Usai pulang kerja, Nanda
melangkahkan kakinya perlahan, memasuki rumah dan menyusuri anak tangga menuju
ke kamarnya dengan santai. Pandangannya langsung tertuju pada Ayu yang sedang
duduk di depan meja rias.
“Udah siap?” tanya Nanda sambil
menyentuh lembut pundak Ayu.
Ayu mengangguk. “Kamu mandi
dulu! Aku sudah siapkan pakaian ganti untukmu.”
Nanda langsung menoleh ke atas
ranjang, tempat Ayu biasa menyiapkan pakaian ganti untuknya. Ia pikir, Ayu akan
bersikap baik kepadanya jika ia bisa memperlakukan wanita ini dengan manis. Ia
tidak ingin wanita ini menghancurkan keluarganya dan harus bisa membuat
keluarga keraton itu menarik surat perjanjian yang jelas-jelas mencekik
keluarganya. Jika seperti ini terus, ia tidak akan bisa bebas melakukan apa pun
di luar sana. Ia sangat kesal dengan Ayu yang terlalu cerdik dan licik. Tapi
tetap saja tidak bisa berbuat apa-apa.
“Kamu mau cari gaun di mana
dulu?” tanya Nanda sambil tersenyum ke arah Ayu.
“Galaxy Mall aja,” jawab Ayu
sambil menatap wajah Nanda dari balik cermin.
Nanda manggut-manggut. Ia
segera melangkah perlahan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Beberapa menit kemudian, Nanda
keluar dari dalam kamar mandi, hanya mengenakan handuk yang digulung asal di
pinggangnya. Ia langsung meraih pakaian yang telah disiapkan Ayu dan
mengenakannya. Matanya terus mengawasi Ayu yang sedang menundukkan kepala
sambil memainkan ponselnya.
Setiap kali melihat jemari
tangan Ayu bergerak cepat di atas layar ponselnya. Ia selalu penasaran dengan
apa yang sedang dilakukan oleh wanita itu. Tapi ia gengsi untuk mencari tahu
isi ponsel istrinya itu. Ia pikir, apa yang dilakukan oleh Ayu yang banyak
diam, malah benar-benar berbahaya baginya. Ia harus memikirkan banyak cara
untuk menjinakkan wanita ini.
“Ay, kita berangkat yuk!” ajak
Nanda sambil menyentuh pundak Ayu.
“He-em.” Ayu mengangguk sambil
mematikan ponsel di tangannya. Ia menarik tas tangan, memasukkan ponsel
tersebut dan bangkit dari kursi.
“Chatting sama siapa?” tanya
Nanda lembut sambil merangkul pinggang Ayu. Kalimat itu, akhirnya keluar juga
dari mulutnya.
“Bunda,” jawab Ayu santai
sambil melangkah keluar dari kamarnya.
“Oh.” Nanda manggut-manggut mendengar
jawaban dari Ayu. Ia langsung membawa Ayu menuju ke Galaxy Mall.
Dua puluh menit kemudian, Nanda
dan Ayu sudah berada di dalam salah satu butik ternama yang ada di pusat
perbelanjaan tersebut.
“Pilih aja gaun yang kamu mau.
Aku tunggu di sana, ya!” perintah Nanda.
Ayu mengangguk sambil
tersenyum. Ia melangkahkan kakinya perlahan sambil memperhatikan gaun-gaun yang
terpajang dengan cantik di butik tersebut.
“Nanda ...! Kamu lagi di sini?”
Suara seorang wanita yang memanggil nama Nanda, mengalihkan perhatian Ayu. Ia
langsung beringsut, mencari tempat lain yang tidak akan terlihat oleh Nanda.
“Lita ...? Kamu ngapain di
sini?” tanya Nanda. Ia langsung mengedarkan pandangannya ke semua ruangan.
Mencari sosok Ayu yang mungkin saja akan melihat kehadiran Arlita.
“Mau cari gaun baru. Aku nggak
nyangka kamu ada di sini. Apa kabar?” tanya Arlita sambil duduk di samping Nanda
dan bergelayut manja di pundak pria itu.
Nanda langsung menepis tubuh
Arlita dan menggeser tubuhnya menjauhi Arlita. “Ada istriku di sini, Lit. Kamu
jangan deket-deket!” pintanya.
“Ada Ayu?” tanya Arlita sambil
celingukan, mencari sosok Ayu yang mungkin saja ada di dekat mereka. “Di mana?
Jauh kali, Nan.”
Nanda tak bereaksi. Ia juga
ikut kebingungan, khawatir kalau Ayu memergokinya bersama Arlita.
“Kenapa? Kamu takut sama Ayu?
Sejak kapan kamu tunduk sama wanita, Nan?” tanya Arlita sambil merapatkan
tubuhnya ke Nanda.
“Ck. Kamu nggak usah bikin aku
kena masalah, deh! You know Roro Ayu. Diam-diam, dia udah ngendalikan
keluargaku. Kamu ngertiin posisiku dong, Lit!” pinta Nanda sambil bangkit dari
sofa.
Arlita menghela napas kecewa
sambil menundukkan kepala. “Terus, aku harus gimana, Nan? Kamu masih cinta sama
aku ‘kan? Nggak kasihan sama aku?”
Nanda menggaruk kepalanya yang
tidak gatal. “Urusan kita nanti aja, deh! Jangan sampai Ayu ngadu ke orang
tuaku dan bikin masalah lagi! Aku capek berdebat terus sama dia. Kamu bantu aku
supaya bisa tenang! Setelah aku berhasil
mengendalikan Ayu, aku akan temui kamu.”
“Serius!?” tanya Arlita sambil
tersenyum manis ke arah Nanda.
Nanda mengangguk.
“Mmh ... Nan, aku ada ambil job
pemotretan. Aku ...” Arlita menatap Nanda penuh harap.
“Ambil aja baju yang kamu mau.
Jangan sampai Ayu tahu! Aku bayarin,” perintah Nanda seolah ia sudah tahu
maksud Arlita. Ia memang sudah sering memanjakan wanita-wanitanya dengan uang
dan semua keperluan Arlita saat mereka masih pacaran, selalu ia penuhi.
“Beneran?” tanya Arlita sambil
bangkit dari sofa dan mengecup pipi Nanda. “Makasih, ya! Kalau butuh aku, kamu
call aja!” Ia tersenyum manis dan melenggang pergi.
Nanda menghela napas sambil
menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia menjadi serba salah. Di satu sisi, ia
masih menyayangi dan membutuhkan Arlita. Di sisi lain, ia harus bertanggung
jawab dengan rumah tangganya.
Nanda bergegas mencari sosok
Ayu yang ada di butik itu. Ruang butik yang besar dan bersekat kaca, membuatnya
tidak mudah menemukan Ayu. Ia hanya bisa mencari Ayu dari warna pakaian yang
dikenakan istrinya itu saat pergi ke sana.
Begitu melihat Ayu keluar dari
kamar pas, ia langsung menghela napas lega dan segera menghampiri wanita itu
sambil meraih beberapa gaun yang ia lewati.
“Cobain ini, Yu!” pinta Nanda
sambil menyodorkan gaun-gaun itu ke hadapan Ayu.
“Banyak banget?”
“Iya. Aku mau lihat kamu pakai
gaun-gaun ini. Kali aja ada yang cocok,” jawab Nanda sambil tersenyum lebar ke
arah Ayu. Ia berharap, wanita itu tidak melihat Arlita yang juga ada di sana.
Ayu tersenyum sambil menatap
wajah Nanda. “Ini ... aku coba semua?”
Nanda mengangguk sambil
tersenyum manis.
Ayu langsung meraih salah satu
gaun yang disodorkan pelayan toko ke arahnya dan masuk ke dalam kamar pas. Ia
menggigit bibir bawahnya, enggan untuk mengenakan gaun yang ada di tangannya.
Ia mulai lelah berpura-pura manis seperti ini. Sebab, ia juga tahu kalau Nanda
memperlakukannya dengan baik bukan karena ketulusan hatinya.
Ayu menyandarkan kepalanya
sambil memeluk gaun di tangannya. Air matanya menetes perlahan. Semanis apa pun
Nanda memperlakukannya, ia akan tetap merasakan sakit jika pria itu juga
memperlakukan wanita lain dengan begitu manis.
Ayu membuka layar ponsel sambil
mengusap bulir-bulir air mata yang jatuh membasahi pipinya. Ia membuka aplikasi
chatting dan menyentuh pesan masuk dari Dokter Sonny. Ia tidak pernah menghapus
pesan dari pria itu dan selalu mengunci ponselnya dengan baik. Ia tidak ingin
kehilangan kenangannya dengan Sonny. Baginya, bersama pria itu adalah saat-saat
paling indah yang tidak akan pernah ia lupakan.
Ayu menatap satu kalimat yang
telah ia beri tanda bintang dan selalu ia baca setiap harinya. Sonnya yang
selalu bersikap lembut, manis dan selalu bijaksana dalam menghadapi setiap
masalah yang mereka hadapi.
“Ay, jangan sedih, ya! Takdir
cinta kita hanya cukup sampai di sini. Aku tidak pernah menyesal mengenalmu.
Bagiku, hatimu akan tetap suci untuk selamanya. Jika kamu tidak bahagia dengan
Nanda, tell me! Aku akan merebutmu darinya,” tulis Sonny di dalam pesan yang
ditandai oleh Ayu.
Air mata Ayu semakin berderai.
Ia merasa tidak pantas untuk seorang pria sebaik Sonny. Kesucian cinta yang
mereka jaga dengan sungguh-sungguh, dihancurkan dalam sekejap oleh Nanda. Sejak
hari itu, setiap malamnya adalah mimpi buruk.
“Son, aku tidak bahagia bersama
Nanda. Tapi dia adalah ayah dari calon anakku, aku harus bagaimana?” batin Ayu
sambil menitikan air matanya. Ia benar-benar tidak tahan jika harus berbagi
hati dengan wanita lain. Nanda, tidak akan pernah bisa meninggalkan
wanita-wanitanya. Ia sudah mengenal Nanda sejak masih duduk di bangku SMA dan
pria ini adalah pria yang paling ia benci di dunia, sebab Nanda selalu berganti
pacar setiap minggunya. Apakah ini karma karena kebenciannya terhadap Nanda
terlalu dalam?
((Bersambung...))
Terima kasih sudah jadi sahabat
setia berkarya dan bercerita!
Dukung terus supaya author
makin semangat nulisnya!
Much Love,
@vellanine.tjahjadi
Jangan lupa, beli paket
dukungan aja supaya bisa dapetin harga yang lebih murah dari harga satuan!
0 komentar:
Post a Comment