Yuna melangkahkan kakinya
perlahan memasuki sebuah restoran mewah yang ada di lantai dua Galaxy Mall. Ia
langsung duduk di salah satu meja yang kosong seorang diri. Asisten pribadinya,
berdiri di samping meja sambil memesankan makanan untuk pelayan yang ada di
sana.
Anak buahnya telah
menginformasikan jika malam ini Edi Baskoro dan sang istri akan makan malam di
restoran ini. Ia dengan sengaja memesan semua meja yang ada di restoran itu
hingga tidak ada orang lain yang bisa masuk ke dalam sana selain dia.
“Nyonya, mereka datang,” bisik
asisten pribadi Yuna sambil menunjuk ke arah pintu masuk.
Yuna mengangguk. Ia mengerti
saat salah satu karyawan yang berdiri di pintu, menghadang langkah Edi dan
istrinya.
“Maaf, Nyonya dan Tuan ...!
Tempat ini sudah di-booking,” ucap pelayan itu sambil menatap Edi dan Bunda
Rindu.
“Kami sudah memesan meja satu
hari sebelumnya. Kenapa kami tidak boleh masuk?” tanya Edi sambil mengerutkan
dahi karena restoran itu tiba-tiba di-booking.
Yuna langsung memberi kode pada
asisten pribadinya. Dengan cepat, asisten pribadi itu menghampiri petugas
restoran yang berjaga di pintu.
“Permisi, Mas ...! Tuan dan
Nyonya ini adalah orang yang diundang oleh Nyonya kami,” ucap asisten pribadi
Yuna.
“Oh. Maaf!” Pria itu langsung
membungkuk hormat, ia mempersilakan Edi dan istrinya untuk masuk ke dalam sana.
Edi dan Rindu saling pandang. Mereka
benar-benar tidak tahu siapa nyonya yang dimaksud oleh orang-orang itu.
“Silakan duduk, Tuan dan Nyonya
...!” Asisten pribadi Yuna langsung menarik kursi untuk Edi dan istrinya. Tepat
berhadapan langsung dengan Yuna yang sudah duduk dengan elegan di depan mereka.
Edi dan Bunda Rindu saling
pandang ketika melihat Ayuna berada di sana. Mereka tidak menyangka jika ada
Ayuna di hadapan mereka. Tidak ada yang tidak mengenal Vice President Galaxy
Group ini. Wajahnya sudah sering terpampang di cover majalah bisnis Asia karena
perusahaannya memang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.
“Selamat malam ...!” sapa Yuna
sambil tersenyum manis ke arah Edi dan sang istri.
“Maaf, Nyonya! Ini ada apa, ya?
Kenapa harus menemui kami dengan cara seperti ini?” tanya Edi sambil menatap
wajah Yuna.
Yuna tersenyum menanggapi
pertanyaan Yuna. “Anda mengenal saya?”
Edi mengangguk. “Tidak ada
orang bisnis yang tidak mengenal pemilik Galaxy Group. Apalagi Anda juga masih
puteri dari pemilik Howard Group,” jawabnya.
“Oh. Baguslah kalau Anda
mengenal saya.” Yuna tersenyum manis ke arah Edi dan Rindu. Ia menoleh ke arah
asisten pribadinya, meminta wanita muda itu untuk menyiapkan hidangan spesial
dari restoran tersebut.
Edi dan Bunda Rindu saling
pandang. Mereka benar-benar tidak tahu apa yang membuat pemilik Galaxy Group
itu pergi menemui mereka.
“Saya nggak bisa berbasa-basi
karena nggak punya banyak waktu. Saya datang ke sini atas nama sahabat saya,
Andre Ahmad Perdanakusuma. Kalian kenal?” tanya Yuna.
Edi dan Bunda Rindu saling
menatap. “Dia besan kami.”
Yuna mengangguk. “Kalian
mengakui kalau Andre dan Nia itu besan kalian?”
Bunda Rindu mengangguk.
“Lalu, kenapa kalian menuntut
keluarga besan sendiri sampai seperti ini?” tanya Yuna sambil tersenyum.
“Oh. Kamu menemui kami untuk
membujuk kami agar tidak melaporkan perbuatan Nanda ke polisi dan menuntut
keluarga mereka? Presiden sekalipun, tidak akan membuatku mencabut tuntutanku
terhadap bajingan itu!”
sahut Edi. Ia langsung emosi saat
mengetahui maksud Yuna menemuinya.
Yuna menghela napas. “Aku tidak
membujuk kalian untuk mencabut laporan kalian. Itu hak kalian. Saya tahu
perasaan kalian yang sedang memperjuangkan keadilan untuk puteri kalian. Kalian
berdua orang tua yang berpendidikan. Apakah keadilan yang kalian inginkan itu
benar-benar baik untuk Roro Ayu?” tanya Yuna.
“Jelas baik. Nanda sudah
memperlakukan puteri kami seperti binatang. Kami memberinya kesempatan untuk
menikahi dan memperlakukan puteri kami dengan baik. Tapi dia malah
mempermainkan Roro. Benar-benar tidak menghargai kami sebagai orang tuanya!”
sahut Edi sambil menahan amarah di dadanya. Setiap kali mengingat wajah Nanda,
emosinya terus memuncak.
“Apa puteri Anda yang
menginginkan hal seperti ini? Dia wanita yang cerdas dan baik hati. Saya pernah
mengundangnya makan malam di rumah keluarga saya dan hubungan mereka berdua
terlihat baik-baik saja. Itu artinya, Roro Ayu tetap berbakti dan masih peduli
dengan Nanda. Walau bagaimana pun, Nanda adalah ayah biologis dari bayi yang
dikandung Roro Ayu. Apa kalian benar-benar tidak berperasaan? Sebagai orang
tua, kalian tega memisahkan anak dari orang tuanya?” tanya Yuna panjang lebar
sambil menatap serius ke arah Edi dan Rindu.
Bunda Rindu menghela napas.
“Nyonya Ye benar, Mas. Bagaimana kalau kita cabut saja tuntutan terhadap
Nanda?”
“Kamu mau anak kita
diperlakukan semena-mena sama Nanda, hah!? Dia itu anak kita satu-satunya!”
sahut Edi bersikeras.
“Kalian juga sudah semena-mena
terhadap Nanda. Tuntutan kalian itu nggak wajar. Kalian sengaja mau buat
keluarga Perdanakusuma jatuh miskin?” sahut Yuna.
“Andre sudah sepakat
menandatangani perjanjian kami sebagai jaminan. Nggak ada yang salah,” sahut
Edi santai.
“Menuntut Nanda saja masih
belum cukup? Kenapa kalian menginginkan harta mereka? Kalian ini bukan orang
miskin. Kenapa begitu mata duitan?” tanya Yuna.
Braaak ...!
Edi langsung memukul meja di
hadapan Yuna. “Sekali lagi kamu bilang begitu, aku tidak akan segan membuat
perhitungan denganmu! Aku melakukan ini untuk Roro Ayu dan calon anaknya!”
Yuna langsung bangkit dari
kursi saat Edi menggebrak meja di hadapannya. “Bukan seperti ini caranya! Kalau
kamu ingin masa depan yang baik untuk calon anaknya Roro Ayu, bukan dengan cara
memisahkan dia dengan keluarga Perdanakusuma! Keluarga Andre nggak akan
menelantarkan menantu, apalagi cucunya!” serunya tak mau kalah.
“Mas, sudahlah. Nggak perlu
berantem kayak gini!” pinta Bunda Rindu berbisik di telinga Edi dan berusaha
menenangkan suaminya itu.
“Kamu bisa kasih jaminan kalau
keluarga itu nggak akan menelantarkan puteri kami, hah!? Nanda aja masih bawa
perempuan lain ke kamar hotel. Gimana perasaanmu kalau puterimu sendiri yang
dikhianati?” seru Edi sambil menunjuk wajah Yuna penuh emosi.
“Kamu mau jaminan apa?” tanya
Yuna sambil mengangkat dagunya, ia menatap wajah Edi penuh keberanian.
Edi membalas tatapan tajam mata
Yuna. Ia sangat kesal dengan mata wanita yang begitu berani melawan dirinya.
“Kamu nggak akan minta semua
saham milik Galaxy ‘kan?” tanya Yuna sambil menatap wajah Edi dengan wajah
sinis.
Edi balas tersenyum sinis.
“Kalau aku minta, kamu mau kasih?”
“Aku akan kasih semua saham
Galaxy kalau kamu bisa keluar dari gedung ini dalam keadaan hidup!” sahut Yuna dengan
tatapan berapi-api sambil melangkahkan kakinya mendekati Edi.
“Mas, nggak usah macem-macem!
Kita berdamai saja!” pinta Bunda Rindu sambil merengkuh lengan Edi. Ia
mengedarkan pandangannya dan bisa melihat ada banyak orang berpakaian ala
bodyguard yang berkeliling di sekitar mall itu. Sudah pasti, mereka ada di sana
untuk menjaga dan melindungi Vice President yang ada di area tersebut.
Yuna tersenyum sinis. “Aku
mengajak kalian berdamai. Tapi kalau kalian mau berperang, aku juga bisa
melakukannya! Keluarga Andre akan dapat support penuh dari keluarga Howard dan
Hadikusuma. Kami bisa menuntut balik keluarga keraton kalian itu dengan tuduhan
pemerasan dan pengancaman!”
“Kamu ...!?” Edi menatap geram ke
arah Yuna. “Berani-beraninya kamu mengancamku!”
“Kamu juga sudah mengancam
keluarga Andre. Siapa pun yang berani menyentuh orang-orangku, aku tidak akan
membiarkan dia hidup tenang!” tegas Yuna sambil menggebrak meja di sampingnya,
tepat di hadapan Edi.
Edi terdiam dengan perasaan tak
karuan. Ia menimbang banyak hal dan ia tetap saja tidak bisa menerima puterinya
yang diperlakukan semena-mena oleh Nanda.
“Kalian mau berdamai atau tetap
ke jalur hukum!?” sentak Yuna.
“Mas, kita berdamai saja, ya!
Kasihan Roro dan calon cucu kita, Mas,” pinta Bunda Rindu sambil menatap wajah
suaminya dengan perasaan tak karuan.
“Istri kamu benar dan bijak. Dia
mau berdamai. Tapi kalau kamu bersikeras ke jalur hukum, aku akan meladeninya,”
ucap Yuna sambil tersenyum manis.
“Apa kamu bisa menjamin Nanda
mencintai Roro Ayu dengan tulus? Orang tuanya saja tidak bisa memberikan
jaminan,” tanya Edi.
“Oh. Cuma itu yang kamu mau?
Kasih aku waktu satu minggu dan aku akan buat Nanda bertekuk lutut di hadapan
puterimu!” sahut Yuna.
Edi tersenyum sinis. “Coba saja
kalau bisa! Kami sudah melakukannya berbulan-bulan, dia hanya berpura-pura
menyayangi Ayu!”
“Aku dan kalian itu berbeda.
Kalau aku bisa membuat Nanda jatuh cinta sama Roro Ayu dalam waktu satu minggu,
jangan paksa mereka untuk berpisah dan cabut tuntutan kalian terhadap keluarga
Andre!” pinta Yuna.
“Oke. Kalau kamu bisa buat
Nanda mencintai puteriku sungguhan, aku akan cabut tuntutan keluarga kami!”
sahut Edi.
Yuna mengangguk. “Jangankan
membuatnya mencintai Roro Ayu. Membuat dia mengorbankan nyawanya untuk Roro Ayu
pun, aku bisa melakukannya!” tegasnya. Ia langsung menarik tas tangan mungil
miliknya dan bergegas melangkah pergi.
“Semua makanan di sini sudah
kubayar. Jangan sia-siakan makanan mahal! Makanlah sebelum pergi. Selamat
menikmati ...!” Yuna mengerdip ke arah Edi dan Bunda Rindu. Kemudian melangkah
pergi bersama asisten pribadi dan beberapa bodyguard yang bermunculan dari
sudut-sudut berbeda dan mengiringi langkah Yuna untuk pergi dari tempat
tersebut.
Bunda Rindu menghela napas lega
saat Yuna sudah pergi dari tempat tersebut. Ia merasa lega karena suaminya
tidak bertikai terus menerus dengan nyonya besar keluarga Hadikusuma itu.
Mengurus tuntutan hukum untuk puterinya saja, sudah banyak menguras pikiran,
tenaga dan materi. Entah apa jadinya jika keluarga Hadikusuma juga ikut campur
dalam permasalah rumah tangga mereka. Sesungguhnya, ia tidak menginginkan hal
lain selain melihat Roro Ayu hidup bahagia, dengan siapa pun itu.
(( Bersambung...))
Eeaak ...!
Nyonya Ye tetap aja nggak mau
kalah, ya?
Komen di bawah dong biar lapak
author nggak sepi mulu!
Much Love,
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment