Labels
Sunday, November 10, 2024
Tuesday, November 5, 2024
Welcome Pustanda Kemendikdasmen
Sunday, November 3, 2024
Kelas Bahasa Inggris Gratis di Rumah Literasi Kreatif
Rabu, 30 Oktober 2024
Sudah beberapa minggu terakhir ini, aku harus mengajar Bahasa Inggris sendirian. Biasanya, ada relawan yang membantuku mengajar di sini. Aku memasang tarif Rp 50.000 per bulan untuk membayar relawan pengajarku.
Tapi kali ini, aku harus memulai mengajar sendirian lagi karena relawan yang biasa membantuku mengajar, sudah bekerja di kota lain. Sementara, aku tidak bisa konsisten mengajar karena kegiatanku padat. Sering libur, membuatku sungkan untuk meminta iuran pendidikan. Jadi, semua aku kembalikan seperti semula. Aku tidak mematok biaya atah iuran untuk belajar di Rumah Literasi Kreatif. Para orang tua yang menitipkan anaknya untuk belajar, hanya diminta untuk berdonasi seikhlasnya. Donasi akan digunakan untuk menambah koleksi buku bacaan penunjang kegiatan, alat peraga pendidikan dan fasilitas lain yang dibutuhkan agar anak-anak bisa tetap belajar secara gratis di Rumah Literasi Kreatif, terutama bagi orang tua yang tidak mampu.
Donasi yang kalian berikan, tentu akan sangat bermanfaat bagi keberlangsungan kegiatan-kegiatan di taman baca Rumah Literasi Kreatif.
Untuk warga yang ingin putera-puterinya belajar Bahasa Inggris gratis, bisa langsung ke Rumah Literasi Kreatif setiap Hari Rabu dan Jumat, pukul 14.00 WITA.
Bagi teman-teman yang ingin menjadi relawan pengajar, Rumah Literasi Kreatif sangat terbuka dan senang agar kebermanfaatan kegiatan di Rumah Literasi Kreatif bisa lebih besar lagi. Yayasan Rumah Literasi Kreatif akan memberikan sertifikat volunteer bagi teman-teman mahasiswa yang giat mendedikasikan dirinya untuk masyarakat melalui Rumah Literasi Kreatif.
Zoom Meet Bersama Pengelola TBM Se-Indonesia untuk Persiapan Kegiatan Pustanda
Tuesday, October 29, 2024
Sepanci Bersama
Thursday, October 10, 2024
SISA CERITA ILUSI CINTA
SISA CERITA ILUSI CINTA
Debur ombak di Pantai Kaltim Park menyapaku yang sedang duduk termenung seorang diri. Sepertinya mereka tahu jika aku sedang kesepian. Kuabaikan semilir angin yang menyapa rambut-rambutku. Karena mereka tak bersuara. Membuatku tak menyadari jika pasukan angin itu sedang mengajakku bercengkerama. Hingga gemuruh ombak, membangunkan kesadaranku.
Tepat di depan mataku, ratusan ombak sedang menari-nari indah. Mereka ramai, seolah sedang menghibur jiwaku yang sepi.
“Rin ...!”
Suara itu tiba-tiba menggema di telingaku. Suara yang tak asing lagi aku dengar. Tapi, aku menyadari jika ini hanya ilusi. Dia tidak akan hadir di sini meski hanya sekedar menyapa.
“Rina ...! Apa suaraku tidak lebih besar dari suara ombak?”
Aku langsung memutar tubuhku ke arah suara yang ada di belakangku. Sesungguhnya, aku tidak ingin melihat sebuah kenyataan jika semua yang aku dengar hanyalah ilusiku saja.
Tatapanku langsung tertuju pada seorang pria yang berdiri sekitar lima meter dari tempatku. Seluruh tubuhku membeku dan aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku masih tidak yakin jika sosok ini adalah sosok nyata. Aku pikir, semua hanya ada dalam khayalanku semata.
Akhir-akhir ini ... pikiranku kacau. Psikisku cukup terganggu. Aku harus pergi ke psikiater setiap dua minggu sekali untuk membuat keadaanku baik-baik saja. Entah kenapa ... sejak dia pergi tanpa pesan, duniaku seolah ikut menghilang.
“Kamu nggak kangen sama aku?” Pria itu merentangkan kedua tangannya. Berharap aku akan berlari ke arahnya dan memeluknya seperti biasa.
Sayangnya, aku masih tidak percaya dengan apa yang kulihat. Aku khawatir, dia hanyalah bayangan yang aku ciptakan sendiri karena kerinduan yang begitu mendalam. Setiap berlari ke arahnya, bayangan itu langsung menghilang entah ke mana.
Pria itu melangkah perlahan menghampiriku karena aku tak kunjung bereaksi. Lengannya yang kekar, terulur perlahan hingga ujung jemarinya menyentuh daguku. “Kenapa nggak senang aku datang?”
“Kamu cuma ilusi. Pergi!” teriakku. Aku benar-benar tidak tahan dengan bayangan pria ini. Dia kerap hadir sebagai bayangan dalam hari-hariku. Aku nyaris gila dibuatnya.
“Ini aku, Rizki. Aku datang buat kamu,” ucap pria itu dengan suara yang sangat jelas.
Aku menggeleng. “Nggak. Kamu bukan Rizki. Bukan!” Aku langsung berjongkok sambil menutup kedua telinga dengan telapak tanganku.
“Ini aku, Rin. Kamu kenapa?” tanya Rizki.
“Aaargh ...!” Aku berteriak histeris. Aku benci adegan seperti ini. Aku benci keadaan seperti ini.
Kenapa? Kenapa begitu sulit menyingkirkan pria ini dari pikiranku? Kenapa? Kenapa aku tidak sanggup menghapusnya dari ingatanku? Kenapa dia terus hadir menghantuiku?
Rizki adalah satu-satunya pria yang ingin aku hapus dari ingatanku. Dia satu-satunya orang yang ingin aku benci. Tapi aku selalu gagal melakukannya.
Dua tahun lalu, Rizki menghilang tanpa pesan setelah dia mengukir banyak kenangan indah bersamaku. Entah apa yang terjadi. Dia menghilang begitu saja dan aku tidak punya keberanian untuk mencarinya. Aku tidak berani menerima kenyataan jika dia sudah tidak mencintaiku lagi. Aku memilih untuk diam, menunggu, dan berharap keajaiban.
“Rin, kamu kenapa?” Suara Rizki tak kunjung menghilang dari hadapanku. Apakah kali ini dia benar-benar datang menemuiku?
Aku langsung membuka mataku kembali dan menatap pria yang juga berjongkok di hadapanku itu. “Ini beneran kamu?”
Rizki mengangguk sambil tersenyum. “Kamu baik-baik aja, kan?”
Aku menggeleng. Aku nggak bisa bilang baik-baik saja sejak dia meninggalkanku tanpa pesan. Bagaimana aku bisa baik-baik saja ketika aku tiba-tiba kehilangan arah hidupku. Semua hal yang pernah kita rencanakan bersama, tiba-tiba hanya jadi cerita kosong yang tak terlaksana.
“Maafkan aku, Rin!” ucap Rizki sembari mendekap tubuhku.
Hangat. Rasanya sangat hangat. Rasanya seperti pelukan nyata.
“Kenapa pergi tanpa pesan? Aku nggak tahu harus cari kamu ke mana,” bisikku sembari menitikan air mata.
“Maafkan aku, Rin. Ada hal yang nggak bisa aku ceritakan. Aku khawatir, akan membuatku sibuk memikirkanku. Kamu sudah terlalu baik. Aku nggak mau menyulitkan kamu lagi,” ucap Rizki lirih.
“Apa pun itu ... haruskah dengan cara seperti ini?” tanyaku lirih.
“Aku juga nggak punya cara lain. Aku cuma nggak mau kamu sedih kalau tahu kenyataannya.”
“Kamu nggak mau buat aku sedih, tapi kamu sudah buat aku mati,” sahutku. “Apa kamu tahu gimana tersiksanya hidupku tanpa kamu?”
“Maafin aku ...!” ucap Rizki sambil mengeratkan pelukannya.
“Aku sakit dan butuh waktu lama untuk sembuh. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku hanya akan muncul di hadapanmu ketika aku sehat. Karena aku tahu sifatmu. Kamu nggak akan tinggal diam melihat aku kesusahan,” ucap Rizki.
“Kamu sakit?” tanyaku sembari menatap lekat mata Rizki.
“Sekarang sudah sembuh,” ucap Rizki sambil tersenyum. Ia menggenggam tanganku dan membiarkan telapak tanganku menyentuh pipinya. “I miss you...”
Aku langsung menarik tanganku dari pipi Rizki. “Kalau kamu tidak membiarkan aku menemani masa sulitmu ... adakah orang lain di sana?”
“Kenapa kamu tanya kayak gini?” tanya Rizki. “Nggak pernah terpikir sedikitpun untuk mengkhianati cinta kita. Aku hanya sedang ...”
“Sedang memilih tidak ada aku dalam hidupmu?” sambarku.
“Bukan gitu, Rin. Aku Cuma nggak mau kamu terlibat dalam kesulitanku,” ucap Rizki lagi. “Aku cuma pengen bikin kamu bahagia. Nggak mau ngajak kamu susah.”
Aku tersenyum sinis. “Aku pikir, kita adalah dua manusia yang saling memahami. Ternyata tidak. Kamu bertahan dengan pemikiranmu sendiri, aku juga sama. Pernahkah kamu bayangkan gimana aku tanpa kamu? Aku yang tiba-tiba kehilangan teman bercerita, aku tiba-tiba kehilangan teman tertawa, aku tiba-tiba kehilangan teman untuk merancang masa depan, aku kehilangan arah hidup.”
“Rin, aku pikir kamu adalah wanita yang kuat dan aku ...”
“Aku bisa menjalani semuanya seorang diri?” tanyaku. “Ya, aku bisa. Kamu tahu, kapal yang dulu kita rancang untuk pergi bersama, sudah aku selesaikan. Aku hias begitu indah dengan penuh cinta. Saat kapal itu sudah siap berlayar, tiba-tiba nahkodanya menghilang entah ke mana. Saat ini, kapal itu sudah usang dan tenggelam. Bahkan, ikan-ikan pun enggan untuk tinggal di sana. Kamulah yang menghancurkan segalanya.”
“Rin, aku minta maaf! Bisakah kita ulang semuanya dari awal lagi?” tanya Rizki.
“Sekalipun kita berusaha mengulangnya, semuanya tidak akan sama lagi.”
“Gimana kalau kita mulai dari awal lagi?” tanya Rizki lagi.
“Tidak ada kata ‘mulai’ untuk kisah yang sudah terjadi,” sahutku.
Aku benar-benar tak mampu berpikir lagi. Sunggguh, aku merindukan pria ini, tapi aku juga terluka dalam karenanya. Aku baru saja ingin berdamai dan melepaskan semuanya. Tiba-tiba dia datang saat aku ingin mengahapus semua kisah yang pernah ada.
“Aku datang untuk memperbaiki hubungan kita. Aku sudah menyiapkan semuanya. Kamu nggak perlu lagi berlelah-lelah berjuang hidup sendirian.” Rizki berusaha meyakinkanku.
Aku tertawa kecil. Sungguh lucu jika ia mengatakan hal seperti ini, tapi dia membiarkan aku berjuang mati-matian selama dua tahun terakhir ini.
“Rizki, kamu adalah dokter ahli psikiatri. Kamu tahu persis seperti apa risiko pasien yang harus mengonsumsi obat anti-depresan setiap hari selama dua tahun. Aku sudah lelah. Aku pengen sembuh. Cara satu-satunya membuatku sembuh adalah menghapus semua hal tentang kita di masa lalu ... juga di masa depan,” ucapku sembari menahan rasa sesak di dada.
“Mungkin sudah ratusan pasien yang sembuh di tanganmu. Tapi kamu harus ingat kalau aku adalah satu-satunya orang yang jadi pasien karena kamu!” tegasku sembari melangkah pergi meninggalkan Rizki.
Sungguh, aku tidak tahan berlama-lama bercengkerama dengan ilusiku sendiri. Bisa jadi, yang sedang bicara denganku adalah orang yang aku ciptakan sendiri di pikiranku, sama seperti biasanya.
Entah dia Rizki sungguhan atau ilusi. Setidaknya, keinginanku untuk berbicara tentang perpisahan dengannya sudah terpenuhi. Aku sudah bisa melepaskan semuanya. Menghapus perlahan setiap cerita yang sudah terukir.
Setiap jengkal pasir yang kupijak di tempat ini adalah saksi bagaimana kisah kita terukir dan bagaimana usahaku menghapusnya. Aku ingin hidup dengan baik di masa depan. Meski harus sendirian, akan tetap aku jalani.
Terima kasih untuk semua cerita yang ada di antara kita. Semua tangis dan tawa telah kita lalui bersama meski dari tempat yang berbeda. Kita pernah jadi sepasang, tapi tak pernah bisa bersatu. Jika ada kehidupan selanjutnya, akan kumohon pada Tuhan agar kita tak lagi bertemu, sekalipun itu hanya ilusi.
© Copyright 2024
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menyebarkan cerita ini tanpa izin tertulis dari penulis.
Pengalaman Pertama Kali Menggelar Workshop untuk Komunitas Literasi di Samboja
Saturday, October 5, 2024
Kaya Harta Tapi Tak Kaya Hati
Penting mana? Kaya harta atau kaya hati?
Mayoritas orang pasti akan memilih kaya harta. Karena dengan harga, kita bisa punya segalanya. Orang yang banyak harta, bisa makan enak setiap hari, tinggal di rumah mewah, punya kendaraan mewah, mau pergi ke mana pun tidak pusing memikirka ongkos. Enak, kan?
Tapi, ada tidak enaknya juga ketika orang yang kaya harta, tidak dibarengi dengan kaya hati. Karena orang sekaya apa pun, dia akan meninggalkan hartanya pada waktunya nanti. Dia tidak akan diingat oleh orang lain ketika tidak memiliki hati yang baik terhadap orang-orang di sekelilinya.
Di dalam sebuah lingkungan sosial, biasanya ada orang yang sangat kaya, tapi tak pandai berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang-orang di sekelilingnya. Hubungan dengan tetangga tidak buruk, tapi tidak baik juga.
Biasanya, seseorang yang merasa dirinya sudah berkecukupan, akan menciptakan garis batas antara dirinya dan orang-orang di sekelilingnya yang dianggap tidak setara. Sehingga, ada dinding besar dan tinggi di antara mereka. Kalau tinggal di perkotaan, mungkin tidak akan begitu kontras karena rata-rata orang perkotaan memiliki karakter individualis. Akan berbeda dengan orang kaya yang tinggal di pedesaan.
Orang kaya dan orang biasa di pedesaan akan terlihat sangat kontras. Kenapa? Karena orang-orang di desa memiliki jiwa kebersamaan dan kepedulian yang tinggi. Sehingga, orang desa sangat menjunjung tinggi rasa gotong-royong. Contohnya, ketika memiliki hajat/acara. Biasanya orang di pedesaan akan bergotong-royong bersama untuk mewujudkan acara sang pemilik hajat.
Cukup lama tinggal diperkotaan, kita akan merasakan bagaimana rasanya menjadi makhluk yang individualis dan tak acuh pada orang-orang sekelilingnya. Bahkan, ada saja warga yang tidak saling mengenal, meski jarak rumah mereka cukup dekat. Ketika memiliki hajat atau acara, jarang sekali masyarakatnya bergotong-royong, orang Jawa menyebutnya rewangan. Yah, mungkin ada yang rewang, tapi hanya keluarga dekat saja. Menggelar acara pernikahan, bahkan tidak lebih dari lima orang yang membantu.
Bayangkan, ketika kita hidup individualis, semuanya akan terasa sangat berat karena semua pekerjaan harus ditanggung seorang diri. Tidak banyak yang membantu ketika memiliki hajat. Jangankan hajat, ketika sedang mengalami kemalangan, juga tak banyak orang yang membantu. Bahkan, tetangga sebelah saja tidak muncul untuk membantu jika tidak dimintai pertolongan. Kan, lucu. Orang yang sedang kemalangan, harusnya mendapatkan bantuan dari tetangga-tetangganya tanpa diminta. Artinya, tetangga akan membantu tanpa pamrih ketika mereka memiliki kepedulian. Tapi karena tidak memiliki kepedulian, maka akan mementingkan dirinya sendiri.
Lebih penting mana? Bekerja mencari uang atau membantu tetangga yang tidak menghasilkan uang?
Ketika kita berpikir menggunakan logika, tentunya kita akan memilih untuk bekerja mencari uang. Sebab, kebutuhan hidup harus kita tanggung sendiri, tidak ditanggung oleh tetangga. Namun, ketika berpikir menggunakan hati yang luas sebagai makhluk sosial, maka kita akan memilih untuk membanti tetangga, semampu kita.
Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Tidak ada satu pun manusia yang bisa melakukan semuanya sendiri. Manusia butuh makan, butuh pakaian, butuh tempat tinggal, dan lainnya yang tidak bisa dikerjakan sendiri. Tidak ada manusia yang bisa membuat baju, memasak, bertani, beternak, dan semuanya sekaligus. Oleh karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Sayangnya, di zaman modern ini, peran sosial masyarakat mulai tergerus dan banyak manusia untuk memilih hidup secara individualis.
Sebenarnya, tidak ada manusia yang benar-benar mampu untuk hidup individualis. Semuanya saling membutuhkan. Sehingga, kegiatan gotong-royong yang sudah diwariskan oleh nenek-moyang kita, harus bisa dijaga dan dilestarikan.
Kegiatan gotong-royong, biasanya tidak dilakukan oleh orang yang kaya. Mereka punya uang. Lebih baik mengeluarkan uang daripada bergotong-royong. Sehingga, mereka kehilangan sebuah ikatan antar manusia sebagai makhluk sosial. Ketika hubungan sosial manusia bermasalah, tentunya akan membuat manusia itu kesulitan. Artinya, mereka harus bekerja keras menghasilkan uang yang lebih banyak dari orang lain. Agar mereka bisa membayar jasa lebih banyak lagi untuk melancarkan semua urusannya.
Hal ini tentunya akan berbeda ketika manusia memiliki hubungan sosial yang baik di masyarakat. Terkadang, tidak perlu mengeluarkan banyak uang saat memiliki hajat karena semua tetangganya ikut membantu. Mungkin, tetangga atau teman tidak membantu banyak. Tapi jika yang membantu banyak, tentu bantuan itu sangat cukup, bahkan bisa lebih. Sehingga, semua berjalan lancar dan terasa berkecukupan.
Dalam beberapa kasus sosial, kerap ditemukan perbedaan kontras antara si kaya dan si miskin saat mereka menggelar hajatan. Beberapa orang yang terlihat kaya, memiliki rumah bagus, kendaraan bagus, juga pekerjaan bagus, tidak mampu untuk memberikan jamuan yang lebih baik dan sangat terbatas. Sedangkan orang yang dianggap miskin, biasanya sangat berhati-hati dengan penilaian orang dan mampu memberikan jamuan lebih layak dari si kaya.
Tidak semua orang kaya bersikap individualis. Masih banyak juga orang kaya yang sangat senang berbaur dengan masyarakat. Tetapi, di era sekarang ini, mayoritas orang kaya bersifat individualis. Sehingga, mereka menyulitkan diri sendiri di masa depan ketika mereka sudah tua, sakit, atau kehilangan hartanya. Karena mindset mereka adalah harta dan keturunan-keturunannya juga hanya akan mementingkan harta, bukan hubungan sosial.
Ketika kita tidak memiliki kekuatan finansial, maka kita harus bisa memiliki kekuatan sosial. Meski tidak menjadi kaya raya, tapi akan memberikan jalan kemudahan untuk berbagai hal. Oleh karenanya, berlatihlah untuk menjalin hubungan sosial yang baik agar hidup kita terasa berharga di masa depan, terutama ketika kita sudah tiada, kita akan diingat sebagai apa oleh orang-orang di sekitar kita. Jiks kita ditakdirkan menjadi orang kaya, maka jadilah orang kaya yang kaya hati.
Penulis Pengendali Moral Bangsa
Zaman
semakin maju, tapi kualitas moral manusia semakin mundur. Banyak penyimpangan
sosial yang saat ini dianggap normal. Kenapa? Apa pengaruh terbesarnya dan
bagaimana dampak yang timbul dari normalisasi penyimpangan sosial?
Bicara
tentang moral, tentunya kita akan membicarakan tentang pedoman hidup seseorang.
Tentang perbuatan baik yang harus dilakukan dan perbuatan buruk yang harus
ditinggalkan. Moral, satu kata yang terlihat sepele, semu, tidak bisa disentuh,
tetapi memiliki pengaruh besar bagi kehidupan. Sayangnya, moral yang seharusnya
semakin baik seiring dengan perkembangan zaman, justru semakin menurun, bahkan bisa
dibilang jeblok.
Moral
memiliki tatanan penting dalam menjalankan roda kehidupan manusia. Oleh
karenanya, orang-orang penting harus memiliki moral yang baik, supaya seluruh
dunia bisa menjadi lebih baik. Tetapi hal ini tidak bisa terjadi karena
kerusakan moral terjadi secara global di seluruh dunia. Bahkan, orang-orang
yang duduk di kursi penguasa tertinggi, memiliki kualitas moral yang buruk. Indikatornya
ialah terjadinya banyak korupsi, kolusi, dan nepotisme di dalam sebuah negara.
Ketika
sebuah bangsa memiliki pemimpin bermoral buruk, maka bangsa tersebut akan mudah
hancur tanpa berperang dengan negara lain. Artinya, pemimpin yang tidak
bermoral sedang menghancurkan masa depan bangsanya sendiri.
Contoh
kasus yang marak terjadi ialah perang argumentasi antar pemimpin hingga
pemimpin negara yang tidak beretika dalam berkomentar dan dianggap sebagai hal
lumrah oleh para pendukungnya. Bukankah hal ini menjadi sumber utama rusaknya
moral bangsa? Tapi semua seolah dianggap wajar hingga menjadi panutan negatif
bagi rakyatnya.
Ditambah
lagi dengan literatur buruk yang tertulis abadi untuk masa depan. Kenapa aku
bilang buruk? Karena ada banyak penulis nakal yang melahirkan tulisan-tulisan
bakal. Tulisan nakal melahirkan
penyimpangan sosial yang dinormalisasi. Terlebih, tulisan zaman sekarang adalah
tulisan yang sangat mudah diakses oleh semua kalangan. Sehingga, tidak menutup
kemungkinan kalau kita akan bertemu dengan tulisan-tulisan nakal yang
memengaruhi pola pikir dan aktivitas sosial manusia.
Kita
bisa mengambil contoh dan pelajaran dari kasus skandal video syur antara guru
dan murid di Gorontalo pada tahun 2024. Hubungan terlarang antara siswi SMA dan
gurunya itu kerap menjadi bahan bacaan yang disajikan oleh penulis di sebuah
platform baca online. Beberapa penulis memilih untuk menormalisasi penyimpangan
sosial dengan menjadikannya tokoh utama. Tokoh utama yang melakukan perbuatan
buruk ditulis sebagai hal yang normal, bahkan mendapat dukungan penuh dari
penulisnya dengan dalih menyajikan cerita dari sudut pandang yang berbeda.
Semakin
maraknya tulisan-tulisan yang melibatkan siswa-siswa sekolah dengan konten
dewasa di dalamnya, tentunya akan memengaruhi pemikiran dan perilaku sosial di
masyarakat. Terlebih, hal-hal negatif yang beredar di media sosial justru
menjadi konten yang “viral” dan dikejar oleh banyak orang demi sebuah
kepopuleran.
Maraknya
konten negatif yang viral adalah indikator perilaku masyarakat sebagai target market
atau pasar atas konten tersebut. Ketika konten negatif yang viral, artinya
selera mayoritas masyarakat ialah konten-konten yang negatif. Sehingga, konten
positif kerap tenggelam dan tidak menjadi perhatian masyarakat.
Konten
negatif tidak hanya dalam bentuk foto dan video di media sosial. Platform
menulis yang pengkaryanya dianggap sebagai seseorang yang melek literasi dan
memiliki intelektual tinggi, ternyata juga banyak yang menyajikan konten-konten
negatif. Konten negatif dalam bentuk narasi panjang atau novel juga menjadi
salah satu selera tertinggi masyarakat. Artinya, pola pikir dan selera
masyarakat atas konten-konten negatif sudah menjadi makanan sehari-hari dan
dianggap wajar.
Konten
berupa tulisan adalah sumber utama dari segala konten-konten yang beredar. Sebelum
menjadi sebuah video yang menarik, tentunya seseorang harus memiliki kemampuan
untuk menulis dan mengolah informasi tersebut. Foto dan video, merupakan hasil
dari sebuah literatur. Ketika literatur baik, maka kualitas foto, video, dan
film akan sebaik literatur di suatu negara.
Baik
konten tulisan maupun video, semuanya bisa dikendalikan oleh penulis.
Karya-karya seorang penulis, akan menjadi sebuah panutan (role model) bagi
banyak penikmatnya. Penikmat yang hari ini membaca atau menonton, mungkin akan
melahirkan sebuah karya yang mirip atau bahkan sama dengan karya-karya yang
mereka nikmati sebelumnya. Di sinilah, peran penting seorang penulis dalam
mengendalikan moral bangsa. Penulis yang menyuguhkan karya-karya bermoral baik,
tentunya akan menghasilkan pembaca yang bermoral baik pula.
Dalam
beberapa kesempatan, aku berkeliling ke toko buku. Mencari buku-buku tentang
etika dan moral. Sayang, aku tidak menemukannya. Seingatku, aku pernah membaca
buku tentang etika kepenulisan saat aku masih kecil. Bahkan, di sekolah diajari
tentang “Budi Pekerti” yang membuat terbiasa mengenal baik-buruk suatu keadaan
atau peristiwa.
Siapa
orang paling berkuasa yang bisa mengendalikan beredarnya buku-buku di
masyarakat? Ya, pemerintah. Ketika pemerintah mengeluarkan program peluncuran
buku-buku tentang etika dan moral dengan jumlah yang banyak, tentunya akan
memengaruhi pasar dan pola pikir pembacanya. Sayangnya, pemerintahan saat ini
justru khawatir jika rakyatnya terlalu pandai dan bermoral baik. Karena mereka
tidak akan bisa menyetel rakyat untuk membuat kekuasaan mereka abadi dan
penyimpangan yang mereka lakukan dianggap wajar oleh masyarakat.
Menormalisasi
sebuah penyimpangan sosial, akan melahirkan kebiasaan korupsi, kolusi,
nepotisme, dan lain-lain. Setelah mengamati perubahan sosial selama beberapa
tahun belakangan ini, sumber pengendali moral terbesar adalah pada naskah
kepenulisan. Saat ini, kualitas naskah kepenulisan sangat menurun drastis secara
konteks. Penulis yang memilih di jalur yang benar, tidak mendapatkan atensi dari
masyarakat banyak. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki tingkat intelektual
tinggi yang membacanya karena mereka sudah pandai memilah dan memilih bahan
bacaan.
Selera
mayoritas masyarakat adalah gambaran besar tentang karakter sebuah bangsa. Kita
tidak bisa mengendalikan sepenuhnya dan mengubahnya dalam waktu singkat. Tapi,
kita bisa mengupayakannya dengan mengendalikan beredarnya naskah-naskah buku
yang tidak baik dan bermoral. Saat ini, banyak buku dewasa yang dijual bebas,
bahkan bisa dibaca secara gratis. Aku lebih setuju ketika buku-buku dewasa itu
bisa dikurasi secara ketat agar tidak sembarang orang bisa menuliskan
adegan-adegan dewasa secara eksplisit. Buku-buku dewasa dengan konten-konten
berbahaya juga seharusnya diberikan akses khusus atau diberikan tarif harga
tinggi agar tidak dibaca oleh anak-anak remaja. Hal ini, tentunya menjadi upaya
yang baik untuk mengendalikan moral masyarakat.
Mungkinkah
kita akan membiarkan anak-anak kita yang hari ini belum lahir, mengalami
kerusakan moral pada 20 tahun mendatang karena literature tentang etika, moral,
dan tata krama sudah sangat langka. Dari mana anak-anak kita akan belajar
tentang begitu indahnya masa depan, jika yang kita suguhkan adalah kehancuran?
Untuk
para penulis pemula, jika ingin memutuskan menjadi penulis, maka jadilah
penulis yang baik untuk masa depan. Semua tulisan bertujuan untuk memengaruhi
pola pikir manusia. Maka, hadirkanlah tulisan-tulisan yang memberikan pengaruh
positif pada dunia.Karena kita tidak punya cara lain untuk mengendalikan moral
bangsa selain dari sisi agama, satu-satunya harapan adalah para penulis masa
depan.
BIODATA
PENULIS
Namaku Walrina, biasa dipanggil Rin Muna. Aku
memiliki 2 nama pena, yakni Vella Nine
(khusus karya novel) dan Rin Muna. Aku lahir pada tanggal 09 November 1991 di
pondok kecil yang menjadi rumah tinggal kedua orang tuaku. Sekolah di SDN 038
Samboja, SMP Negeri 15 Balikpapan dan SMA Negeri 06 Balikpapan. Saat ini masih
menempuh pendidikan Sastra Inggris di Universitas Terbuka. Aku sangat suka
menulis novel panjang dengan ratusan atau ribuan episode.
Pada 18 Februari 2018, aku mendirikan Taman Bacaan
Masyarakat Bunga Kertas. Sekarang telah berubah menjadi Yayasan Rumah Literasi
Kreatif yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan.
Beberapa karya yang telah aku tulis:
1. 20
Buku Antologi Puisi, Cerpen, Esai, dan Dongeng terbitan FAM Publishing
2. Buku Novel
"Perfect Hero" - Novelindo Publishing, 2022
3. Buku Novel
"I am Here, Mr. Rich" - Novelindo Publishing, 2022
4. Then Love
by Vella Nine - Novelme, 2019
5. Perfect
Hero by Vella Nine - Novelme, 2020 [1.373.366 kata]
6. Perfect
Hero Seri 1 versi cetak by Vella Nine - Novelindo Publishing, 2022
7. Perfect
Hero 2 by Vella Nine - Novelme, 2021 [ 572.955 kata]
8. Shaum Me by
Vella Nine - Novelme, 2021
9. I am Here,
Mr. Rich by Vella Nine - Novelme, 2022 [410.769 kata]
10. I am Here,
Mr. Rich Seri 1 versi cetak by Vella Nine - Novelindo Publishing, 2022
11. Menikahi
Lelaki Brengsek by Vella Nine
12. Suami
untuk Istri by Vella Nine - Fizzo, 2022 [ 617.400 kata]
13. Assalamualaikum,
Ya Habib by Vella Nine - Fizzo 2022
14. Mrs. Rose
& Mr. Rich by Vella Nine - Fizzo, 2023
15. Catch Me
Mr. Ghevin by Vella Nine – Fizzo, 2023
16. Magang
90 Hari by Vella Nine – Fizzo, 2023
17. The Cakra
by Vella Nine – Fizzo, 2024
18. Semua karya
di dalam blog pribadi www.rinmuna.com
Thursday, October 3, 2024
Workshop Menulis "Merekam Jejak Literasi di Kutai Kartanegara"
Kutai Kartanegara, 03 Oktober 2024 – Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara mengadakan kegiatan Workshop Menulis untuk 15 penulis terpilih.
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara telah menggelar Kompetisi Menulis Esai dengan tema “Merekam Jejak Literasi Kutai Kartanegara” mulai tanggal 28 Agustus 2024. Sebanyak 90 peserta telah mengirimkan naskah kepada panitia. Dari 90 naskah yang masuk, terdapat 15 naskah yang lolos seleksi dan diwajibkan untuk mengikuti Workshop Menulis pada tanggal 03 Oktober 2024.
Acara pembekalan ini dilaksanakan di Pendopo Langit Timur, Desa Loa Ulung Kecamatan Tenggarong Seberang. Dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara (Hj. Aji Lina Rodiah, S.E).
Diarpus (Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara) memberikan pembekalan khusus kepada peserta terpilih dengan menghadirkan beberapa narasumber, yakni: Syafrudin Pernyata (Sastrawan Kaltim), Amien Wangsitalaja (Sastrawan Kaltim), dan Akhmad Badwi (Pemerhati Literasi). Pembekalan ini mengulik detail naskah dan memberikan materi tentang penulisan naskah esai yang menarik.
Kegiatan Workshop Menulis ini bertujuan untuk memberikan pembekalan pada penulis terpilih agar merevisi naskah sesuai dengan kaidan penulisan esai yang berlaku. Para peserta diberi kesempatan untuk memperbaiki naskahnya hingga tanggal 10 Oktober 2024. Semua naskah terpilih ini akan dibukukan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara. Oleh karenanya, proses penjurian dan akurasi naskah dilakukan dengan ketat guna menghasilkan naskah yang berkualitas. Sesuai dengan linimasa yang telah ditentukan, pengumuman juara esai ini akan diumumkan pada tanggal 17 Oktober 2024.
Peluncuran buku bertajuk Merekam Jejak Literasi di Kutai Kartanegara ini akan dilakukan pada bulan November 2024. (/rm)
Cc:
@diarpus_kukar
@kukarkab_official
#literasi #inkubatorliterasi #literacy #diarpuskukar #perpustakaan #perpusnas #samboja #kukar #kaltim