gelas yang sudah terisi wine dan ikut mengangkat gelas. Meteka
bersulang untuk satu perubahan dalam kehidupan Yuna dan Yeriko.
“Kemarin aku ke Kodam, pada
nanyain kamu,” tutur Chandra sambil menatap Yeriko.
“Oh ya? Ketemu siapa aja?”
“Eh, kamu main ke sana, kenapa
nggak ajak aku?” sahut Lutfi.
“Kamu sibuk gitu.”
“Nggak. Aku nggak sibuk-sibuk
banget. Bisa kali diselain waktunya. Ketemu si Lou Han nggak?” tanya Lutfi.
“Lou Han?” Chandra mengerutkan
keningnya.
“Itu ... yang mulutnya suka
monyong-monyong kayak ikan lou han. Yang dulu sering berantem sama kita.
Namanya siapa itu ya? Aku lupa nama aslinya.”
“Oh ... si Danang Setiawan?”
tanya Chandra.
“Iya. Apa kabar tuh dia?”
tanya Lutfi.
“Baik. Badannya udah gemukan
sekarang.”
“Bisa gemuk juga dia?” tanya
Lutfi sambil menuang wine lagi ke dalam gelasnya.
“Yah, nggak gemuk-gemuk
banget. Badannya udah lumayan berisi dan berotot.”
“Jadi apa dia sekarang?”
“Sertu.”
“Yah, sesuai lah sama dia yang
agak males-malesan.”
“Kayak kamu rajin-rajinnya
aja!” sahut Yeriko.
“Yee ... aku gitu?” Lutfi
membusungkan dada. “Jelas aku pemalas. Makanya baru tamtama langsung keluar,”
ucapnya dengan nada yang semakin rendah.
Yuna ikut tersenyum kecil
melihat Lufti.
“Kakak Ipar ngerti?” tanya
Lutfi melihat Yuna yang ikut menertawakannya.
“Eh!?”
“Yeriko aja, yang udah jadi
Brigadir harus berhenti demi ngurus perusahaan. Padahal kan enak jadi tentara.
Nggak usah pusing mikirin bisnis. Nggak enaknya yang jadi istrinya. Kalo ada
daerah konflik, ditinggal perang mulu.”
“Kakak Ipar mau kalau dia
balik ke dunia militer?” tanya Lutfi sambil menatap Yuna.
Yuna menoleh ke arah Yeriko.
Yeriko tersenyum sambil
merangkul pundak Yuna. “Nggak. Aku nggak balik ke sana lagi.”
“Haduh ... bisa nggak jangan
mesra-mesraan di depan kita? Nggak kasihan sama jomblo?” tutur Lutfi. Ia
mendekati Chandra dan merangkulnya dengan mesra.
Yuna dan Yeriko tertawa geli
melihat tingkah dua sahabatnya.
Tiga sahabat itu terus
bercanda.
“Mmh ... aku ke toilet
sebentar,” bisik Yuna di telinga Yeriko.
Yeriko menganggukkan kepala.
Yuna bangkit, ia keluar dari
private room dan berjalan perlahan menuju toilet.
Yuna langsung menghentikan
langkahnya saat berpapasan dengan Lian. Ia berbalik, berusaha menghindari Lian.
“Yuna!” panggil Lian sambil
meraih lengan Yuna dan menggenggamnya sangat erat.
“Lepasin!” sentak Yuna sambil
berusaha melepaskan pergelangan tangannya yang dicengkeram oleh Lian.
Lian memeluk tubuh Yuna dari
belakang, kemudian menyandarkan tubuh Yuna ke dinding koridor yang menuju ke
toilet.
“Kamu mau ngapain?” tanya Yuna
sambil menatap Lian.
Lian tersenyum menatap Yuna.
“Udah lama kita nggak sedekat ini. Apa kamu mau jadi simpananku?” bisik Lian.
“Dasar cowok brengsek! Sampe
kapan pun, aku nggak akan pernah mau lagi sama kamu. Sekali pun cuma kamu
satu-satunya cowok di dunia ini!” sentak Yuna.
“Bukannya kamu juga jadi
simpananya Oom-Oom? Kenapa nggak jadi simpananku aja?”
PLAK ...!
Yuna langsung menampar pipi
Lian sekuat tenaga.
Lian memegangi pipinya sambil
menatap Yuna penuh amarah. Ia semakin menekan tubuh Yuna dan memaksa mencium
Yuna.
Yuna terus memberontak. “Lian,
aku udah nikah. Kamu juga udah tunangan sama Bellina. Jangan jadi cowok murahan
kayak gini!” seru Yuna. Ia menendang Lian dengan lututnya.
“Aw ...! Kamu ... sekarang
makin kasar ya? Tapi aku makin suka.” Lian makin menekan tubuh Yuna ke dinding
dan memaksa mencium Yuna.
Yuna terus memberontak.
“Lepasin! Aku udah nikah, kamu nggak usah ganggu aku lagi!” seru Yuna.
BUG ...!
Kepalan tangan Yeriko langsung
mendarat di pipi Lian.
Tubuh Yuna gemetar, ia
langsung berlari dan berlindung ke belakang tubuh Yeriko.
Lian menatap Yeriko kesal.
“Kamu siapa, hah!? Ikut campur urusan orang!” serunya sambil melayangkan
kepalan ke wajah Yeriko.
Dengan mudah, Yeriko menangkap
kepalan tangan Lian dan mencengkeram dengan erat. “Aku suaminya Yuna,” ucapnya
sambil tersenyum sinis.
Lian makin melebarkan kelopak
matanya menatap Yeriko. “Aku ini pacarnya Yuna!” serunya.
“Mantan!” sahut Yuna kesal.
Yeriko mendorong kepalan
tangan Lian hingga Lian tersungkur ke lantai. Ia merangkul Yuna dan berbalik.
“Kurang ajar!” umpat Lian. Ia
bangkit dan berlari ke arah, bersiap mendaratkan kepalan tangannya ke kepala
Yeriko.
Yeriko langsung menoleh ke
belakang dan menghindari pukulan dari Lian. Ia menangkap lengan Lian dan
memutarnya sekuat tenaga.
“Aw ... Aw ...! Sakit!” seru
Lian.
“Kamu mau apa? Mau kupatahin
tangan sama kakimu!” bisik Yeriko kesal.
“Nggak ... nggak. Sorry ...!
Aku tadi cuma iseng doang,” sahut Lian sambil menahan sakit.
Yeriko tersenyum sinis.
“Iseng? Kamu berani isengin istri orang!?”
Lian terdiam sambil berusaha
melepaskan tangannya dari cengkeraman Yeriko yang begitu kuat.
“Jawab!” teriak Yeriko.
Lian menggelengkan kepala.
“Iya, aku nggak akan ganggu kalian lagi. Maaf!”
Yeriko langsung mendorong
tubuh Lian hingga menabrak dinding.
“Mampus!” maki Yuna sambil
menjulurkan lidahnya ke arah Lian.
“Awas kalian ya!” seru Lian
dalam hati.
Yeriko langsung mengajak Yuna
pergi sambil membusungkan dada. “Aku nggak akan ngebiarin siapa pun melukai
Yuna!” tegasnya dalam hati sambil melirik Lian yang terlihat payah.
Yeriko mengajak Yuna kembali
ke privat room.
“Hei, kenapa mukamu dilipat
tujuh belas kayak gitu?” tanya Lutfi saat Yeriko duduk di sofa.
“Itu cowok ngeselin banget.
Beraninya dia gangguin Yuna!” sahut Yeriko. Ia menuang wine ke dalam gelas dan
menenggaknya.
“Siapa Yer? Perlu aku bantu?
Kayaknya udah lama nggak berantem sama orang nih,” tutur Lutfi.
Yeriko tak menjawab pertanyaan
Lutfi.
“Mantanku,” jawab Yuna lirih.
“Eh!?” Lutfi dan Chandra
saling pandang. Kemudian, mereka tertawa bersama.
“Kenapa ketawa? Ada yang
lucu!?” sentak Yeriko makin geram.
“Ternyata masih saingan sama
mantannya?”
Yeriko geram, ia langsung
melempar bungkus rokok ke arah Lutfi. “Pindah tempat yuk!”
“Eh!? Ke mana?”
“Cari restoran lain yang lebih
nyaman. Males aku di sini.”
“Tapi ... udah pesen makan,
Yer.”
“Iya. Banyak pula si Lutfi
pesen makanannya,” sahut Chandra.
“Biar aja!”
“Yer ...!” Yuna menggenggam
tangan Yeriko. “Bukannya makanan itu tetap harus dibayar?” tanya Yuna dalam
hati.
Yeriko tak menghiraukan Yuna.
Ia mengeluarkan kartu dari dompet dan memberikannya pada Lutfi. “Bayar!”
perintahnya.
“Beneran ini mau pindah?”
tanya Lutfi sambil meraih kartu kredit milik Yeriko.
“Kapan aku pernah bercanda?”
Yeriko langsung bangkit dari tempat duduk dan menggandeng Yuna keluar dari
restoran.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment