www.rinmuna.com |
Kak Rin, kenapa milih nulis di Novelme?
Aku seringkali mendapat pertanyaan yang satu ini. Kenapa ya?
Eh, kenapa ya nanyanya kenapa? Hahahah ... udahlah, nggak usah hirauin pertanyaanku yang
rada sakau itu.
Mending, fokus aja ke jawabannya. Aku tulis ini Cuma ingin
berbagi pengalamanku sama temen-temen semuanya.
Aku ... awalnya bukanlah seorang penulis murni. Penulis
murni adalah orang yang full time menulis seperti seorang seniman murni.
Aku bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai admin
pembukuan. Menulis, hanya menjadi bagian dari hobby dan sama sekali nggak
terpikirkan bakal dapet duit dari nulis. Yang aku pikirin saat itu adalah ...
bagaimana aku bisa mewariskan sesuatu untuk anakku. Sesuatu yang bisa dia
kenang dan tidak akan hilang begitu saja sampai ratusan tahun ke depan.
Awalnya, Cuma iseng-iseng aja belajar nulis. Eh, lama-lama jadi candu.
1.
Berawal dari Status di Facebook
Kalau ditanya, kapan mulai nulis,
aku sendiri nggak pernah tahu. Yang jelas, aku adalah salah satu orang yang
suka berceloteh di facebook dan twitter pada masa itu.
Saat itu, aku memang suka membaca
novel dan salah satu penulis favorite aku adalah Tere Liye. Ada hal yang
menggelitik dan menyentuh hatiku sehingga aku memutuskan untuk belajar menulis
dengan sungguh-sungguh.
Dalam salah satu acara jumpa
fans, Tere Liye pernah berkata kalau status di Facebook kita bisa menjadi
sebuah novel kalau dikumpulin. Bener banget kan?
Bayangin aja kalau setiap mau
melakukan sesuatu kita selalu update status facebook. Bangun tidur, mau mandi,
mau makan, mau berak sampai mau tidur lagi, kita selalu aja bikin status.
Anggap aja, kita menulis minimal
100 kata dalam sehari. Maka, kita sudah menulis 1000 kata dalam sepuluh hari,
3000 kata dalam sebulan, 30.000 kata dalam 10 bulan dan 60.000 ribu kata dalam
kurun waktu 20 bulan. Artinya, kita bisa menghasilkan 1 novel hanya dalam waktu
2 tahun, Cuma ngumpulin status facebook doang. Produktif banget kan?
Itulah salah satu pemantik
semangatku dan membuatku belajar menulis novel.
2.
Ikut Lomba Menulis Sejak SD
Kalau ditanya, kapan mulai suka nulis? Aku pasti bakal jawab
sejak kelas tiga SD. Tapi, saat itu aku sama sekali nggak pernah serius atau
pun bercita-cita menjadi seorang penulis. Tapi, aku sangat menyukai pelajaran
Bahasa Indonesia dan menjadi juara 1 lomba Sinopsis se-Kecamatan Samboja. Dulu,
menang lomba mah seneng baanget. Sayangnya, piagam aku nggak disimpan dengan
baik dan entah ke mana. Jadi, aku bener-bener nggak punya kenangan masa kecil.
Orang tuaku bukanlah tipe orang tua yang suka membanggakan prestasi anaknya dan
tidak pernah menyimpan piagam-piagamku dengan baik. Berbeda dengan aķu yang
sendirinya gila prestasi dan senang berkompetisi.
Saat itu, aku masih terlalu kecil dan tidak menyadari bakat
menulisku memang sudah ada. Aku juga suka menulis diary, mencurahkan isi hati
dalam bentuk syair atau puisi. Nggak kayak zaman sekarang yang kalau punya
masalah, ngedumel lewat sosmed. Yah, termasuk aku juga karena ngikutin trend. Wkwkwk
...
3.
Pernah Bercita-Cita Menjadi Novelis
Kalau ditanya soal cita-cita, waktu SD aku bercita-cita jadi
guru atai dokter. Kenapa? Karena saat itu, guru Cuma memperkenalkan beberapa profesi
yang umum. Padahal, ada banyak profesi di dunia ini. Tapi, di sekolah kita
dikenalkan oleh profesi yang itu-itu aja. Dokter, Guru, Tentara, Polisi,
Presiden. Yah, itu-itu lagi. Sama sekali nggak tahu tentang profesi lain. So,
wajar kalau waktu SD, aku punya cita-cita jadi guru.
Setelah beranjak remaja, aku tetep aja suka nulis. Nulis
buku diary. Bahkan, aku seringkali nge-remake novel yang udah aku baca dan aku
tulis ulang pakai tangan. Maklum, saat itu belum punya komputer atau mesin
ketik. Jadi, ya nulis tangan aja. Hasil tulisan tanganku itu sering banget
dipinjam sama temen buat dibaca-baca dan akhirnya menghilang entah ke mana.
Selalu saja begitu sampai beberapa kali.
Saat aku duduk di bangku SMA, aku bercita-cita menjadi
seorang novelis. Kenapa? Yah, nggak tahu juga. Mungkin karena aku suka nulis.
Mungkin juga karena novelis itu kerjaannya santai. Cuma menghayal doang bisa
dapet duit. Selain itu, aku bisa mengubah kehidupan seseorang di dalam sebuah
novel.
4.
Sempat Hopeless
Waktu akhirnya aku kerja di salah satu perusahaan, aku
bener-bener hopeless. Saat itu, aku mengubur dalam-dalam keinginanku untuk
menjadi seorang novelis. Apalagi, saat aku mengetahui kalau masuk dalam dunia
kepenulisan itu tidaklah mudah. Nggak ada orang yang mau baca tulisanku. Nyoba
buat nulis lagi, tapi setelahnya langsung nge-down lagi karena karyaku
bener-bener buruk. Jangankan mau baca, lihatnya aja orang sudah malas.
Selain itu, juga harus bersaing dengan penulis-penulis
senior. Aku yang nggak punya ilmu sama sekali, sering banget dihina karna
karyaku emang jelek banget. Bahkan sampai sekarang, aku masih ingat sama
penulis yang udah meremehkan dan menghina tulisanku. Aku bersyukur, dari dia
... akh akhirnya punya semangat untuk membuktikan kalau aku bisa berkarya lebih
baik dari dia.
5.
Serius Belajar Nulis Sejak Tahun 2016
Mungkin, semua orang mengira kalau aku emang udah demen
nulis dari kecil. Demennya emang bener sih. Tapi ... aki justru serius belajar
nulis sejak tahun 2016. Saat aku sudah punya satu orang anak. Sebelumnya, aku
Cuma gabung-gabung di komunitas penulis dan Cuma jadi pembaca doang.
Saat itu, aku coba buat ngirim naskah puisi aku ke FAM
Indonesia. Salah satu penerbit buku Indie. Alhamdulillah, naskahku terpilih
untuk dibukukan. Aku wajib membeli satu eksemplar buku terbit. Bagiku nggak
masalah, yang penting ... aku bisa mewariskan buku-buku itu untuk anak cucuku
kelak.
6.
Menjelajah Semua Platform Online
Karena masih belajar nulis, banyak hal yang harus aku
pelajari. Aku emang pengen banget jadi novelis. Ceritanya sih, nulis novel di
platform sana-sini. Tapi, nggak ada yang cocok. Pembacanya minim banget dan
kalah sama penulis senior yang udah lama di platform tersebut. Aku sampai
beberapa kali memindahkan novelku. Yah, karena nggak ada perjanjian yang
mengikat karyaku di platform-platform itu. Akhirnya, aku pindah-pindahin gitu
aja sesukaku. Hampir semua sudah aku coba dan nggak ada satu pun platform yang cocok dan bikin aku nyaman.
Sampai akhirnya, aku nemuin Novelme di akun instagram dan
langsung deh aku coba-coba buat gabung di platform tersebut.
7.
Alluna Wedding Party, Novel Pertama yang Kelar Aku Tulis di Novelme
Saat itu, aku nggak tahu apa bedanya novel dan webnovel. Aku
pikir, di Novelme itu semuanya adalah novel yang standar. Setidaknya terdiri dari 100rb
kata. Ternyata ... di sana bisa menulis ratusan bab dan ratusan ribu kata. Aku
juga mengetahuinya dari komunitas novelme. Alhasil, novelku selanjutnya aku
tulis sebanyak 262 bab dan mengandung 421.537 kata. Ini merupakan pencapaian
yang baik buat aku.
8.
Jatuh Cinta Sama Novelme
Awal menulis, aku cuma menyalurkan hobby aku aja. Nggak
pernah terpikir kalau akan mendapatkan uang beneran dari menulis sebuah novel. Aku
bener-bener jatuh cinta sama platform yang satu ini karena telah menghargai
jerih payah penulis. Selain itu juga sangat menjaga hak cipta penulisnya. Beberapa
kasus plagiarisme memang sempat masuk ke Novelme dan diselesaikan dengan cepat
oleh pihak Novelme.
Semenjak bergabung dengan Novelme, aku sampai kepikiran
menjadi seorang penulis full time. Why? Karena, hasil dari menulis novel bisa
buat jajan dan hasilnya juga lumayan. Dari hasil menulis, aku sudah bisa beli 1
unit sepeda motor dan sisanya aku simpan.
Sebagai seorang ibu rumah tangga, pekerjaan yang paling
cocok memang menulis. Kenapa? Karena menjadi seorang penulis nggak harus keluar
rumah dan berinteraksi dengan orang banyak. Selain bisa tetap mengurus rumah
dan anak, juga menghasilkan uang tanpa mengabaikan anak-anak.
Novelku yang rilis selanjutnya, mendapat sambutan baik dari
pembaca. “Perfect Hero” yang aku rilis sejak 20 April 2020, kini sudah dibaca
sebanyak 184.4 Ribu kali sampai 12 Mei 2020. Belum genap sebulan, sudah bisa
masuk ke Ranking 18 Kategori Novel Terpopuler. Juga mendapat sambutan baik dari
para pembaca Novelme. Rasanya, seneng banget dan bikin aku makin jatuh cinta
sama Novelme.
Kamu juga bisa jadi penulis di Novelme dan dapet uang jajan
kayak aku. Caranya gampang banget. Tinggal Download Aplikasi Novelme dan Daftar
Jadi Penulis lewat website : tulis.novelme.com
Selamat Mencoba!
Semua bisa jadi penulis dan menghasilkan uang loh....
Salam Literasi,
Salam Literasi,
Wahh aku pengen daftar ke Novelme tapi masih SMA kak, sulit bagi waktu sama pelajaran. Udah gitu orang tuaku marah kalau aku terus menerus nulis di hp sama laptop. Jadi aku tulis di Wattpad dulu,cuma nyalurin hobi kedepannya sih pengen jadi penulis. Hehe, terima kasih artikel nya kak. Inspiring bgt��
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
DeleteWah menarim jugaaa kak. tapi apa di novelme itu ada minimum kata perbabnya?
ReplyDeletekemarin ak br tau novelme karena lagi ngadain kompetisi nulis, tp msh mau otw bikin naskah:")
Iya say,,, minimum 1000 kata per bab ya... mau ikutan kompetisi ya? Jiayou!! Semangat ya! kalau ada kesulitan, bisa chat Kak Rin, nanti Kak Rin bantu sebisanya... WA udah Kak Rin cantumin di tulisan ya. hehehehe
DeleteKak mau nanya dong letak menu subscribe do novelme itu dimana yah?
ReplyDeleteAku masih baru2 nih..
Apa klo kita buka karya author otomatis tersubscribe apa gmana?
Mohon pencerahannya🙏🏻
Masukin ke rak aja kak,,, itu subscribe-nya
DeleteKak, mau tanya dong gimana cara upload naskah di novel me? Pake hp bisa gak ya?
ReplyDelete