Dokpri |
Kita berangkat dari Samboja jam 11 pagi. Aku rada salah paham sih, kata Pak Kuat berangkatnya nunggu Pak Rohman pulang sekolah, jam 11. Jadi, aku pikir Pak Rohman pulang sekolahnya jam 11. Akunya malah santai-santai. Jam sebelas ketika mobil Pak Rohman udah di depan rumah, akunya masih mandi. Hahaha ...
Alhasil, harus nungguin aku kelar semuanya baru berangkat. Tapi, nggak terlalu lama juga sih karena aku mandinya nggak lama-lama amat dan si kecil juga udah siap duluan dari jam sepuluh pagi. Mamanya aja yang lelet.
Kami sampai di Balikpapan saat azan Dzuhur. Kebetulan, Bu Misna (Istri Pak Rohman) juga sedang ada keperluan di daerah Ruko Bandar Klandasan. Aku dan yang lainnya menyempatkan diri untuk sholat Dzuhur di Masjid Baitul Aman Polres Balikpapan.
Setelah sholat, kami berkeliling untuk mencari alat-alat kaligrafi di toko grosir yang menyediakan perlengkapan menggambar dan melukis. Kami memang tidak masuk ke Gramedia. Karena kami sudah pernah ke sana dan peralatan yang kami cari tidak ada.
Usai mendapat semua peralatan yang kami cari sudah lengkap. Kami langsung cari makan, Bakso Popeye yang terletak di Balikpapan Baru jadi tempat tujuan kami.
Di sini ada banyak aneka menu bakso. Dari yang paling kecil sampai yang paling besar. Bisa dilihat gambar di atas untuk melihat daftar menu baksonya.
Aku senang sekali karena bakso di sini memang enak. Bakso Jumbo isinya daging cincang. Dagingnya nggak amis dan nggak berlemak. Rasa kuahnya juga enak banget. Ini bisa jadi salah satu bakso favorite karena rasanya emang gurih, pentol baksonya juga lembut banget. Pokoknya, ini enak banget deh. Buat yang penasaran, silakan langsung datang ke Ruko Balikpapan Baru yang letaknya tidak jauh dari Mall Balikpapan Baru. Bangunan-bangunan di wilayah sini memang terlihat sangat bagus, bersih dan rapi.
Udeh ya, aku nggak bisa banyak-banyak ceritain soal Bakso Popeye karena aku nggak di-endorse, wkwkwk. Takutnya nanti kalian ngiler kalau aku ceritain detil banget.
Aku mau kasih lihat peralatan kaligrafi yang bakal dipakai anak-anak nantinya, termasuk aku juga. Desa Beringin Agung akan mengirimkan 8 peserta untuk lomba kaligrafi untuk 4 cabang, yakni :
1. Cabang Penulisan Naskah Al-Qur'an (Putera & Puteri)
2. Cabang Mushaf (Putera & Puteri)
3. Cabang Dekorasi (Putera & Puteri)
4. Cabang Kontemporer (Putera & Puteri.
Itulah alasannya kenapa kami harus membeli peralatan untuk mengikuti lomba tersebut. Aku sendiri masih nggak paham kenapa semua peralatan harus kami sediakan sendiri. Sementara, hasil lukisannya kemungkinan menjadi hak panitia. Apa ini salah satu cara panitia ingin memiliki gambar karya peserta tanpa membayar sepeser pun. Yah, setidaknya ada uang untuk mengganti biaya cat yang kami gunakan. Makanya, kalau boleh diminta untuk dibawa pulang, itu adalah pilihan terbaik karena biaya yang sudah dikeluarkan tidak sedikit. Terlebih dari Desa Beringin Agung, pertama kalinya mengikuti lomba kaligrafi ini. Sehingga, kami juga belum benar-benar paham mekanisme lomba kaligrafi ini.
Ini dia peralatan lomba kaligrafi yang kami siapkan untuk 8 peserta yang akan mengikuti lomba MTQ ke-42 cabang kaligrafi. Kalau dilihat memang sedikit banget, tapi harganya sudah hampir 1,5 juta dan masih ada peralatan yang tidak kami temukan. Walau semua dibiayai oleh desa, aku juga mikir waktu belanjanya. Mikir supaya bisa sehemat mungkin tapi hasilnya bisa maksimal mengingat media yang digunakan dalam lomba ukurannya lumayan besar. Sekitar 60x80 cm untuk kontemporer.
Yah, harapannya semoga Desa Beringin Agung bisa melahirkan seniman-seniman kaligrafi dan menginspirasi banyak anak muda untuk mengisi waktu luangnya dengan berkegiatan positif. Semoga saja kami bisa mendatangkan pelatih kaligrafi profesional agar ke depannya bisa menjadi lebih baik lagi, tidak berhenti hanya di sini saja.
Salam kreatif...!
Terima kasih untuk banyak pihak yang sudah membantu dan mendukung kegiatan-kegiatan sosial saya. Semoga bisa terus memberikan manfaat untuk banyak orang. Aku tidak begitu banyak show up tentang diriku dan kegiatan-kegiatanku. Nanti dikiranya mau pamer, hehehe .... Padahal, emang iya sih. Tapi, tujuan show up untuk menginspirasi orang lain agar terus berkarya dan mengabdi pada masyarakat tanpa mengharap diberi upah. Emangnya siapa yang mau ngasih upah? Niatnya ingin membantu orang lain, bukan ingin dibantu, hehehe.
Mengabdi pada masyarakat tidak harus menjadi seorang caleg, cukup jadi "AKU" saja dan mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar.
0 komentar:
Post a Comment