BAB 4
TAK INGIN BERDAMAI
“Andre ...! Mana anakmu yang bajingan itu!” seru Edi sambil menerobos masuk ke dalam rumah Andre, ayah kandung Nanda sekaligus kolega bisnisnya. Di belakangnya, juga ada beberapa pria berpakaian preman.
“Mas Edi? Ada apa?” Andre langsung menghampiri Edi yang meneriaki dirinya dengan wajah penuh amarah.
“Ada apa, Mas Edi? Kenapa ke sini bawa preman seperti ini?” tanya Nia lembut.
“Mana anak kalian!?” seru Edi tak sabar.
“Nanda lagi keluar, Mas. Duduk dulu!” pinta Nia dengan tubuh gemetaran. Ia terus mencengkeram lengan suaminya saat melihat Edi begitu emosi.
Di saat bersamaan, Nanda melangkah santai memasuki rumahnya sembari memainkan kunci mobil di tangannya.
“Itu Nanda, Mas,” bisik Nia sambil menatap tubuh puteranya.
Edi memutar tubuhnya dan menatap tajam ke arah Nanda. Beberapa orang preman yang ia bawa, langsung menyambar tubuh Nanda.
“Ada apa ini?” seru Nanda, ia berusaha memberontak. Namun, kekuatannya tak mampu menandingi empat preman yang sudah memegang erat tubuhnya.
Edi melangkah menghampiri Nanda dengan tangan mengepal.
BUG!
Satu pukulan tangan Edi mendarat keras di wajah Nanda hingga membuat lapisan kulit di bibir pria muda itu pecah, mengucurkan darah segar di sana.
“Nanda ...!” seru Nia sambil berlari menghampiri puteranya.
“Mas Edi, ini ada apa? Kenapa pukul anak kami? Kami bisa laporkan Anda ke polisi!” seru Andre sambil berusaha melindungi puteranya.
“Pukulan ini belum seberapa jika dibandingkan dengan pukulan untuk keluarga kami!” sahut Edi dengan mata berapi-api.
Nanda balas menatap Edi dengan perasaan campur aduk. Terlebih, sang ibu terisak di hadapannya sembari memeluk kepalanya. Memohon belas kasihan pada orang-orang di sana agar melepaskan puteranya.
“Nak, apa yang sudah kamu perbuat di luar sana?” tanya Nia sambil menatap wajah Nanda dengan derai air mata.
“Aku nggak ngapa-ngapain, Ma,” jawab Nanda lirih.
“DIA MENGHAMILI PUTERIKU!” seru Edi sambil menunjuk wajah Nanda penuh amarah.
DEG!
Nia langsung memutar kepalanya. Ia tidak percaya jika Nanda menghamili puteri dari keluarga bangsawan yang begitu terhormat. Terlebih, mereka sudah memiliki pasangan masing-masing. Puteranya juga akan segera bertunangan dengan kekasihnya.
“Nan, semua ini nggak bener ‘kan?” tanya Nia. “Roro Ayu itu tunangan sahabatmu. Kalian sudah bersahabat sejak lama. Kamu juga akan segera bertunangan dengan Lita. Pasti bukan kamu pelakunya ‘kan?”
Nanda menggelengkan kepala. “Mana mungkin aku menghamili dia. Mungkin, itu anak Sonny.”
“Sonny tidak pernah meniduri puteriku! Aku sudah konfirmasi dengan dia,” sahut Edi.
“Mungkin dari pria lain,” sahut Nanda sambil mengumpulkan keberaniannya. Ia masih tidak percaya jika Ayu mengandung anak darinya. Ada banyak wanita yang ia tiduri selama ini dan tidak ada satu pun yang tidak bisa ia atasi. Puteri keluarga bangsawan ini memang sangat berbahaya dan nyaris menghancurkan kesenangan hidupnya.
“Kalau kamu masih tidak mengakui perbuatanmu, aku akan melaporkanmu ke polisi!” tegas Edi.
Andre tersenyum sambil menghampiri Edi. “Mas Edi, ini bisa kita selesaikan baik-baik. Bisa aja, mereka diam-diam saling suka. Kita bisa menjadi besan. Bagaimana?”
“Aku tidak sudi punya menantu bajingan seperti dia!” seru Edi.
“Tenang dulu, Mas! Bukankah Mas Edi ke sini mau minta pertanggungjawaban? Kalau memang Roro Ayu mengandung anak Nanda, aku akan segera melamar,” tutur Andre.
“Aku bukan sedang meminta pertanggungjawaban! Aku sedang membuat perhitungan dengan kalian!”
“Kita berteman sudah lama. Ini bisa diselesaikan baik-baik, Mas. Anak muda zaman sekarang, sudah umum seperti ini. Bagaimana kalau kita nikahkan saja mereka? Toh, mereka juga belum resmi memiliki pasangan,” tutur Andre.
Sementara itu, Nia masih terus menangkup wajah Nanda sambil terisak. Ia tidak percaya jika puteranya telah menyinggung keluarga bangsawan hingga membuat mereka sangat murka.
“Sonny bersedia bertanggung jawab dan mengakui anak itu sebagai anaknya. Aku tidak sudi punya menantu bajingan dan pecundang seperti ini! Lebih baik, bayi itu tidak pernah mengetahui siapa ayah sebenarnya!” seru Edi.
“Kasih dia pelajaran!” perintah Edi pada anak buahnya.
Satu orang pria langsung menyeret Nia menjauh dari puteranya. “Nanda ...! Mas Andre ...! Tolong lakukan sesuatu! Mas Edi, jangan pukul puteraku lagi!” pintanya terisak dengan perasaan tak karuan.
“Mas Edi, walau bagaimanapun, bayi itu tetap keturunan keluarga kami. Nanda akan bertanggung jawab menikahi Ayu dan merawat anak itu dengan baik,” tutur Andre.
“Aku lebih suka kalau dia tidak bertanggung jawab. Setelah puas menghajarnya, aku akan melaporkan dia ke polisi!” tegas Edi.
“Mas Edi, tolong ampuni Nanda! Jangan sampai dia dipenjara! Apa pun syaratnya, akan kami penuhi,” pinta Nia sambil berlutut dan memeluk kaki Edi.
“Ma ...!?” Nanda langsung dipenuhi amarah ketika melihat mamanya bersujud di kaki orang lain untuk membelanya. “Oom ... aku akan bertanggung jawab menikahi Ayu!”
Edi tersenyum sinis menatap Nanda. “Apa itu artinya kamu sudah mengakui kalau kamu meniduri puteriku? Lebih tepatnya, memperkosa dia!?”
Nanda menelan saliva mendengar pertanyaan Edi. Kemudian, mengangguk kecil.
“Menikah atau tidak, semua keputusan ada di tangan puteriku. Aku tidak akan membiarkan dia menikah dengan pria yang tidak mencintai dia! Soal bayi dalam perutnya, aku bisa menghidupi dan merawat dia meski tanpa seorang ayah! Aku anggap, ayah dari bayi itu sudah mati!” tutur Edi sambil menatap wajah Nanda.
Edi melirik Andre yang berdiri di belakangnya. “Aku mau lihat ketulusanmu dalam meminta maaf dan menyayangi puteriku! Jika tidak bisa, ke penjara sajalah!” ucapnya sambil bergegas pergi meninggalkan kediaman keluarga tersebut.
((Bersambung...))
Nantikan bab selanjutnya!
Jangan lupa follow di menu paling bawah blog ini!
MuchLove,
@vellanine.tjahjadi
DAFTAR BACAAN :
Bab 2 - Bayi yang Tak Diinginkan
Bab 5 - Menolak Pernikahan Kontrak
Bab 6 - Hari Pertama Jadi Mantu
______________________
Dilarang keras menyalin, memperbanyak dan menyebarluaskan konten ini tanpa mencantumkan link atau izin tertulis dari penulis.
©Copyright www.rinmuna.com
0 komentar:
Post a Comment