www.pixabay.com |
Sore ini aku pergi jalan-jalan bersama dengan anak-anak remaja yang ada di taman bacaku. Tak banyak yang kita lakukan. Yah, hanya jalan-jalan mencari hiburan saja sesekali. Karena bagiku, mereka adalah sahabat. Walau usia kami memang terpaut lumayan jauh. Selama mereka nyaman berada bersamaku, ya nggak ada salahnya juga jalan bareng anak-anak remaja. Biar berasa muda terus kan ya? Hihihi...
Seperti biasa, setelah menghabiskan waktu jalan-jalan dan foto selfie di salah satu tempat wisata. Kami langsung pulang. Eh, nggak langsung pulang. Aku ngajak mereka dulu mampir ke warung Bakso. Mau ngapain? Ya, mau makan Bakso. Masa cuci mangkok?
Saat kami sudah selesai makan. Tiba-tiba datang seorang laki-laki paruh baya yang sudah tak asing lagi bagi kami. Laki-laki itu datang bersama seorang cewek cantik dan seksi.
Tak ada kecurigaan dalam benak kami. Yang kami pikir, cewek itu adalah rekan kerja beliau.
Namun, entah kenapa bapak itu justru memperlihatkan gelagat aneh. Dia mencolek kami satu per satu sambil membisikkan sesuatu. Aku juga bingung, what happen?
Ternyata, dia bilang, "jangan kasih tahu anakku kalau aku jalan sama dia." sambil menunjuk ke arah cewek yang dia bawa.
Jelas saja kami justru curiga saat dia bilang seperti itu. Ada banyak persepsi di kepala kami. Kenapa kami tidak boleh bilang? Kalau hanya rekan bisnis atau rekan kerja, rasanya tidak akan menjadi masalah.
Oh, mungkin karena dia bilang juga kalau cewek itu "tamunya."
Tamu dalam hal apa ya?
Ah, entahlah ...
Makna tamu di zaman sekarang itu luas sekali. Apalagi tamunya ketemu di warung bakso, bukan di rumah. Jelaslah itu tamu yang istimewa.
"Siapa ya cewek yang dibawa bapak itu?" tanya Mira setelah kami keluar dari warung bakso.
"Nggak tahu." Rasya mengedikkan bahunya.
"Temen kerjanya kali," sahut Mega.
"Tadi bapak itu bilang tamunya." Dara menimpali.
"Iya, kalau teman kerja, buat apa bapak itu repot-repot klarifikasi ke kita? Pake acara nggak boleh kasih tahu si Ardhi. Kalau nggak ada hubungan apa-apa ya nggak perlu sibuk bisikin kita." Aku ikut berkomentar.
"Nggak tahu, Mbak. Pacar gelapnya kali," sahut Rasya sambil tertawa kecil.
"Sephia - Kekasih gelapku," lanjut Mega berbisik.
"Sst ...jangan keras-keras ngomongnya!" pintaku. "Dan jangan kasih tahu, Ardhi ya!"
"Tapi, kasihan tahu mba si Ardhi kalo nggak dikasih tahu. Kelakuan bapaknya begitu," sahut Mega.
"Sst ... nggak semua hal harus kita ungkapin. Biar aja, kita nggak usah ikut campur. Biar Tuhan yang menunjukkan suatu hari nanti kalau emang beliau salah. Mudahan nggak seperti yang kita pikirkan," tuturku.
"Jadi, nggak usah dikasih tahu, Mbak?" tanya Dara.
"Iya. Nggak usah!"
"Kalau kita keceplosan gimana?"
"Jangan sampai, lah!"
"Namanya aja keceplosan, Mbak."
"Ya nggak usah dibahas. Kalau emang kira-kira perlu, nanti Mbak yang ngomong sama Ardhi pelan-pelan. Dia juga sudah besar. Bisa bedain mana yang baik dan enggak. Lagian, selama semuanya baik-baik saja. Kita pura-pura nggak tahu saja. Anggap saja kita hari ini tidak melihat apa-apa." pintaku. "Ayo, pulang!"
Kami langsung bergegas pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan aku terus berpikir. Ternyata, laki-laki memang tidak akan pernah puas. Walau istri setia di rumah, dia masih bisa keluar jalan-jalan sama perempuan lain. Entah siapa yang menggoda dan siapa yang digoda. Yang jelas, hal ini membuatku berpikir bahwa perempuan emang nggak seharusnya di rumah terus. Karena saat di dalam rumah terus, bisa jadi suaminya malah main gila sama perempuan lain.
Memang tak semua laki-laki seperti itu. Tapi, untuk laki-laki setengah baya yang masih punya kekasih gelap? What do you think?
Ah, aku pilih tidur...
Ini cerita hanya fiksi. Jangan ditanya bener atau enggaknya. Please, ini cuma naskah fiksi yang hanya khayalanku semata. Yang nyata adalah makan bakso bareng anak-anak remaja taman baca. But, nggak ada hal lain yang terjadi.
Cerita ini dibuat untuk memenuhi tantangan clue "Kekasih Gelap" dari PenAFriends.
Terima kasih untuk teman-teman yang selalu menginspirasi.
Bapak-bapak keganjenan, eh, kekasih gelapnya juga deng... wkwkwkk
ReplyDeleteHahahaha....
DeleteMalah Mbak Rin yang sibuk klarifikasi ini fiksi.... Mmh...curiga nyata? Wkkkk....
ReplyDeleteWkwkwk.... krna aq bawa2 anak2 taman baca yg ada di dunia nyata...ntr dikira beneran pula.... wkwkwkwk
DeleteJadi ingat sama seseorang bapak kenalan. Pernah gitu juga tapi bilangnya saudara
ReplyDeleteHahaha... Naluri lelaki... suka berkelana mencaro wanita...wkwkwk
Delete