Nanda mengintip wajah Ayu yang
sudah tertidur pulas. Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul
sebelas malam. Ia beringsut perlahan dan turun dari ranjang tidurnya. Dengan
cepat, ia mengganti pakaiannya dan turun dari kamar.
Nanda berjalan mengendap-ngendap
agar tidak menimbulkan suara hingga ia keluar dari gerbang rumahnya. Ia
melangkahkan kakinya perlahan, menyusuri jalan perumahan miliknya sembari
memainkan ponsel untuk memesan taksi online.
Beberapa menit kemudian, taksi
yang dipesan Nanda sudah tiba di depan pintu masuk perumahannya. Ia segera
masuk ke dalam taksi tersebut dan langsung menuju ke Galaxy Hotel.
Begitu sampai di Galaxy Hotel,
ia langsung melangkah memasuki lift, menuju ke lantai kamar yang sudah ia pesan
sebelumnya.
“Aku sudah sampai,” ucap Nanda
lewat pesan singkat saat ia sudah sampai ke lantai yang ia tuju dan berdiri di
depan nomor kamar yang ia pesan. Setelah memastikan kalau pesannya terbaca, ia
langsung membersihkan chat yang ia kirimkan.
KLEK!
“Nan, I miss you ...!” seru Arlita
saat pintu kamar itu terbuka dan langsung merangkul tubuh Nanda.
Nanda tersenyum menatap wajah
Arlita dan mengecup bibir wanita itu. “Aku juga kangen sama kamu.”
“Ayu sudah tidur?” tanya Arlita
sambil menatap lekat wajah Nanda.
Nanda mengangguk. “Aku nggak
punya banyak waktu untuk ketemu kamu, Ar. Kalau Ayu tahu kita masih
berhubungan, seluruh hidupku bakal habis.”
“Nevermind. Satu jam aja cukup
buat servis kamu,” jawab Arlita sambil mengerdip centil. “Masuk, yuk!” ajaknya
sambil menarik lengan Nanda.
Nanda tersenyum lebar. Ia
benar-benar merindukan wanita cantik yang selalu membuatnya tergila-gila di
atas ranjang. Sayangnya, takdir malah membuatnya menikah dengan perempuan polos
yang tidak tahu bagaimana cara memuaskan hasratnya yang terlalu tinggi.
KREEEK ...!
BUG!
Tubuh Nanda langsung tersungkur
ke lantai saat kerah bajunya ditarik oleh seseorang dan wajahnya terhujam
kepalan tangan hingga membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.
“SONNY ...! Kamu apa-apan,
sih!?” seru Arlita sambil menatap Sonny yang tiba-tiba ada di sana.
“Kamu masih punya hubungan sama
Nanda?” tanya Sonny sambil menatap wajah Arlita dengan tatapan berapi-api.
Arlita gelagapan mendengar
pertanyaan Sonny.
“Parah kamu, Lit! Nanda itu
udah jadi suaminya Ayu dan kamu masih jadiin dia temen tidurmu?”
“Son, aku ...” Arlita menatap
wajah Sonnya dengan tubuh gemetaran. Ia khawatir jika Sonny membongkar semua
kelakuannya di belakang Nanda selama ini.
“PELACUR ...!” umpat Sonnya
sambil menatap wajah Arlita.
Nanda langsung bangkit dari
lantai sambil mengepalkan tangannya. Ia langsung menghujamkan pukulan dengan
cepat ke wajah Sonny. “Arlita itu cewekku! Bukan Pelacur!”
Emosi dalam dada Sonny semakin
meningkat saat Nanda masih mengakui Arlita sebagai kekasihnya. Terlebih, pria
itu masih membela Arlita. Bukannya merasa bersalah karena telah mengkhianati
istrinya sendiri.
“ANJING KAMU, NAN!” seru Sonny
sambil menghujamkan pukulannya kembali ke wajah Nanda.
BUG!
BUG!
BUG!
Nanda dan Sonny saling
menyerang dan tidak ada yang mau mengalah.
“SONNY, STOP!” teriak Arlita.
Tapi ia tidak berani memisahkan dua pria yang sedang berkelahi tersebut karena
mengetahui kalau mereka berdua berada di bawah naungan satu perguruan silat
yang cukup besar di negara ini. “NANDA, STOP!” pintanya histeris sambil
menitikan air mata.
BUG!
Tendangan terakhir dari kaki
Sonny, akhirnya membuat tubuh Nanda tersungkur ke lantai.
“BAJINGAN KAMU, NAN! Aku
serahin Ayu ke kamu buat kamu bahagiain. Bukan kayak gini!” seru Sonny sambil
menjejak alat vital Nanda sekuat tenaga.
“AARGH ...! ANJING KAMU, SON!”
seru Nanda sambil memegangi alat vitalnya. Dua bola matanya memerah dan nyaris
keluar karena menahan rasa sakit yang begitu menyiksa.
“Kamu yang anjing, Nan!”
“SONNY ...! Kamu tega banget,
sih!? Jahat!” seru Arlita sambil menghampiri Nanda dan merangkul pria yang
sedang merintih kesakitan itu.
“Kalian juga sudah tega
menghancurkan hidup wanita yang paling aku cintai. Kalau bukan karena cowok
bajingan ini, aku dan Ayu juga nggak akan berpisah!” seru Sonny dengan emosi
yang masih berapi-api.
“Kalau kamu masih cinta sama
Ayu, ya kamu perjuangin dia, dong! Kami berdua juga masih saling cinta. Jangan
salahkan kami karena Ayu yang udah ngerebut Nanda dari aku!” seru Arlita.
“Kamu ...!?” Sonny mengepalkan
tangannya dan nyaris memukul Arlita.
“Dokter ...!” Asisten perawat
Sonny tiba-tiba muncul dan menahan lengan pria itu.
“Roro Ayu bukan wanita
sembarangan. Kalau aku ikhlaskan dia, itu karena aku percaya sahabatku bisa
bikin dia bahagia. Karena aku beda kota, kalian bisa memperlakukan Ayu seperti
ini, hah!? Inget, Nan! Aku bisa menghancurkan hidupmu lebih dari ini!” ancam
Sonny.
“Nanda yang bakal hancurin
hidup kamu! Lihat aja, kami bakal laporin kamu ke polisi dan bikin kamu
mendekam di penjara!” ancam Arlita.
“Kamu siapanya Nanda, hah!?
Cuma pacar. Bukan istri sah dia. Roro Ayu punya hak lebih daripada kamu.
Laporin ke polisi aja! Kita lihat, apa yang akan dilakukan orang tua Ayu kalau
tahu puteri kesayangan mereka diperlakukan seperti ini!” sahut Sonny sambil
menendang kaki Nanda yang sudah merintih kesakitan dan bergegas melangkah masuk
ke dalam kamar hotel yang berada tak jauh dari mereka.
“Dokter, aku keluar carikan
obat dulu!” ucap Asisten Perawat yang terus mengikuti langkah Sonny dengan
perasaan khawatir melihat wajah seniornya itu babak belur. Ia tidak tahu apa
yang terjadi hingga membuat seorang dokter anak yang biasanya begitu lembut dan
penyayang, tiba-tiba terlibat perkelahian hebat dengan pria yang dia panggil
sebagai sahabat. Sepertinya, wanita istimewa yang telah menggerakkan hati
seniornya itu.
Sonny mengangguk. “Kamu minta
rekaman CCTV sebelum aku berantem sama Nanda!” perintahnya.
“Baik, Dokter.” Asisten perawat
itu segera keluar kembali dari dalam kamar. Ia mendapati Arlita dan Nanda yang
masih berbaring di lantai koridor dengan wajah babak belur dan bagian bawah
perutnya mengeluarkan rembesan darah. Ia meringis nyeri melihat nasib pria yang
baru saja dihajar habis-habisan oleh seniornya itu.
“Mas, tolong aku! Bantu aku
bawa dia ke rumah sakit!” pinta Arlita sambil berlinang air mata.
Asisten perawat itu mengangguk.
Baru saja ingin melangkah menghampiri Nanda, dua orang pria berseragam security
berlari ke arah mereka. Ia langsung mengurungkan niatnya dan membiarkan dua
security itu membopong tubuh Nanda yang sudah tidak sadarkan diri untuk segera
dilarikan ke rumah sakit. Sebab, ia ngeri dan tidak tega melihat kondisi pria
itu. Ia harap, nyawa pria itu masih bisa diselamatkan. Jika tidak, seniornya
akan terancam dipenjara.
Di dalam kamar, Sonny menatap
ke luar jendela. Gemerlapnya kota Surabaya, sudah lama tidak pernah ia nikmati.
Ia mengambil ponsel dan menelepon Ayu beberapa kali, tapi tidak mendapatkan
jawaban. Ia tahu, kebiasaan Ayu setiap malam adalah meletakkan ponselnya dalam
mode silent. Perasaannya tak karuan dan pertanyaan di kepalanya semakin
bertambah. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan mantan tunangannya itu.
“Ayu ... are you happy now?”
bisik Sonny sambil menatap cincin tunangan yang masih melingkar erat di jemari
tangannya. Andai hari itu ia mau berjuang untuk Ayu. Mungkin hidupnya tidak
akan berakhir seperti ini. Ia sudah sangat mengenal Nanda dan Arlita sejak
mereka duduk di bangku SMA.
Ia pikir, Nanda akan berhenti
bermain wanita setelah menikah. Nyatanya, sahabatnya itu tidak pernah berubah
dan malah membuat hati Ayu terluka. Ia tidak peduli dengan Nanda, yang ia
pedulikan hanyalah Ayu. Ia ingin melihat Ayu bisa hidup bahagia, meski bukan
dia yang menjadi sumber kebahagiaan itu. Tapi jika Nanda malah menyakitinya,
maka ia tidak akan segan merebut Ayu kembali ke dalam pelukannya.
((Bersambung...))
Nantikan kisah seru
selanjutnya!
Much Love,
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment