Jalanan kota Solo yang basah
oleh embun pagi, mulai menghangat dan langkah kaki penghuni kota itu mulai
ramai. Keraton Kesultanan Surakarta dan masyarakat di sekelilingnya disibukkan
dengan persiapan pernikahan Puteri Mahkota keraton tersebut.
“Bunda, apakah pernikahanku
harus seberlebihan ini?” tanya Ayu sambil menatap wajah Bunda Rindu.
Bunda Rindu tersenyum sambil
merangkul tubuh Ayu. “Bunda tahu, kamu selalu menyukai hal yang sederhana. Tapi
ini semua keinginan masyarakat sekitar. Mereka sangat mengenalmu dan meminta
untuk mengadakan pesta rakyat. Ay, kamu ini puteri mahkota di keraton ini. Saat
ayahmu tutun tahta, kamu dan keturunanmu yang harus menggantikannya. Semua
warga di sini mencintai dan membutuhkanmu. Jangan kecewakan mereka, ya!”
ucapnya lembut.
Ayu mengangguk. Ia mengedarkan
pandangannya menatap begitu banyak abdi dalem dan masyarakat sekitar yang
antusias menyambut pesta pernikahannya.
“Aku dengar, calon suami Ndoro
Puteri itu orang biasa saja. Bukan dari keluarga bangsawan. Kalau gitu, rakyat
jelata seperti kita juga punya kesempatan mempersunting wanita dari keluarga
bangsawan,” ucap salah seorang pria yang berdiri membelakangi Ayu sambil
memperbarui cat tembok keraton tersebut.
“Ndul, memang bukan dari
keluarga bangsawan, tapi dari keluarga pengusaha kaya raya. Kamu ndak lihat
undangannya itu namanya bagus banget? Perdanakusuma. Yang namanya kusuma-kusuma
gitu, mesti bukan orang-orang biasa,” sahut pria di sebelahnya lagi.
Ayu menahan tawa mendengar
ucapan orang-orang di sekelilingnya yang sibuk membicarakan dirinya.
“Kakak Ayu ...!” seru beberapa
anak kecil yang berlari berhamburan menghampiri Ayu dengan setangkai mawar
merah di tangan mereka masing-masing. “Selamat menempuh hidup baru! Semoga
bahagia dan selalu sayang kami semua!” ucap mereka serentak.
Ayu tersenyum sambil berjongkok
menatap anak-anak kecil yang mengulurkan bunga mawar untuknya. “Anak-anak
pintar. Siapa yang suruh kalian ke sini?” tanya Ayu.
“Kakak itu ...!” Mereka semua
langsung menunjuk serentak ke arah Nanda yang sudah berdiri di seberang jalan.
Jelas sekali senyum di bibirnya merekah indah menatap Ayu dari kejauhan.
Ayu langsung tersenyum lebar
sambil menatap Nanda yang berdiri di seberang sana. Besok, mereka akan
melangsungkan pernikahan. Nanda dan keluarga besarnya sudah bersiap dan tinggal
di salah satu hotel yang letaknya tak jauh dari keraton tersebut. Karena ini
adalah pernikahannya yang kedua, Ayu tidak harus menjalani tradisi pingitan
yang begitu tertutup. Ia masih bisa menikmati udara segar di luar, hanya saja
tidak boleh bertemu secara langsung dengan pria itu.
Bunda Rindu menghela napas
melihat Ayu dan Nanda yang saling melambaikan tangan meski posisi mereka berada
di seberang jalan. “Ayu, baru berapa hari nggak ketemu sama dia, udah kangen?”
Ayu menoleh ke arah Bunda
Rindu. “Bunda bisa aja. Oh ya, Nadine bakal datang ke acara pernikahan aku atau
nggak, ya?”
“Kamu udah kabari dia?” tanya
Bunda Rindu balik sambil merangkul lengan Ayu dan membawa puterinya itu masuk
ke dalam keraton.
Ayu terus menoleh ke belakang
meski langkah kakinya maju ke depan. Ia menatap Nanda yang terlihat begitu
kecewa karena Bunda Rindu membawanya masuk.
“Bunda, Ayu boleh ketemu Nanda
sebentar aja?” tanya Ayu.
“Nggak usah. Besok juga
ketemu,” jawab Bunda Rindu sambil melangkahkan kakinya.
“Tapi ... kasihan dia yang udah
jauh-jauh datang ke sini, Bunda.”
“Biarkan saja! Dia sudah sangat
rindu padamu, Ay. Lihat saja wajahnya! Kalau kamu menemuinya hari ini, besok
wajahnya akan biasa saja karena rindunya sudah terobati,” ucap Bunda Rindu.
“Oh, gitu?” tanya Ayu sambil
tertawa kecil. “Leluhur memang sengaja menyiksa generasi penerusnya?”
Bunda Rindu terkekeh mendengar
ucapan Ayu. “Dua orang yang saling mencintai, ada kalanya harus berpisah.
Supaya tahu bagaimana cara mengungkapkan rindu saat bertemu.”
“Bunda sama ayah juga dulu
seperti itu?” tanya Ayu sambil menatap wajah Bunda Rindu.
Bunda Rindu menganggukkan
kepala. “Bunda harus dipingit selama empat puluh hari sebelum pernikahan. Tidak
boleh bertemu dan berkomunikasi dengan ayahmu. Kamu bayangkan sendiri gimana
rasanya? Pasti kangen banget ‘kan?”
Ayu mengangguk sambil tertawa
kecil. Ia terus bercengkerama bersama sang bunda. Menceritakan banyak hal
tentang masa lalu dan detail pernikahan Ayu agar semuanya terlihat sempurna,
tidak mengecewakan semua orang yang akan datang ke pesta tersebut.
...
Keesokan harinya ...
Nanda menarik napas dalam-dalam
sambil menatap dirinya di depan cermin. Setelan jas warna cream dengan lis
warna cokelat, sudah ia kenakan dan membuat tampilannya jauh lebih segar dari
biasanya.
“Udah siap?” tanya Nia sambil
melangkah masuk ke dalam kamar Nanda.
Nanda mengangguk. “Gimana?
Ganteng, nggak?”
“Ganteng, dong!” ucap Nia
sambil tersenyum menatap wajah Nanda.
Nanda tersenyum lebar dan
merapikan kembali jasnya yang sudah rapi.
“Nan, kamu jaga baik-baik
pernikahanmu kali ini, ya!” pinta Nia sambil menyentuh lengan Nanda.
Nanda mengangguk sambil
tersenyum menatap Nia.
“Baik atau buruknya rumah
tangga, semua tergantung suami sebagai pemimpin. Kalau istri salah, ingatkanlah
dan kembalikan ke jalan yang baik. Kalau kamu yang salah, kamu harus berani
untuk mengakui dan meminta maaf,” ucap Nia sambil menatap wajah Nanda. “Kamu
boleh egois di depan semua orang, tapi tidak boleh egois demi kebaikan rumah
tanggamu di masa depan.”
“Iya, Ma. Aku pasti ingat semua
nasehat Mama,” balas Nanda sambil mengecup pipi Nia. Ia merangkul tubuh wanita
yang telah melahirkannya itu dan bergegas keluar dari kamar hotel tersebut.
Nia tersenyum bangga menatap
Nanda yang kini telah banyak berubah. Ada hal yang tidak bisa dikendalikan
dengan ucapan. Ada keburukan yang tidak bisa diubah hanya dengan nasehat. Roro
Ayu, telah mengubah hidup puteranya dengan rasa sakit bertubi-tubi. Menjatuhkan
keluarga mereka sejatuh-jatuhnya, tapi tetap menerima semua sifat buruk Nanda
... kemudian mencintainya lagi.
Nanda tersenyum sambil menatap
semua orang yang sudah bersiap mengantarkannya memasuki keraton tempat Ayu
dilahirkan. Mobil-mobil sudah dihias dengan bunga khas pengantin di depannya
dan semua orang sudah menyiapkan banyak hadiah mahal untuk keluarga mempelai
wanita.
Mereka semua bergegas pergi
menuju Keraton Kesultanan Surakarta. Keraton yang hampir tidak pernah dibuka
dan tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang. Tapi kali ini ... para tamu
undangan masuk ke dalam keraton tersebut. Juga dengan masyarakat sekitar, meski
dengan pengawalan ketat.
“Nan, aku nggak nyangka kalau
cowok brengsek kayak kamu bisa dapetin tuan puteri dari keluarga bangsawan
kayak gini,” bisik Rocky yang ikut mengantarkan Nanda ke acara pernikahannya.
“Emang sekarang lagi nge-trend
menikahi wanita dari anak orang kaya raya. Biar ikutan kaya juga,” sahut Angga
yang juga ada di sana.
“Apalagi kalau hamilin anaknya
orang kaya, udah pasti dinikahkan,” sambar Sonny lagi.
“Tapi anak orang kaya yang
lemah. Jangan anak orang kaya yang kuat! Yang ada, kita malah dihancurin.
Tinggal nama doang, hahaha.” Okky tergelak sambil merangkul Sonny yang ada di
sana.
“Hahaha. Hancur satu burung dan
dua telurnya!” Angga menimpali.
“Kalian ini apaan, sih!? Calon
pengantinnya dikata-katain! Nyesel aku milih kalian jadi groomsman!” seru Nanda
sambil menahan kesal.
“Hahaha.” Rocky dan yang
lainnya tergelak mendengar ucapan Nanda. Mereka kembali memasang wajah serius
saat pintu besar aula utama keraton tersebut terbuka dan mereka semua disambut
dengan tari-tarian tradisional yang sudah disiapkan untuk menyambut kedatangan
pengantin pria.
Nanda langsung tersenyum lebar
saat melihat Roro Ayu sudah berdiri di atas pelaminan yang berada beberapa
meter darinya. Melihat wanita itu dari kejauhan saja, sudah berhasil membuat
senyum di bibirnya merekah.
“Ya Tuhan, ternyata istriku cantik
banget!” gumamnya dalam hati dengan perasaan tak karuan. Meski berusaha untuk
terlihat biasa saja, rasa gugupnya tetap tak bisa disembunyikan dari mata semua
orang. Terlebih, keringat menetes perlahan dari sudut-sudut keningnya meski
aula megah itu sudah full AC.
((Bersambung...))
Karena Roro Ayu nggak demen
pakai make-up dan selalu natural. Nanda sampai nggak menyadari kalau istrinya
itu aslinya cantik banget! Hihihi
Oh ya, kalian mau sumbang ide
permainan apa untuk hari pernikahan mereka biar seru? Komen di bawah, ya!
Much Love,
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment