Selamat ulang tahun untuk diriku sendiri.
Aku sudah melakukan banyak hal hebat selama 33 tahun belakangan ini.
Setiap tanggal 09 November adalah hari di mana aku selalu menangis dengan deras. Mengingat begitu banyak hal yang telah aku jalani selama setahun terakhir. Bahkan selama 33 tahun ini.
Semua orang bisa merayakan hari ulang tahunnya dengan bahagia, tapi tidak denganku.
Sejak kecil, aku ingin seperti teman-teman yang lain. Bisa merayakan hari ulang tahun dengan bahagia. Seolah punya keluarga yang sangat menyayanginya. Tapi aku menyadari, keinginanku itu tidak akan sejalan dengan kehidupanku.
Aku cuma anak orang miskin. Jangankan berharap mendapatkan kue, hadiah ulang tahun, atau kejutan ulang tahun lainnya. Memimpikannya saja aku sudah ketakutan. Aku takut, tidak bisa membalas apa yang orang lain kasih ke aku meski mereka tak pernah memintanya.
Saking tidak pernah merayakan ulang tahun, aku bisa mengingat berapa kali aku mendapatkan kejutan ulang tahun seumur hidupku.
Pertama, aku mendapatkan kejutan ulang tahun saat aku masih tinggal di panti asuhan. Keponakanku kerap memberikan kejutan sederhana. Meski nilainya tak seberapa, tapi selalu ada doa yang berharga di dalamnya.
Kedua, aku mendapatkan kejutan ulang tahun saat aku berumur 17 tahun. Saat itu, aku duduk di bangku kelas 2 SMA. Aku tidak pernah mengharapkan sebuah kejutan karena aku menyadari kalau aku bukanlah siapa-siapa. Tapi sahabat-sahabatku memberikan kejutan kecil saat pulang sekolah. Sungguh, aku tidak akan pernah melupakan bagaimana mereka menyayangiku.
Ketiga, aku mendapatkan kejutan ulang tahun dari siswa-siswi SMP Negeri 5 Samboja saat aku membantu mereka menggarap project lomba membuat film. Aku benar-benar tidak menyangka jika anak-anak itu mau repot-repot menyisihkan uang jajannya untuk sekedar memberiku kejutan.
Keempat, aku mendapatkan kejutan ulang tahun dari ibu-ibu Mamuja. Komunitas ibu-ibu yang aku bentuk pada tahun 2019 lalu. Sesungguhnya, aku sedikit malu kalau dikasih kejutan di saat usiaku tak lagi muda.
Kelima, aku mendapatkan kejutan ulang tahun dari kakak kelasku. Saat itu aku sedang sakit dan harus berkegiatan di luar. Aku sengaja meminta tolong dia untuk mengantarkanku. Ternyata, dia menyiapkan sebuah kejutan saat mengantarku.
Setelahnya ... aku tidak lagi mendapatkan kejutan-kejutan setiap kali ulang tahun. Aku merasa sangat malu karena usiaku sudah tua. Sebenarnya, bukan hanya malu, tapi takut dikerjai. Oleh karenanya, tanggal lahirku di media sosial selalu aku sembunyikan. Aku berharap, hari ulang tahunku hanya bisa aku rayakan sendiri bersama orang-orang yang aku cintai. Salah satunya adalah pasangan hidup dan keluargaku.
Hal yang paling menyedihkan memang ketika orang yang paling dekat dengan kita (read: belahan jiwa), ternyata tidak mengingat hari ulang tahun kita. Jangankan kejutan kecil, bahkan ucapan dan doa pun tak ada. Sementara, kita dibanjiri ucapan dan doa dari teman-teman lain yang kesehariannya tidak begitu akrab dengan kita.
Setiap hari ulang tahun, aku memilih untuk menyembunyikannya dari orang luar. Mungkin, hanya orang-orang tertentu yang menyadari hari ulang tahunku sampai aku memberikan ucapan selamat ulang tahun pada diriku sendiri. Tidak pernah ada satu orang pun yang mengucapkan Selamat Ulang Tahun saat pergantian hari. Seumur hidupku, yang kuingat kalau pertama kali yang mengucapkan Selamat Ulang Tahun padaku setiap pergantian tahun adalah chatboot dari JNE dan Kaskus.
Terkadang, terbesit rasa pilu saat membaca ucapan Ulang Tahun dari sebuah chatboot. Seringkali aku bertanya pada diriku sendiri, "Apa aku nggak punya siapa-siapa di dunia ini sampai yang ngucapin ulang tahun harus robot?"
Tapi kemudian aku belajar tentang banyak hal dari diriku sendiri. Aku memilih untuk menjadikan hari kelahiranku adalah hari yang tepat untuk mawas diri. Aku tidak lagi menginginkan euforia yang berlebihan. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekatku. Mungkin, lebih banyak berdialog dengan pasangan tentang masa lalu dan masa depan kita. Itupun kalau pasanganku bersedia. Kau tidak, ya harus terima kenyataan untuk bermonolog saja.
Ternyata, sudah 33 tahun aku dilahirkan ke dunia ini. Sungguh, waktu yang sangat cepat. Rasanya, aku belum melakukan apa-apa untuk keluargaku. Waktu hidupku hanya tinggal 50% saja, itupun jika Allah mengizinkan.
Aku merasa hidupku masih sangat kacau. Aku bahkan masih belum memiliki tujuan yang jelas. Terlebih saat aku memutuskan untuk membesarkan anak-anakku seorang diri. Rasanya sangat berat. Aku pikir, aku tidak akan bisa melalui hari-hari yang berat ini. Ternyata, aku sudah bisa berjalan sejauh ini.
Selain harus menjadi tulang punggung keluarga satu-satunya, aku juga harus memenuhi kewajibanku sebagai seorang ibu di rumah. Ditambah lagi dengan banyaknya kagiatan sosial yang ada di taman bacaku. Rasanya sangat berat ketika menjalani semuanya sendiri. Tapi aku sudah kuat melewatinya meski harus tertatih-tatih dibumbui derai airmata.
Selamat ya untuk diriku sendiri yang sudah begitu hebat menjalaninya. Orang lain, belum tentu bisa sekuat aku. Maka, jangan menyerah hanya karena omongan orang-orang ingin membuatku jatuh. Jangan menyerah karena hari-hari yang aku hadapi semakin sulit dan sakit. Kamu bisa, Rin!