Ramadan tahun ini ... bisa dibilang adalah ramadan yang menyedihkan buat aku dan keluarga kecilku.
Kenapa?
Karena ... ramadan tahun ini benar-benar aku jalani seorang diri. Makan sahur hanya sendirian saja. Yang biasanya aku selalu bersama mbah, sekarang tidak lagi.
Sejak mbah lanang meninggal pada 20 Oktober 2021 lalu, rumahku menjadi lebih sepi. Aku hanya tinggal bersama dua anakku dan mbah perempuan.
Sebulan yang lalu, mbah perempuan yang biasa tinggal denganku pun pergi meninggalkan aku. Dia sangat ingin tinggal di Kutai Barat bersama dengan keponakan-keponakan kesayangannya dan aku tidak mungkin mencegahnya. Sebab, sejak dulu memang memiliki keinginan untuk tinggal di sana.
Alhasil, aku hanya tinggal bersama dua anakku. Puteriku yang masih berusia enam tahun dan puteraku yang baru menginjak usia dua tahun.
Awalnya, puteriku sangat antusias dan bahagia menyambut bulan suci ramadan. Dia terlihat begitu bersemangat ingin menjalani puasa seharian penuh, meski tidak tahu nantinya.
Semangatnya itu tiba-tiba sirna saat sehari sebelum menjelang puasa, dia tiba-tiba terserang demam tinggi bersamaan dengan adiknya. Seharian, dia hanya berbaring di kamar. Sedikit makan dan minum obat, tapi tak kunjung membuat panasnya reda. Ditambah lagi dengan muntah-muntah dan diare semalaman.
Karena sakit inilah, membuat puteriku tidak bisa ikut berpuasa pada 1 Ramadan tahun ini. Yang aku pikir akan sahur bareng bersama puteriku, ternyata malah harus menikmati waktu sahurku seorang diri.
Tapi ada satu hal yang masih bisa membuatku tersenyum dan tidak terlalu sedih karena hidup sendiri. Apa itu?
Puteriku bangun saat aku sedang makan sahur sendirian di dapur dan dia menemaniku duduk di meja makan.
"Mbak mau makan? Makan dulu, ya! Nggak usah puasa karena lagi sakit," pintaku pada puteriku.
Puteriku mengangguk. "Tapi aku mau makan nasi aja."
Aku tersenyum dan llangsun menyodorkan nasi pemberian dari tetangga semalam. Dia mau makan nasi itu meski hanya beberapa suap. Tiga sendok pun, mungkin tidak sampai. Aku tahu, bagaimana rasanya saat sedang sakit dan sulit untuk menikmati makanan. Jadi, aku juga tidak memaksanya makan banyak. Aku hanya memberinya obat penurun panas kembali setelah ia selesai makan.
Bisa dibilang, Ramadan tahun ini adalah Ramadan yang paling menyedihkan karena aku harus sahur seorang diri dan dua anakku dalam keadaan sakit.
Kalau kamu?
Bagaimana Ramadanmu tahun ini?
Apakah sendirian sepertiku juga?
Atau ... selalu ramai berkumpul dengan keluargamu?
Yuk, sharing pengalaman keseharian kamu di kolom komentar, ya!
Much Love,
Rin Muna
0 komentar:
Post a Comment