Nanda melangkahkan kakinya
perlahan memasuki kediaman depan keraton. Ia baru bisa memasuki keraton setelah
mempelajari rentetan syarat dan aturan yang harus ia terapkan ketika ingin
memasuki tempat tersebut. Ia hanya boleh memasuki area yang sudah ditunjukkan
oleh abdi dalem di istana tersebut dan diawasi oleh dua pengawal di kanan dan
kirinya.
“Selamat sore, Raden Mas ...!
Saudara Ananda Putera Perkasa ingin menghadap,” sapa seorang abdi dalem sambil
menangkup kedua tangannya dan membungkuk sopan.
Edi langsung mengangguk kecil
dan menatap tubuh Nanda yang sudah membungkuk sopan di belakang abdi dalem
keraton tersebut. Ia memberi isyarat pada semua orang-orangnya untuk
meninggalkan ia dan Nanda berdua saja.
“Ada perlu apa cari saya?”
tanya Edi sambil duduk santai di pendopo yang ada di sana. Ia masih membiarkan
Nanda berdiri di bawah teriknya matahari sore.
Nanda menarik napas dalam-dalam
dan menatap wajah Edi Baskoro. “Ayah ... tolong maafkan aku! Di mana aku bisa
menemukan istriku?”
Edi langsung melemparkan
dokumen ke hadapan Nanda begitu saja.
Nanda menatap kop dokumen yang
menunjukkan logo dan tulisan nama pengadilan agama setempat. Tangannya bergetar
ketika ia ingin meraih dokumen yang tergeletak di lantai di bawahnya.
“Itu surat pembatalan pernikahan
dari pengadilan agama. Dia bukan istrimu lagi. Tidak perlu tahu di mana
keberadaan Roro Ayu!” tegas Edi sambil menyesap teh hangat yang disiapkan
untuknya.
Nanda menjatuhkan lututnya yang
melemas. Surat pembatalan pernikahan begitu cepat keluar dari pengadilan. Ia
tidak menyangka jika ayah mertuanya tetap bersikeras memisahkan mereka.
“Kamu tidak perlu takut soal
harta keluargamu. Sebelum Roro Ayu masuk rumah sakit, dia sudah mengirim surat
permohonan untuk meringankan tuntutan terhadapmu. Berterima kasihlah karena
puteriku masih mengasihanimu. Sekarang, kamu bukan suaminya lagi dan tidak
perlu mencari keberadaan dia,” tutur Edi sambil melirik tubuh Nanda.
Nanda menarik napas
dalam-dalam. Ia mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi ayah mertuanya itu. “Ayah
... Roro Ayu masih koma. Aku ingin menjaga dia.”
“Tidak perlu! Kami bisa menjaga
dan merawat dia!” tegas Edi.
“Tapi ...”
“Pulanglah! Meski kamu berlutut
di halaman ini selama tujuh hari tujuh malam, aku tidak akan memberitahukan di
mana keberadaan puteriku. Urus saja perempuan-perempuan gilamu itu dan tidak
perlu muncul di hadapan puteriku lagi!” perintah Edi.
“Ayah ... kasih aku kesempatan
sekali lagi! Aku mohon ...!” pinta Nanda.
“Kamu minta setengah kesempatan
saja, aku tidak akan memberikannya. Apalagi sekali. Tidak ada orang lain yang
bisa mencintai puteriku melebihi aku. Aku tidak akan percaya kata-katamu.
Sekali kamu menyakiti puteriku, aku akan menghancurkanmu berkali-kali. Kalau
kamu tidak segera pergi dari keluarga kami, aku akan mengajukan tuntutan yang
lebih berat pada keluargamu!” sahut Edi.
“Aku akan berikan apa pun yang
Anda mau asalkan aku bisa bertemu dengan Ayu,” ucap Nanda sambil menatap wajah
Edi.
Edi tersenyum miring. “Kalau
kamu mencintai puteriku, kamu akan menemukan dia dengan caramu sendiri.”
Nanda terdiam sambil berusaha
mencerna kalimat terakhir dari mulut Edi.
Suasana tiba-tiba hening untuk
beberapa saat hingga Edi bangkit dari duduknya. “Pergilah! Seluruh hidup dan
harta keluargamu, tidak akan cukup untuk menggantikan penderitaan puteriku.
Kalau bukan karena kebaikan Roro Ayu, aku sudah membunuhmu!” tegasnya sambil
melangkah pergi meninggalkan Nanda seorang diri.
Nanda terduduk lemas di
pelataran pendopo keraton tersebut. Ia sudah menunggu selama dua hari untuk
bertemu dengan Ayah Edi dan ia masih tidak bisa mendapatkan informasi
keberadaan Roro Ayu.
Nanda berusaha bangkit dari
tanah dan melangkah perlahan meninggalkan keraton tersebut. Ia benar-benar
tidak tahu lagi harus ke mana ia pergi mencari Roro Ayu. Ia benar-benar tidak menyangka
jika keluarga keraton itu menyembunyikan istrinya yang sedang dalam keadaan
koma. Lebih sulitnya lagi, aturan sakral keraton kesultanan, membuatnya tidak
berdaya.
Nanda masuk ke dalam mobil.
Tapi enggan menyalakan mesin mobil tersebut. Ia menyandarkan tubuhnya sembari
terus berpikir. Bagaimana caranya ia bisa mendapatkan data ke mana jet pribadi
yang membawa tubuh istrinya itu. Jika keluarganya tidak membuka akses untuknya,
maka ia harus mencari jalan sendiri.
“Jet pribadi dikuasai sama
keluarga Hadikusuma. Aku harus ke sana!” ucap Nanda setelah ia berpikir selama
beberapa saat. Ia segera menyalakan mesin mobil dan bermanuver dengan cepat
untuk kembali ke kota Surabaya.
Beberapa jam kemudian, Nanda
sudah sampai di kota Surabaya. Ia langsung menuju kediaman besar keluarga
Hadikusuma yang ada di wilayah Virginia.
“Nan, tumben ke sini?” tanya
Rocky yang kebetulan sedang melangkah keluar dari rumahnya.
“Orang tuamu ada?” tanya Nanda.
“Baru aja berangkat ke
Washington,” jawab Rocky. “Ada perlu?”
“Aku mau tanya soal ... jet
pribadi keluargamu. Apa ada yang sewa dua hari terakhir ini?” tanya Nanda.
“Setiap hari ada yang sewa.
Kecuali jet yang dipakai Ayah Ye. Ada masalah?” tanya Rocky.
Nanda langsung menceritakan
kesulitannya dan meminta bantuan pada Rocky untuk menemukan di mana keberadaan
Roro Ayu.
“Bentar, aku tanya orang yang
urus di airport,” ucap Rocky sambil membuka ponselnya. “Aku kirim dalam lima
menit. Aku buru-buru, ada masalah di bengkel,” ucapnya sambil membuka pintu
mobilnya.
Nanda mengangguk. “Thank’s,
Ky!”
Rocky mengangguk. “Kalau perlu
bantuan, calling aja! Aku urus bengkel aku dulu!”
Nanda mengangguk. Ia
melambaikan tangan ke arah mobil Rocky yang mulai meninggalkan halaman rumah
tersebut.
Nanda tersenyum lega saat Rocky
mengirimkan file ke ponselnya. “Britania Raya?” Ia buru-buru masuk ke dalam
mobilnya dan bergegas pergi ke rumah untuk menyiapkan semua keperluannya.
Drrt ... drrt ... drrt ...!
Nanda mengernyitkan dahi saat
ada panggilan telepon dari papanya. Ia tahu, sang papa hanya akan meneleponnya
jika ada masalah penting saja. Nanda segera mengunci pintu rumah, menarik koper
miliknya menuju mobil sembari menjawab panggilan telepon dari papanya.
“Ada apa, Pa?”
“Kamu di mana?” tanya Andre.
“Di rumah.”
“Roro Ayu sudah ketemu?”
“Dibawa ke Inggris. Aku mau
nyusul ke sana.”
“Tahu rumah sakitnya?” tanya
Andre.
“Belum, Pa. Aku akan cari
setelah sampai di sana,” jawab Nanda sambil memasukkan koper ke dalam bagasi
mobilnya.
“Sepertinya kamu nggak bisa
keluar dari Indonesia.”
“Kenapa?” tanya Nanda.
“Ada surat panggilan dari
kepolisian. Ini panggilan kedua, Nan. Datanglah! Jangan menyulitkan papa lagi!”
pinta Andre.
“Panggilan apa?”
“Roro Ayu masih belum menarik
tuntutannya.”
“Pa, ada pengacara ‘kan? Kenapa
mereka nggak bisa atasi?” sahut Nanda. Ia benar-benar kesal dengan dirinya
sendiri karena masalah bertubi-tubi menimpanya dan tidak bisa ia hentikan.
“Sudah, Nan. Jalani dulu
tanggung jawabmu! Roro Ayu dibawa ke luar negeri untuk berobat. Kalau hari ini
kamu tidak kooperatif dan datang ke kantor polisi, kamu akan dijemput paksa
dengan cara tidak terhormat,” tutur Andre.
“Pa, Papa tega biarin aku masuk
penjara di saat kayak gini?” tanya Nanda dengan perasaan tak karuan.
“Bertanggungjawablah! Semua
media sudah mengangkat beritamu, Nan. Saham perusahaan kita sedang dalam
bahaya. Jalani hukumanmu! Belajarlah bertanggung jawab. Maafkan Papa karena
tidak bisa melindungimu.”
Tubuh Nanda merosot ke lantai
begitu saja. Ia benar-benar tidak menyangka kalau hidupnya akan seberantakan
ini. Dalam diamnya, Roro Ayu telah mengumpulkan banyak bukti untuk menuntutnya
dengan pasal berlapis. Pasal pelecehan seksual, pernikahan paksa dan
perselingkuhan. Membuatnya harus menghadapi tuntutan pidana dan perdata, harus
berhadapan dengan komnas perlindungan anak dan perempuan. Juga masih harus
menjalani tuntutan hukum adat dari keluarga keraton.
Bermasalah dengan keluarga
bangsawan, benar-benar menghancurkan hidupnya dan membuatnya harus mendekam di
penjara. Tidak ada yang bisa mencabut tuntutan itu selain Roro Ayu sendiri,
sayangnya wanita itu sedang dalam keadaan koma dan Nanda tidak diberi
kesempatan oleh Tuhan untuk memohon. Dia ... harus menebus kesalahan yang ia
lakukan pada Ayu.
((Bersambung...))
[Semua perbuatan, harus
dipertanggungjawabkan. Itulah yang harus dilakukan Nanda saat ini. Menebus
semua kesalahannya pada Roro Ayu. Wanita yang sudah ia lukai mental dan masa
depannya]
Baca terus kisah seru
selanjutnya, ya!
Much Love,
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment