Hai ... Sobat!
Apa kabar nih?
Lama banget kagak ngisi ini blog. Hihihi ...
Kangen nggak sih sama tips nulis dari aku?
Kalo kangen, baca sampe kelar ya!
Kalo enggak, mending tutup aja deh hp atau komputer kamu. Bikin aku sedih aja...
Buat kamu yang bersedia baca, aku punya something special, nih.
Aku mau sharing tentang trik menulis supaya tulisanmu bisa mengalir deras kayak air terjun Niagara.
Ah, elah... lebay amat, yak!
Nggak papa, deh. Yang penting, materi yang bakal aku share kali ini bisa mudah dipahami dan asyik buat kalian.
Kali ini, aku mau sharing gimana caranya bikin dialog cerita lebih menarik dan tidak membosankan.
Kalau menurut kalian, apa sih yang bikin cerita itu bisa jadi menarik? Boleh sharing di kolom komentar, ya!
Nah, kalo menurut aku, hal paling penting supaya cerita kita bisa lebih mengalir dan menarik ialah pengaturan dialog-nya.
Cerita bisa terasa lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari ketika kita menggunakan dialek dalam dialog. Artinya, kita bisa menggunakan kalimat tidak baku yang sesuai dialek daerah supaya bacaan kita nggak monoton. Terlebih, ketika dialog yang kita baca itu kayak naskah terjemahan. Pastinya, bakal ngebosenin banget, kan? Makanya, kita butuh banget penggunaan dialek dalam dialog.
Sebelum kita menulis cerita, sebaiknya kita melakukan riset tempat terlebih dahulu. Nah, riset tempat ini sangat penting supaya latar cerita kamu tepat, juga bahasa yang digunakan.
Misalnya, orang Indonesia menggunakan dialek dalam kehidupan sehari-hari alias tidak menggunakan bahasa formal. Kalau dalam ilmu Sastra Inggris, juga ada penggunaan bahasa formal dan informal. Nah, dalam Bahasa Indonesia, kita juga mengenal bahasa formal dan bahasa sehari-hari.
Orang Indonesia, jarang banget ngomong formal dalam keseharian mereka. Oleh karenanya, bahasa sehari-hari yang digunakan di dalam cerita juga harus tepat dengan kehidupan kita sehari-hari di dunia nyata sesuai dengan zamannya.
Contoh penggunaan dialek dalam dialog:
Rina mengendarai mobilnya pelan-pelan sambil celingukan. "Enaknya makan apa, ya? Perutku laper banget, tapi mulutku nggak nafsu makan."
Nah, kalimat yang aku tandai warna merah adalah contoh penggunaan dialek sehari-hari. Kamu juga bisa menggunakan bahasa daerah sesuai dengan latar tempat ceritamu supaya dialog ceritamu nggak seperti naskah terjemahan.
Dialog yang aku buat di atas, juga bisa dibuat ke versi yang formal, contohnya:
Rina mengendarai mobilnya pelan-pelan sambil memperhatikan sekelilingnya. "Makanan apa yang enak untuk dimakan siang ini? Perutku sangat lapar, tapi mulutku tidak nafsu makan."
Nah, dari dua contoh di atas, kamu sudah bisa bedain mana yang lebih asyik buat dibaca sesuai dengan latar daerahmu, kan?
Kamu jangan terfokus menggunakan kalimat baku kalau lagi nulis cerita fiksi. Tapi, kamu juga wajib menguasai bahasa baku karena semua narasi cerita, wajib menggunakan bahasa baku. Sementara, dialog-nya bisa menggunakan dialek daerah agar lebih menarik dan mengalir ketika dibaca.
Gimana? Kamu sudah bisa bikin ceritamu lebih mengalir dan berkualitas?
Silakan tinggalkan komentar, ya!
Kamu juga boleh kirim karyamu untuk aku review. Langsung aja kirim ke email : walrina.ajpksp@gmail.com dengan Subjek : Belajar Menulis_Judul Tulisan_Nama Penulis
Aku bakal review tulisan kamu dan share tentang kekurangan dan kelebihan cerita kamu, loh. Asal jangan kasih link novel karena itu kepanjangan dan aku butuh waktu lama buat bacanya. Sementara, kesibukan aku padet banget. So, semangat terus belajar nulisya! Jangan lupa kirimkan tulisan kamu untuk aku review, ya!
Much Love,
Rin Muna
0 komentar:
Post a Comment