Hantu di Langit Kamarku
pixabay.com |
Aku merebahkan tubuhku di atas kasur. Menatap
langit-langit kamar. Mataku masih sembab.
Sesekali bayangan semu bergelayut di
langit-langit kamarku.
Kadang ia tertawa, kadang ia menangis, kadang
ia merintih.
Senyum dan tawa itu, sungguh menyayat hati.
Terlebih lagi senyum itu bukan lagi milikku.
Sesekali ia menangis, memohon maaf atas
kesalahannya.
Aku menatapnya, sesekali bayangan itu hilang
lalu muncul kembali.
Dia pernah mengajakku bercanda. Kami tertawa,
menari bersama.
Dia pernah mengajakku bermimpi, membangun
istana indah di negeri sendiri.
Namun, tiba-tiba dia hanya menjadi bayangan
yang terus menghantuiku.
Bergelayut manja di pelupuk mata dan langit
kamarku.
Sungguh, aku ingin menghancurkannya.
Menghilangkan dia dari hari-hariku...
Dia terlalu semu untuk aku sentuh.
Andai waktu bisa kuputar kembali, aku memilih
untuk tidak pernah mengenalnya.
Dia itu seperti hantu yang datang tiba-tiba
mengetuk pintu hatiku, hanya untuk menyayat dinding-dinding hati ini. Kemudian
pergi begitu saja tanpa kata.
Bagiku, kini dia hanyalah hantu.
Yang selalu bergelayut di langit-langit
kamarku.
Tanpa tahu bagaimana mengusirnya.
Dia selalu mengganggu tidurku, selalu mengusik
hatiku.
Sebab aku masih cinta.
Dan kini ia mencintai dia...
Mantan, kamu adalah hantu paling menakutkan
dalam hidupku.
Masih lebih baik aku bercengkerama dengan
kuntilanak yang selalu tertawa.
Atau bersahabat dengan tuyul yang bisa
mencarikan aku banyak uang.
Kamu itu seperti genderuwo, lebih menyeramkan
dari itu...
Aku mohon, pergilah bayang-bayang masa
laluku...!
Terlalu perih...
Terlalu sakit untuk menatapmu.
Menatap cerita kita yang indah kemudian pecah
berkeping-keping.
Melukai hati yang hanya bisa merintih...
Tak mampu membuatmu kembali. Hanya bisa
menangis melihatmu bahagia bersama si dia.