Karina melangkan kaki memasuki
lobi kantor Amora Internasional penuh percaya diri. Di belakangnya, sudah ada
Enggar, Ayu dan Nanda.
“Saya mau ketemu sama Oom Andre
...!” ucap Karina pada petugas resepsionis. Ia hanya menepuk meja resepsionis
itu sekilas, kemudian bergegas pergi menuju lift yang ada di sana.
“Pagi, Pak Nanda ...!” sapa
seorang satpam dan beberapa karyawan yang sudah sangat mengenal Nanda.
“Pagi ...!” balas Nanda sambil
tersenyum manis, kemudian ia masuk ke dalam lift bersama dengan yang lainnya.
Beberapa saat kemudian, empat
orang itu sudah berada di depan pintu ruang Presdir Amora Internasional.
“Selamat pagi, Oom ...!” sapa
Karina sambil tersenyum manis saat sekretaris membukakan pintu untuknya.
“Pagi ...! Karina? Tumben main
ke sini?” balas Andre sambil bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri
Karina. Belum sampai di hadapan Karina, langkahnya terhenti ketika melihat
Nanda dan Ayu juga ada di sana. “Ada apa ini?”
Karina tersenyum sambil menatap
wajah Andre. “Aku sengaja datang ke sini untuk berdiskusi dengan Oom Andre. Ada
beberapa bisnis yang ingin aku diskusikan. Tapi sebelum itu, aku ingin
memberitahukan satu hal pada Oom Andre.”
Karina merangkul lengan Enggar
yang ada di sana. “Karena Nanda dan Roro Ayu akan menikah, aku mau perjodohan
kami di batalkan. Aku juga sudah punya pria lain yang akan menggantikan posisi
Nanda. Kenalin, ini Mas Enggar Prakasa Dierjaningrat. Aku lebih memilih dia
menjadi suamiku, daripada Nanda,” ucapnya ceria.
“APA!? Kamu keluarga Dierja?
Galaxy yang mengirimkanmu untuk menghancurkan perusahaanku, hah!?” seru Andre
sambil menunjuk ke arah Enggar.
Enggar langsung menaikkan
sebelah alisnya. “Apa hubungannya aku dengan Galaxy?”
“Galaxy didukung penuh
bisnisnya oleh keluarga bangsawan kalian itu! Kamu sengaja ambil Karina dari
saya supaya perusahaan saya jatuh lagi!? Kalian semua, KELUAR DARI SINI!” seru
Andre.
“Oom Andre ini apa-apaan,
sih!?” seru Karina. Amarahnya tiba-tiba meluap dan tidak mengerti dengan sikap
pria ini. “Oom Andre main tuduh aja tanpa tahu kebenarannya seperti apa!?”
“Kebenaran apa? Kamu sudah
memutuskan untuk menghentikan perjodohanmu dengan Nanda. Itu artinya, papamu
akan segera menarik investasinya di perusahaan ini,” sahut Andre dengan
perasaan tak karuan. Ia benar-benar trauma dengan jatuhnya perusahaan yang
sudah ia rawat selama puluhan tahun.
Karina menghela napas dan
memahami kegundahan yang terjadi pada pria paruh baya di hadapannya itu. Ia
mengeluarkan dokumen dari dalam tas dan mengulurkan ke hadapan Andre. “Oom, ini
surat pernyataan dari papaku. Papa sudah tanda tangani di atas materai sepuluh
ribu. Dia tidak akan menarik investasinya di perusahaan ini meski aku dan Nanda
tidak jadi menikah.”
“Serius?” Andre langsung
menyambar dokumen dari tangan Karina dan memeriksanya. Ia menghela napas lega
saat mengetahui kalau keluarga Karina tidak akan menarik investasi di
perusahaannya yang baru saja bangkit dan stabil.
“Kalau Oom Andre mau, aku juga
bisa berinvestasi di perusahaan ini,” ucap Enggar sambil tersenyum ke arah
Andre.
Andre langsung memutar
kepalanya menatap wajah Enggar. “Bukankah keluarga Dierja selalu mendukung
bisnis Galaxy?”
“Tidak cuma Galaxy, semua
bisnis yang punya potensi dan stabil, selalu kami dukung. Galaxy memang besar
atas dukungan Oom Chandra. Tapi dukungan dari Oom Chandra juga tidak akan
begitu berguna jika Tuan Ye tidak bisa membangun bisnisnya dengan baik,” jawab
Enggar.
Andre mengangguk-anggukkan
kepala. “Kamu cukup tahu juga?”
“Sangat tahu,” jawab Enggar
sambil tersenyum.
Karina tersenyum lega saat
Andre terlihat santai dan emosi yang tadi menguasainya, hilang secara perlahan.
“Oom, jadi gimana? Nanda dan Roro Ayu sudah boleh menikah ‘kan?”
Andre langsung memutar
kepalanya menatap Nanda dan Roro Ayu. Senyum di bibirnya tersungging saat
melihat dua orang itu bergandengan tangan dengan erat. “Baiklah. Papa akan
merestui kalian untuk menikah. Dengan syarat ...”
“Apa syaratnya, Pa?” tanya
Nanda bersemangat.
“Kalian berdua harus mengurus
Amora setelah menikah!” pinta Andre.
Nanda dan Ayu saling pandang
sambil tersenyum. Kemudian, mereka mengangguk bersamaan.
Nanda langsung melompat ke arah
Andre dan memeluknya. “Makasih ya, Pa!”
Andre tersenyum menanggapi sikap
Nanda dan balas memeluknya. “Maafin Papa, ya! Papa terlalu takut untuk jatuh
lagi. Takut kalau kamu tidak bisa hidup bahagia di masa depan,” ucapnya.
Nanda menganggukkan kepala dan
menatap wajah papanya. “Iya, Pa. Aku ngerti. Tapi ... aku juga nggak akan
bahagia di masa depan kalau hatiku selalu kosong. Dari sekian banyak wanita,
hanya Ayu satu-satunya wanita yang berhasil membuat mengacaukan hidupku dan ...
aku jatuh cinta sama wanita ini.”
Andre tersenyum sambil menatap
wajah Ayu. “Ayu, maafkan Oom Andre, ya! Oom akan merestui hubungan kalian. Ayu
janji satu hal sama Oom! Seburuk apa pun anak Oom, kesalahan apa pun yang dia
lakukan di masa depan nanti. Tolong ... jangan penjarakan dia lagi!”
Ayu tersenyum sambil
menganggukkan kepala. “Ayu janji, Oom ...! Ayu akan menerima dia apa adanya.
Asalkan, dia mau menghargai keberadaanku.”
Nanda tersenyum lebar dan
menghampur ke pelukan Ayu. “Aku menghargai kamu. Mahal banget!” ucapnya sembari
mengecup kening Ayu.
Andre ikut tersenyum melihat
putera kecilnya itu sudah tumbuh dewasa dan berani melawan keputusan orang
tuanya sendiri demi wanita yang dia cintai.
“Ayu, kenapa kamu harus
mati-matian berusaha mendapatkan restu dari Oom Andre? Padahal, laki-laki bisa
menikahi wanita tanpa wali dan restu orang tua,” tanya Karina.
Ayu tersenyum sembari menatap
wajah Karina. “Karena restu orang tua itu penting, Rin. Mereka sudah melahirkan
dan membesarkan kita selama bertahun-tahun. Saat sudah dewasa, pria malah akan
menjadi orang yang menafkahi kita. Begitu juga wanita, dia akan menjadi orang
yang melayani dan menyayangi suami. Sementara itu, orang tua kita mungkin
berat. Lebih takut lagi, anak-anaknya tidak dibahagiakan oleh pasangannya di
masa depan.”
“Ada banyak orang yang melawan
restu orang tua atas nama cinta dan beberapa tahun kemudian ... rumah tangganya
kandas. Itu pun aku alami di masa lalu. Orang tuaku tidak memberikan restu
karena bagi mereka ... Sonny adalah pria terbaik yang pantas bersanding di
sisiku. Tapi takdir membuatku harus
menikah dengan Nanda tanpa restu dan takdir pula yang memisahkan kami,”
lanjut Ayu.
“Dan takdir juga yang
mempertemukan kita kembali dalam keadaan berbeda untuk saling mencintai,” tutur
Nanda menimpali.
Ayu tersenyum menatap Nanda penuh cinta. “Terima
kasih ...! Kamu sudah memberikan pelajaran hidup paling berharga dalam hidupku.
Ada hal yang harus aku syukuri tanpa aku sadari. Ada hal yang seharusnya aku
ucapkan terima kasih walau itu luka dan perih. Dari kisah masa lalu kita aku
belajar ... bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia dan aku akan cintai
semua kesalahanmu.”
Nanda menangkup wajah Ayu dan
mengecup lembut bibir wanita itu. “Kamu yakin ingin mencintai kesalahanku
juga?”
Ayu mengangguk sambil tersenyum
manis. “Karena kesalahanmu itu rindu.”
Nanda tersenyum lebar. Ia
mengecup bibir Ayu bertubi-tubi dan memeluk erat tubuh wanita itu. “Makasih
juga, Ay! Kamu sudah mencintai keburukan dan kesalahanku. Aku juga ingin
mencintai keburukan dan kesalahanmu juga. Tapi kamu tak punya itu. Kamu terlalu
sempurna untuk aku cela. Maka, aku hanya bisa mencintai kamu, kamu dan kamu
saja.”
Ayu balas memeluk erat tubuh
Nanda dan tersenyum manis ke arah Karina dan Enggar. Ia benar-benar berterima
kasih pada dua orang ini. Lebih tepatnya, berterima kasih pada takdir yang
telah menjatuhkan cinta pada Karina dan Enggar. Jika Karina tetap ingin bersama
Nanda, mungkin jalan ceritanya akan berbeda. Ia bersyukur punya pria yang buruk
sifat, hingga tidak ada wanita lain yang berani berkomitmen bersama Nanda
selain dirinya ... hanya dirinya seorang.
((Bersambung...))
Terima kasih sudah jadi sahabat
setia bercerita!
Enam bab lagi menuju tamat.
Sejauh ini ... apa komentar
kalian tentang buku ini?
Jangan sungkan untuk kasih
kritik dan saran karena author sangat butuh itu!
Much Love,
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment