Tuesday, November 5, 2024

Welcome Pustanda Kemendikdasmen


Nggak pernah terpikir dalam benakku kalau aku bakal kembali ke tempat ini lagi. 
Kembali ke tempat yang sama dengan cerita yang berbeda.
Ada baiknya, kita mengabadikan setiap momen yang terjadi dalam diri kita. Supaya kita bisa mengukir sejarah untuk anak-cucu di masa depan. 
Aku bukan orang yang tidak punya privasi. Tapi aku juga senang berbagi cerita dan mengabadikannya. Bagiku, setiap momen yang aku jalani sangatlah berharga. 
Meski aku rajin membagikan kegiatan-kegiatanku di sosial media, aku juga punya privasi yang tidak untuk konsumsi publik. 
Selama aku membagikannya, artinya sudah menjadi info publik. Tidak ada yang perlu dirahasiakan karena aku tidak sedang melakukan kesalahan atau keburukan.
Mari kita abadikan cerita hari ini...

Hari ini difasilitasi Forum TBM Pusat (Kang Opik, dkk.) untuk bisa menjadi bagian dari kegiatan Diseminasi Nasional Bidang Penerjemahan Tahap II yang diselenggarakan oleh Pustanda Kemendikdasmen (Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah) di The Sultan Hotel & Residence Jakarta. 

Terima kasih sudah diberi kesempatan untuk mengenal para pejuang literasi di seluruh Indonesia yang semangat dan effort-nya luar biasa untuk mencerdaskan dan mensejahterakan masyarakat melalui literasi. 

Perjuangan dan rasa lelah yang aku lakukan selama ini (yang sering bikin aku pengen nyerah dan udahan aja), ternyata nggak ada apa-apanya dibanding mereka. Terutama untuk teman-teman yang bergerak di wilayah Timur Indonesia. Mereka rela menempuh perjalanan berjam-jam hanya untuk mengambil sumbangan buku. Harus keluar tenaga, waktu, dan uang. Tapi ngasih akses bacaan ke masyarakat secara gratis. Kira-kira, dari mana para penggerak komunitas ini bisa makan kalau semua harus ditanggung sendiri? 

Sunday, November 3, 2024

Kelas Bahasa Inggris Gratis di Rumah Literasi Kreatif

 


Rabu, 30 Oktober 2024

Sudah beberapa minggu terakhir ini, aku harus mengajar Bahasa Inggris sendirian. Biasanya, ada relawan yang membantuku mengajar di sini. Aku memasang tarif Rp 50.000 per bulan untuk membayar relawan pengajarku. 

Tapi kali ini, aku harus memulai mengajar sendirian lagi karena relawan yang biasa membantuku mengajar, sudah bekerja di kota lain. Sementara, aku tidak bisa konsisten mengajar karena kegiatanku padat. Sering libur, membuatku sungkan untuk meminta iuran pendidikan. Jadi, semua aku kembalikan seperti semula. Aku tidak mematok biaya atah iuran untuk belajar di Rumah Literasi Kreatif. Para orang tua yang menitipkan anaknya untuk belajar, hanya diminta untuk berdonasi seikhlasnya. Donasi akan digunakan untuk menambah koleksi buku bacaan penunjang kegiatan, alat peraga pendidikan dan fasilitas lain yang dibutuhkan agar anak-anak bisa tetap belajar secara gratis di Rumah Literasi Kreatif, terutama bagi orang tua yang tidak mampu. 


Donasi yang kalian berikan, tentu akan sangat bermanfaat bagi keberlangsungan kegiatan-kegiatan di taman baca Rumah Literasi Kreatif. 

Untuk warga yang ingin putera-puterinya belajar Bahasa Inggris gratis, bisa langsung ke Rumah Literasi Kreatif setiap Hari Rabu dan Jumat, pukul 14.00 WITA. 

Bagi teman-teman yang ingin menjadi relawan pengajar, Rumah Literasi Kreatif sangat terbuka dan senang agar kebermanfaatan kegiatan di Rumah Literasi Kreatif bisa lebih besar lagi. Yayasan Rumah Literasi Kreatif akan memberikan sertifikat volunteer bagi teman-teman mahasiswa yang giat mendedikasikan dirinya untuk masyarakat melalui Rumah Literasi Kreatif. 




Zoom Meet Bersama Pengelola TBM Se-Indonesia untuk Persiapan Kegiatan Pustanda


Jumat, 01 November 2024

Forum TBM Pusat Jakarta memfasilitasi 65 Pengelola taman bacaan masyarakat untuk mengikuti kegiatan Diseminasi Nasional Bidang Penerjemahan Tahap II. Kegiatan ini merupakan kegiatan dari Pustanda (Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa) Kemdikbudristek yang akan dilaksanakan pada tanggal 5-8 November 2024 di The Sultan Hotel & Residence Jakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk menyebarkan produk-produk penerjemahan berupa buku cerita anak yang dapat dipergunakan sebagai bahan penunjang literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM). 
Demi mempersiapkan diri dengan baik, Forum TBM membuka sesi diskusi melalui zoom pada tanggal 01 November 2024 pukul 03.00 PM Waktu Jakarta. 
Diskusi ini membahas persiapan kegiatan dan sharing session. Dengan banyak melihat kegiatan-kegiatan dari komunitas lain, maka kami bisa terinspirasi untuk terus bergerak maju, tidak menyerah dengan kekurangan dan kendala yang kami alami. 
Semoga, akan ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh Rumah Literasi Kreatif untuk membantu peran pemerintah dalam memajukan kesejahteraan masyarakat melalui literasi. 
#literasi #literature #literacy #samboja #kukar #kaltim #sekolahkomunitas #komunitas #literasikreatif 

Tuesday, October 29, 2024

Sepanci Bersama



Malam pekat menyelimuti langkahku yang baru saja keluar dari rapat bersama masyarakat desa. Suasana jalan sudah sepi, semua orang sudah bersiap untuk beradu dengan mimpi, bahkan mungkin sudah ada yang menikmati indahnya dunia mimpi.
Biasanya, dua anakku sudah terlelap saat aku pulang ke rumah terlalu larut. Tapi kali ini, dua anakku masih terjaga dari tidur mereka.

Sepertinya, mereka menanti kedatanganku. Karena biasanya aku membawa nasi kotak atau kue sepulang rapat. Mereka jadi terbiasa menantikan oleh-oleh yang aku dapat. Sayangnya, rapat kali ini aku tidak membawa apa-apa untuk mereka. Tapi mereka tidak mempertanyakannya karena mereka juga tidak tahu kepergianku.

Aku sengaja pergi diam-diam. Setiap aku mau pergi rapat, anakku yang paling kecil selalu ingin ikut. Karena sering mengantuk dan rewel, aku lebih nyaman kalau dia di rumah. Bisa tidur nyenyak kapan saja saat ia mengantuk. 

Kehidupanku sebagai seorang single mom, tentunya tidak mudah. Setiap hari harus dihadapkan oleh dilema antara mencari nafkah dan mengurus keluarga.

Seberat apa pun itu, aku tetap berusaha kuat menjalaninya. Setiap kali ingin menyerah, aku selalu teringat kedua pasang mata  milik anak-anakku. Di sana, ada banyak harapan yang mereka sandarkan padaku. Maka, aku tidak boleh menyerah.

"Tumben belum pada tidur?" sapaku. Dua anakku itu langsung bereaksi. Kami berbincang sedikit, kemudian aku pergi ke dapur untuk makan. Sayangnya sudah malam. Tidak ada makanan dan malas untuk masak makanan yang ribet. Jurus andalanku adalah memasak mie instan.

Aku paling suka masak mie kuah dengan banyak potongan bawang merah yang sengaja aku iris besar-besar. Aku juga selalu menambahkan telur setengah matang.
Putraku menolak ketika aku tawari mie. Padahal dia paling suka makan mie dan telur. Sementara puteriku, langsung merebut panci yang kupakai untuk memasak dan memintanya.

Karena waktu sudah malam dan aku malas untuk cuci peralatan makan, aku langsung makan mie di panci seperti Geum JanDi dalam drama korea "Boys Over Flowers".

Aku dan puteriku makan sepanci bersama. Bagiku, ini momen yang langka. Pertama kalinya kami makan bersama dalam suasana malam yang tenang. 

Aku lupa awalnya puteriku mengajak bicara tentang apa. Aku langsung terbawa ke masa lalu dua puluh tujuh tahun silam.

"Mbak, kamu harus bersyukur sama apa yang kamu punya sekarang. Mama bukan orang kaya, tapi selalu berusaha memenuhi kebutuhanmu supaya kamu hidup layak seperti yang lain. Waktu Mama masih seumuran kamu, Mama adalah anak paling miskin di sekolah," ucapku menasehati.

Jarang sekali aku bercerita tentang bagaimana sulitnya hidupku di masa lalu pada puteriku. Sebenarnya, aku tidak ingin menceritakannya, apalagi menuliskannya.

Tapi aku akhirnya tersadar kalau puteriku butuh lebih banyak pelajaran hidup, bukan sekedar ilmu pengetahuan. Aku harus lebih banyak bercerita supaya anak-anakku bisa lebih bersyukur pada apa yang sudah mereka miliki dalam hidupnya. Aku juga harus menuliskannya supaya dia tetap bisa membacanya ketika nanti aku tiada. Supaya bisa jadi pengobat rindu untuknya. 

Dalam pembicaraan kecil kami, aku langsung terbawa oleh suasana  masa lalu saat aku seumuran dia. Aku masih memiliki beberapa ingatan masa kecilku. Mungkin benar kata banyak sastrawan, ingatan kita akan terus terjaga ketika kita banyak membaca buku. 


"Mama nggak punya uang buat sekolah. Orang tua Mama cuma petani. Kalau pas gagal panen, nggak punya uang. Nggak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi buat sekolah. Jadi, Mama dulu sekolahnya nyeker karena nggak punya sepatu. Bawa buku juga pakai kantong kresek karena nggak punya tas," ucapku pada puteriku yang sedang makan bersamaku. 

"Masa, sih, Ma? Terus, kalau kreseknya sobek, gimana?" 

"Bukunya dipegang aja. Nanti ganti kresek baru," jawabku. "Selain itu, Mama juga nggak punya uang buat beli seragam. Mama sekolah pakai seragam bekas punya orang. Paling buluk di sekolah," lanjutku. 

Anakku hanya diam sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Tapi aku tahu kalau dia sedang menyimak. 

"Waktu SD, Mama bisa punya sepatu dan tas karena dapet beasiswa dari sekolah," ucapku sembari mengingat masa-masa itu.  "Mama juga nggak pernah jajan karena nggak punya uang. Mbak harus bersyukur karena bisa beli jajan setiap hari meski Mama tertatih menghidupi kalian."

"Kalau dulu, uang seribu bisa beli jajan apa aja, Ma?" tanya puteriku lagi. 

"Kurang lebih aja sama sekarang," jawabku. 

"Kata Mbah Wedok, kalau zaman dulu itu uang seribu udah dapet jajan banyak."

"Zamannya Mbah Wedok sama zamannya Mama, kan, beda jauh, Mbak," sahutku. 

Puteriku mengangguk-anggukkan kepalanya. Saat ia tidak berargumen, berarti ia sedang memperhatikan apa yang sedang kubicarakan. 

"Begitu lulus SD, Mama tinggal di panti asuhan. Cuma dikasih uang seratus ribu sama orang tua, harus cukup untuk enam bulan. Setiap hari cuma makan tahutempe sama mie. Mie sepuluh bungkus, harus cukup untuk tiga puluh anak, " jelasku lagi. 

"Emang cukup?" tanya puteriku. 

"Harus dicukup-cukupin. Mama diam-diam kerja jaga warnet kalau pulang sekolah, supaya bisa dapet uang tambahan untuk jajan, keperluan sekolah, alat mandi, dll. Kamu nggak melewati hidup susah seperti Mama. Jadi, harus banyak bersyukur, ya!" ucapku lembut. 

"Kalau Mama lagi nggak ada uang, nggak bisa kasih kamu uang jajan, jangan marah! Kalau Mama ada uang, apa pun yang kamu mau, pasti Mama kasih tanpa kamu harus nangis-nangis atau marah-marah sama Mama. Jadilah anak yang sayang sama orang tua, yang ngerti keadaan orang tuanya. Karena Mama sayang banget sama kamu dan adek. Mama pasti perjuangkan kalian berdua," ucapku lagi. 

Kami terus terlibat dalam banyak pembicaraan hingga mie yang kami makan sudah habis. Aku ingin bisa bicara lebih banyak dengan puteriku agar ia bisa menjadi anak yang lebih bersyukur dan mawas diri. 







Thursday, October 10, 2024

SISA CERITA ILUSI CINTA

SISA CERITA ILUSI CINTA

Pixabay



Debur ombak di Pantai Kaltim Park menyapaku yang sedang duduk termenung seorang diri. Sepertinya mereka tahu jika aku sedang kesepian. Kuabaikan semilir angin yang menyapa rambut-rambutku. Karena mereka tak bersuara. Membuatku tak menyadari jika pasukan angin itu sedang mengajakku bercengkerama. Hingga gemuruh ombak, membangunkan kesadaranku. 

Tepat di depan mataku, ratusan ombak sedang menari-nari indah. Mereka ramai, seolah sedang menghibur jiwaku yang sepi. 

“Rin ...!” 

Suara itu tiba-tiba menggema di telingaku. Suara yang tak asing lagi aku dengar. Tapi, aku menyadari jika ini hanya ilusi. Dia tidak akan hadir di sini meski hanya sekedar menyapa. 

“Rina ...! Apa suaraku tidak lebih besar dari suara ombak?” 

Aku langsung memutar tubuhku ke arah suara yang ada di belakangku. Sesungguhnya, aku tidak ingin melihat sebuah kenyataan jika semua yang aku dengar hanyalah ilusiku saja. 

Tatapanku langsung tertuju pada seorang pria yang berdiri sekitar lima meter dari tempatku. Seluruh tubuhku membeku dan aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku masih tidak yakin jika sosok ini adalah sosok nyata. Aku pikir, semua hanya ada dalam khayalanku semata. 

Akhir-akhir ini ... pikiranku kacau. Psikisku cukup terganggu. Aku harus pergi ke psikiater setiap dua minggu sekali untuk membuat keadaanku baik-baik saja. Entah kenapa ... sejak dia pergi tanpa pesan, duniaku seolah ikut menghilang. 

“Kamu nggak kangen sama aku?” Pria itu merentangkan kedua tangannya. Berharap aku akan berlari ke arahnya dan memeluknya seperti biasa. 

Sayangnya, aku masih tidak percaya dengan apa yang kulihat. Aku khawatir, dia hanyalah bayangan yang aku ciptakan sendiri karena kerinduan yang begitu mendalam. Setiap berlari ke arahnya, bayangan itu langsung menghilang entah ke mana. 

Pria itu melangkah perlahan menghampiriku karena aku tak kunjung bereaksi. Lengannya yang kekar, terulur perlahan hingga ujung jemarinya menyentuh daguku. “Kenapa nggak senang aku datang?”

“Kamu cuma ilusi. Pergi!” teriakku. Aku benar-benar tidak tahan dengan bayangan pria ini. Dia kerap hadir sebagai bayangan dalam hari-hariku. Aku nyaris gila dibuatnya. 

“Ini aku, Rizki. Aku datang buat kamu,” ucap pria itu dengan suara yang sangat jelas. 

Aku menggeleng. “Nggak. Kamu bukan Rizki. Bukan!” Aku langsung berjongkok sambil menutup kedua telinga dengan telapak tanganku. 

“Ini aku, Rin. Kamu kenapa?” tanya Rizki. 

“Aaargh ...!” Aku berteriak histeris. Aku benci adegan seperti ini. Aku benci keadaan seperti ini. 

Kenapa? Kenapa begitu sulit menyingkirkan pria ini dari pikiranku? Kenapa? Kenapa aku tidak sanggup menghapusnya dari ingatanku? Kenapa dia terus hadir menghantuiku? 

Rizki adalah satu-satunya pria yang ingin aku hapus dari ingatanku. Dia satu-satunya orang yang ingin aku benci. Tapi aku selalu gagal melakukannya. 

Dua tahun lalu, Rizki menghilang tanpa pesan setelah dia mengukir banyak kenangan indah bersamaku. Entah apa yang terjadi. Dia menghilang begitu saja dan aku tidak punya keberanian untuk mencarinya. Aku tidak berani menerima kenyataan jika dia sudah tidak mencintaiku lagi. Aku memilih untuk diam, menunggu, dan berharap keajaiban. 

“Rin, kamu kenapa?” Suara Rizki tak kunjung menghilang dari hadapanku. Apakah kali ini dia benar-benar datang menemuiku? 

Aku langsung membuka mataku kembali dan menatap pria yang juga berjongkok di hadapanku itu. “Ini beneran kamu?”

Rizki mengangguk sambil tersenyum. “Kamu baik-baik aja, kan?”

Aku menggeleng. Aku nggak bisa bilang baik-baik saja sejak dia meninggalkanku tanpa pesan. Bagaimana aku bisa baik-baik saja ketika aku tiba-tiba kehilangan arah hidupku. Semua hal yang pernah kita rencanakan bersama, tiba-tiba hanya jadi cerita kosong yang tak terlaksana. 

“Maafkan aku, Rin!” ucap Rizki sembari mendekap tubuhku. 

Hangat. Rasanya sangat hangat. Rasanya seperti pelukan nyata. 

“Kenapa pergi tanpa pesan? Aku nggak tahu harus cari kamu ke mana,” bisikku sembari menitikan air mata. 

“Maafkan aku, Rin. Ada hal yang nggak bisa aku ceritakan. Aku khawatir, akan membuatku sibuk memikirkanku. Kamu sudah terlalu baik. Aku nggak mau menyulitkan kamu lagi,” ucap Rizki lirih. 

“Apa pun itu ... haruskah dengan cara seperti ini?” tanyaku lirih. 

“Aku juga nggak punya cara lain. Aku cuma nggak mau kamu sedih kalau tahu kenyataannya.”

“Kamu nggak mau buat aku sedih, tapi kamu sudah buat aku mati,” sahutku. “Apa kamu tahu gimana tersiksanya hidupku tanpa kamu?”

“Maafin aku ...!” ucap Rizki sambil mengeratkan pelukannya. 

“Aku sakit dan butuh waktu lama untuk sembuh. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku hanya akan muncul di hadapanmu ketika aku sehat. Karena aku tahu sifatmu. Kamu nggak akan tinggal diam melihat aku kesusahan,” ucap Rizki. 

“Kamu sakit?” tanyaku sembari menatap lekat mata Rizki. 

“Sekarang sudah sembuh,” ucap Rizki sambil tersenyum. Ia menggenggam tanganku dan membiarkan telapak tanganku menyentuh pipinya. “I miss you...”

Aku langsung menarik tanganku dari pipi Rizki. “Kalau kamu tidak membiarkan aku menemani masa sulitmu ... adakah orang lain di sana?”

“Kenapa kamu tanya kayak gini?” tanya Rizki. “Nggak pernah terpikir sedikitpun untuk mengkhianati cinta kita. Aku hanya sedang ...”

“Sedang memilih tidak ada aku dalam hidupmu?” sambarku. 

“Bukan gitu, Rin. Aku Cuma nggak mau kamu terlibat dalam kesulitanku,” ucap Rizki lagi. “Aku cuma pengen bikin kamu bahagia. Nggak mau ngajak kamu susah.”

Aku tersenyum sinis. “Aku pikir, kita adalah dua manusia yang saling memahami. Ternyata tidak. Kamu bertahan dengan pemikiranmu sendiri, aku juga sama. Pernahkah kamu bayangkan gimana aku tanpa kamu? Aku yang tiba-tiba kehilangan teman bercerita, aku tiba-tiba kehilangan teman tertawa, aku tiba-tiba kehilangan teman untuk merancang masa depan, aku kehilangan arah hidup.”

“Rin, aku pikir kamu adalah wanita yang kuat dan aku ...”

“Aku bisa menjalani semuanya seorang diri?” tanyaku. “Ya, aku bisa. Kamu tahu, kapal yang dulu kita rancang untuk pergi bersama, sudah aku selesaikan. Aku hias begitu indah dengan penuh cinta. Saat kapal itu sudah siap berlayar, tiba-tiba nahkodanya menghilang entah ke mana. Saat ini, kapal itu sudah usang dan tenggelam. Bahkan, ikan-ikan pun enggan untuk tinggal di sana. Kamulah yang menghancurkan segalanya.”

“Rin, aku minta maaf! Bisakah kita ulang semuanya dari awal lagi?” tanya Rizki. 

“Sekalipun kita berusaha mengulangnya, semuanya tidak akan sama lagi.”

“Gimana kalau kita mulai dari awal lagi?” tanya Rizki lagi. 

“Tidak ada kata ‘mulai’ untuk kisah yang sudah terjadi,” sahutku. 

Aku benar-benar tak mampu berpikir lagi. Sunggguh, aku merindukan pria ini, tapi aku juga terluka dalam karenanya. Aku baru saja ingin berdamai dan melepaskan semuanya. Tiba-tiba dia datang saat aku ingin mengahapus semua kisah yang pernah ada. 

“Aku datang untuk memperbaiki hubungan kita. Aku sudah menyiapkan semuanya. Kamu nggak perlu lagi berlelah-lelah berjuang hidup sendirian.” Rizki berusaha meyakinkanku. 

Aku tertawa kecil. Sungguh lucu jika ia mengatakan hal seperti ini, tapi dia membiarkan aku berjuang mati-matian selama dua tahun terakhir ini. 

“Rizki, kamu adalah dokter ahli psikiatri. Kamu tahu persis seperti apa risiko pasien yang harus mengonsumsi obat anti-depresan setiap hari selama dua tahun. Aku sudah lelah. Aku pengen sembuh. Cara satu-satunya membuatku sembuh adalah menghapus semua hal tentang kita di masa lalu ... juga di masa depan,” ucapku sembari menahan rasa sesak di dada. 

“Mungkin sudah ratusan pasien yang sembuh di tanganmu. Tapi kamu harus ingat kalau aku adalah satu-satunya orang yang jadi pasien karena kamu!” tegasku sembari melangkah pergi meninggalkan Rizki. 

Sungguh, aku tidak tahan berlama-lama bercengkerama dengan ilusiku sendiri. Bisa jadi, yang sedang bicara denganku adalah orang yang aku ciptakan sendiri di pikiranku, sama seperti biasanya. 

Entah dia Rizki sungguhan atau ilusi. Setidaknya, keinginanku untuk berbicara tentang perpisahan dengannya sudah terpenuhi. Aku sudah bisa melepaskan semuanya. Menghapus perlahan setiap cerita yang sudah terukir. 

Setiap jengkal pasir yang kupijak di tempat ini adalah saksi bagaimana kisah kita terukir dan bagaimana usahaku menghapusnya. Aku ingin hidup dengan baik di masa depan. Meski harus sendirian, akan tetap aku jalani. 

Terima kasih untuk semua cerita yang ada di antara kita. Semua tangis dan tawa telah kita lalui bersama meski dari tempat yang berbeda. Kita pernah jadi sepasang, tapi tak pernah bisa bersatu. Jika ada kehidupan selanjutnya, akan kumohon pada Tuhan agar kita tak lagi bertemu, sekalipun itu hanya ilusi. 




 © Copyright 2024

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menyebarkan cerita ini tanpa izin tertulis dari penulis. 





Pengalaman Pertama Kali Menggelar Workshop untuk Komunitas Literasi di Samboja

 



Aku bener-bener nggak menyangka kalau akan momen seperti ini di taman bacaku. Setelah 6 tahun berdiri, akhirnya komunitas taman bacaku mendapatkan perhatian dari pemerintah. Kami mendapatkan bantuan dari Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk mengadakan beberapa kegiatan di daerah kami. Salah satunya, ialah kegiatan penguatan Komunitas Literasi yang ada di daerah. 
Awalnya, aku bingung mau bikin kegiatan apa untuk komunitas-komunitas literasi di Samboja. Pasalnya, aku nggak punya banyak akses untuk bergabung dengan komunitas literasi Samboja, atau bahkan tidak ada komunitasnya? Karena selama 6 tahun bergerak di kegiatan sosial dan pendidikan, aku hanya mengenal 2 komunitas literasi atau taman baca, yakni Macan Dahan (Ali Sadli) dan TBM Cahaya Ilmu (Ahmad Ismail). Selebihnya, aku malah tidak tahu menahu tentang keberadaan komunitas-komunitas literasi yang ada di Samboja. Entah mereka yang menutup diri atau aku yang kurang bergaul? 
Pada akhirnya, aku memilih untuk membuat kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan komunitas kami. Mungkin, akan sesuai juga dengan komunitas-komunitas lain yang ada di Samboja. Aku dan teman-teman relawan di Rulika, sepakat untuk mengadakan Workshop Pengelolaan Bahan Pustaka, Sosial Media, dan Jurnalistik.
 Tiga materi ini, rasanya penting banget untuk para pengelola komunitas. Yang pertama, sebuah komunitas harus memiliki bahan informasi yang baik bagi anggotanya agar memaksimalkan komunitas sebagai tempat untuk belajar dan berkembang.  Yang kedua, komunitas harus bisa mengelola sosial media untuk mengkampanyekan kegiatan-kegiatan komunitas, juga mensejahterakan anggotanya. Yang ketiga, komunitas harus memiliki kemampuan jurnalistik yang baik agar setiap tulisan atau berita yang diposting berdasarkan fakta dan dapat dipertanggungjawabkan. 
Ini adalah pertama kalinya aku menjalankan program secara mandiri. Sebelumnya,  kegiatan-kegiatan di taman baca masih dibantu oleh salah satu yayasan di kota Balikpapan. Ternyata nggak mudah untuk bisa menjalankan program-program seperti ini. Sejak bulan Juli, aku sudah riweh dengan syarat administrasi yang harus dipenuhi oleh komunitas. Di bulan Agustus hingga September, masih disibukkan dengan revisi proposal dan RAB agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan sesuai dengan juknis dari Pusbin Kemendikbudristek. Bulan Oktober, tentunya disibukkan dengan persiapan kegiatan. Mulai dari belanja perlengkapan, hingga design kegiatan. 
Aku sangat terharu karena tim panitia pelaksana sudah bekerja keras mewujudkan kegiatan-kegiatan ini. Tidak ada yang bisa membalas semua rasa lelah ini kecuali berkah dari Allah SWT. Karena bekerja di komunitas adalah bekerja untuk Tuhan. Hasilnya, kita tidak bisa menebak. Tapi ... Allah akan selalu memberikan kehidupan terbaik ketika kita melakukan hal bermanfaat untuk orang lain dengan tulus.
Suatu saat, Tuha  akan menguji ketulusan kita dengan banyak penderitaan. Jangan sampai, ketulusan kita luntur dan merasa tidak diapresiasi oleh siapa pun. Karena apresiasi terbaik adalah ketika Allah memudahkan segala urusan kita. 
Terima kasih banyak untuk panitia, narasumber, dan peserta yang sudah aktif berpartisipasi pada kegiatan ini. Semoga kegiatan ini bukanlah yang pertama dan terakhir kalinya. Semoga, ada banyak kegiatan-kegiatan literasi di Samboja yang mampu membuat Samboja menjadi daerah yang maju dan tidak hilang dari peradaban. 




Kutai Kartanegara, 06 Oktober 2024




Saturday, October 5, 2024

Kaya Harta Tapi Tak Kaya Hati





 Penting mana? Kaya harta atau kaya hati?

Mayoritas orang pasti akan memilih kaya harta. Karena dengan harga, kita bisa punya segalanya. Orang yang banyak harta, bisa makan enak setiap hari, tinggal di rumah mewah, punya kendaraan mewah, mau pergi ke mana pun tidak pusing memikirka ongkos. Enak, kan?

Tapi, ada tidak enaknya juga ketika orang yang kaya harta, tidak dibarengi dengan kaya hati. Karena orang sekaya apa pun, dia akan meninggalkan hartanya pada waktunya nanti. Dia tidak akan diingat oleh orang lain ketika tidak memiliki hati yang baik terhadap orang-orang di sekelilinya.

Di dalam sebuah lingkungan sosial, biasanya ada orang yang sangat kaya, tapi tak pandai berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang-orang di sekelilingnya. Hubungan dengan tetangga tidak buruk, tapi tidak baik juga.

Biasanya, seseorang yang merasa dirinya sudah berkecukupan, akan menciptakan garis batas antara dirinya dan orang-orang di sekelilingnya yang dianggap tidak setara. Sehingga, ada dinding besar dan tinggi di antara mereka. Kalau tinggal di perkotaan, mungkin tidak akan begitu kontras karena rata-rata orang perkotaan memiliki karakter individualis. Akan berbeda dengan orang kaya yang tinggal di pedesaan.

Orang kaya dan orang biasa di pedesaan akan terlihat sangat kontras. Kenapa? Karena orang-orang di desa memiliki jiwa kebersamaan dan kepedulian yang tinggi. Sehingga, orang desa sangat menjunjung tinggi rasa gotong-royong. Contohnya, ketika memiliki hajat/acara. Biasanya orang di pedesaan akan bergotong-royong bersama untuk mewujudkan acara sang pemilik hajat.

Cukup lama tinggal diperkotaan, kita akan merasakan bagaimana rasanya menjadi makhluk yang individualis dan tak acuh pada orang-orang sekelilingnya. Bahkan, ada saja warga yang tidak saling mengenal, meski jarak rumah mereka cukup dekat. Ketika memiliki hajat atau acara, jarang sekali masyarakatnya bergotong-royong, orang Jawa menyebutnya rewangan. Yah, mungkin ada yang rewang, tapi hanya keluarga dekat saja. Menggelar acara pernikahan, bahkan tidak lebih dari lima orang yang membantu.

Bayangkan, ketika kita hidup individualis, semuanya akan terasa sangat berat karena semua pekerjaan harus ditanggung seorang diri. Tidak banyak yang membantu ketika memiliki hajat. Jangankan hajat, ketika sedang mengalami kemalangan, juga tak banyak orang yang membantu. Bahkan, tetangga sebelah saja tidak muncul untuk membantu jika tidak dimintai pertolongan. Kan, lucu. Orang yang sedang kemalangan, harusnya mendapatkan bantuan dari tetangga-tetangganya tanpa diminta. Artinya, tetangga akan membantu tanpa pamrih ketika mereka memiliki kepedulian. Tapi karena tidak memiliki kepedulian, maka akan mementingkan dirinya sendiri.

Lebih penting mana? Bekerja mencari uang atau membantu tetangga yang tidak menghasilkan uang?

Ketika kita berpikir menggunakan logika, tentunya kita akan memilih untuk bekerja mencari uang. Sebab, kebutuhan hidup harus kita tanggung sendiri, tidak ditanggung oleh tetangga. Namun, ketika berpikir menggunakan hati yang luas sebagai makhluk sosial, maka kita akan memilih untuk membanti tetangga, semampu kita.

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Tidak ada satu pun manusia yang bisa melakukan semuanya sendiri. Manusia butuh makan, butuh pakaian, butuh tempat tinggal, dan lainnya yang tidak bisa dikerjakan sendiri. Tidak ada manusia yang bisa membuat baju, memasak, bertani, beternak, dan semuanya sekaligus. Oleh karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Sayangnya, di zaman modern ini, peran sosial masyarakat mulai tergerus dan banyak manusia untuk memilih hidup secara individualis.

Sebenarnya, tidak ada manusia yang benar-benar mampu untuk hidup individualis. Semuanya saling membutuhkan. Sehingga, kegiatan gotong-royong yang sudah diwariskan oleh nenek-moyang kita, harus bisa dijaga dan dilestarikan.

Kegiatan gotong-royong, biasanya tidak dilakukan oleh orang yang kaya. Mereka punya uang. Lebih baik mengeluarkan uang daripada bergotong-royong. Sehingga, mereka kehilangan sebuah ikatan antar manusia sebagai makhluk sosial. Ketika hubungan sosial manusia bermasalah, tentunya akan membuat manusia itu kesulitan. Artinya, mereka harus bekerja keras menghasilkan uang yang lebih banyak dari orang lain. Agar mereka bisa membayar jasa lebih banyak lagi untuk melancarkan semua urusannya.

Hal ini tentunya akan berbeda ketika manusia memiliki hubungan sosial yang baik di masyarakat. Terkadang, tidak perlu mengeluarkan banyak uang saat memiliki hajat karena semua tetangganya ikut membantu. Mungkin, tetangga atau teman tidak membantu banyak. Tapi jika yang membantu banyak, tentu bantuan itu sangat cukup, bahkan bisa lebih. Sehingga, semua berjalan lancar dan terasa berkecukupan.

Dalam beberapa kasus sosial, kerap ditemukan perbedaan kontras antara si kaya dan si miskin saat mereka menggelar hajatan. Beberapa orang yang terlihat kaya, memiliki rumah bagus, kendaraan bagus, juga pekerjaan bagus, tidak mampu untuk memberikan jamuan yang lebih baik dan sangat terbatas. Sedangkan orang yang dianggap miskin, biasanya sangat berhati-hati dengan penilaian orang dan mampu memberikan jamuan lebih layak dari si kaya.

Tidak semua orang kaya bersikap individualis. Masih banyak juga orang kaya yang sangat senang berbaur dengan masyarakat. Tetapi, di era sekarang ini, mayoritas orang kaya bersifat individualis. Sehingga, mereka menyulitkan diri sendiri di masa depan ketika mereka sudah tua, sakit, atau kehilangan hartanya. Karena mindset mereka adalah harta dan keturunan-keturunannya juga hanya akan mementingkan harta, bukan hubungan sosial.

Ketika kita tidak memiliki kekuatan finansial, maka kita harus bisa memiliki kekuatan sosial. Meski tidak menjadi kaya raya, tapi akan memberikan jalan kemudahan untuk berbagai hal. Oleh karenanya, berlatihlah untuk menjalin hubungan sosial yang baik agar hidup kita terasa berharga di masa depan, terutama ketika kita sudah tiada, kita akan diingat sebagai apa oleh orang-orang di sekitar kita. Jiks kita ditakdirkan menjadi orang kaya, maka jadilah orang kaya yang kaya hati.


Penulis Pengendali Moral Bangsa

 




Zaman semakin maju, tapi kualitas moral manusia semakin mundur. Banyak penyimpangan sosial yang saat ini dianggap normal. Kenapa? Apa pengaruh terbesarnya dan bagaimana dampak yang timbul dari normalisasi penyimpangan sosial?

Bicara tentang moral, tentunya kita akan membicarakan tentang pedoman hidup seseorang. Tentang perbuatan baik yang harus dilakukan dan perbuatan buruk yang harus ditinggalkan. Moral, satu kata yang terlihat sepele, semu, tidak bisa disentuh, tetapi memiliki pengaruh besar bagi kehidupan. Sayangnya, moral yang seharusnya semakin baik seiring dengan perkembangan zaman, justru semakin menurun, bahkan bisa dibilang jeblok.

Moral memiliki tatanan penting dalam menjalankan roda kehidupan manusia. Oleh karenanya, orang-orang penting harus memiliki moral yang baik, supaya seluruh dunia bisa menjadi lebih baik. Tetapi hal ini tidak bisa terjadi karena kerusakan moral terjadi secara global di seluruh dunia. Bahkan, orang-orang yang duduk di kursi penguasa tertinggi, memiliki kualitas moral yang buruk. Indikatornya ialah terjadinya banyak korupsi, kolusi, dan nepotisme di dalam sebuah negara.

Ketika sebuah bangsa memiliki pemimpin bermoral buruk, maka bangsa tersebut akan mudah hancur tanpa berperang dengan negara lain. Artinya, pemimpin yang tidak bermoral sedang menghancurkan masa depan bangsanya sendiri.

Contoh kasus yang marak terjadi ialah perang argumentasi antar pemimpin hingga pemimpin negara yang tidak beretika dalam berkomentar dan dianggap sebagai hal lumrah oleh para pendukungnya. Bukankah hal ini menjadi sumber utama rusaknya moral bangsa? Tapi semua seolah dianggap wajar hingga menjadi panutan negatif bagi rakyatnya.

Ditambah lagi dengan literatur buruk yang tertulis abadi untuk masa depan. Kenapa aku bilang buruk? Karena ada banyak penulis nakal yang melahirkan tulisan-tulisan bakal. Tulisan nakal  melahirkan penyimpangan sosial yang dinormalisasi. Terlebih, tulisan zaman sekarang adalah tulisan yang sangat mudah diakses oleh semua kalangan. Sehingga, tidak menutup kemungkinan kalau kita akan bertemu dengan tulisan-tulisan nakal yang memengaruhi pola pikir dan aktivitas sosial manusia.

Kita bisa mengambil contoh dan pelajaran dari kasus skandal video syur antara guru dan murid di Gorontalo pada tahun 2024. Hubungan terlarang antara siswi SMA dan gurunya itu kerap menjadi bahan bacaan yang disajikan oleh penulis di sebuah platform baca online. Beberapa penulis memilih untuk menormalisasi penyimpangan sosial dengan menjadikannya tokoh utama. Tokoh utama yang melakukan perbuatan buruk ditulis sebagai hal yang normal, bahkan mendapat dukungan penuh dari penulisnya dengan dalih menyajikan cerita dari sudut pandang yang berbeda.

Semakin maraknya tulisan-tulisan yang melibatkan siswa-siswa sekolah dengan konten dewasa di dalamnya, tentunya akan memengaruhi pemikiran dan perilaku sosial di masyarakat. Terlebih, hal-hal negatif yang beredar di media sosial justru menjadi konten yang “viral” dan dikejar oleh banyak orang demi sebuah kepopuleran.

Maraknya konten negatif yang viral adalah indikator perilaku masyarakat sebagai target market atau pasar atas konten tersebut. Ketika konten negatif yang viral, artinya selera mayoritas masyarakat ialah konten-konten yang negatif. Sehingga, konten positif kerap tenggelam dan tidak menjadi perhatian masyarakat.

Konten negatif tidak hanya dalam bentuk foto dan video di media sosial. Platform menulis yang pengkaryanya dianggap sebagai seseorang yang melek literasi dan memiliki intelektual tinggi, ternyata juga banyak yang menyajikan konten-konten negatif. Konten negatif dalam bentuk narasi panjang atau novel juga menjadi salah satu selera tertinggi masyarakat. Artinya, pola pikir dan selera masyarakat atas konten-konten negatif sudah menjadi makanan sehari-hari dan dianggap wajar.

Konten berupa tulisan adalah sumber utama dari segala konten-konten yang beredar. Sebelum menjadi sebuah video yang menarik, tentunya seseorang harus memiliki kemampuan untuk menulis dan mengolah informasi tersebut. Foto dan video, merupakan hasil dari sebuah literatur. Ketika literatur baik, maka kualitas foto, video, dan film akan sebaik literatur di suatu negara.

Baik konten tulisan maupun video, semuanya bisa dikendalikan oleh penulis. Karya-karya seorang penulis, akan menjadi sebuah panutan (role model) bagi banyak penikmatnya. Penikmat yang hari ini membaca atau menonton, mungkin akan melahirkan sebuah karya yang mirip atau bahkan sama dengan karya-karya yang mereka nikmati sebelumnya. Di sinilah, peran penting seorang penulis dalam mengendalikan moral bangsa. Penulis yang menyuguhkan karya-karya bermoral baik, tentunya akan menghasilkan pembaca yang bermoral baik pula.

Dalam beberapa kesempatan, aku berkeliling ke toko buku. Mencari buku-buku tentang etika dan moral. Sayang, aku tidak menemukannya. Seingatku, aku pernah membaca buku tentang etika kepenulisan saat aku masih kecil. Bahkan, di sekolah diajari tentang “Budi Pekerti” yang membuat terbiasa mengenal baik-buruk suatu keadaan atau peristiwa.

Siapa orang paling berkuasa yang bisa mengendalikan beredarnya buku-buku di masyarakat? Ya, pemerintah. Ketika pemerintah mengeluarkan program peluncuran buku-buku tentang etika dan moral dengan jumlah yang banyak, tentunya akan memengaruhi pasar dan pola pikir pembacanya. Sayangnya, pemerintahan saat ini justru khawatir jika rakyatnya terlalu pandai dan bermoral baik. Karena mereka tidak akan bisa menyetel rakyat untuk membuat kekuasaan mereka abadi dan penyimpangan yang mereka lakukan dianggap wajar oleh masyarakat.

Menormalisasi sebuah penyimpangan sosial, akan melahirkan kebiasaan korupsi, kolusi, nepotisme, dan lain-lain. Setelah mengamati perubahan sosial selama beberapa tahun belakangan ini, sumber pengendali moral terbesar adalah pada naskah kepenulisan. Saat ini, kualitas naskah kepenulisan sangat menurun drastis secara konteks. Penulis yang memilih di jalur yang benar, tidak mendapatkan atensi dari masyarakat banyak. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki tingkat intelektual tinggi yang membacanya karena mereka sudah pandai memilah dan memilih bahan bacaan.

Selera mayoritas masyarakat adalah gambaran besar tentang karakter sebuah bangsa. Kita tidak bisa mengendalikan sepenuhnya dan mengubahnya dalam waktu singkat. Tapi, kita bisa mengupayakannya dengan mengendalikan beredarnya naskah-naskah buku yang tidak baik dan bermoral. Saat ini, banyak buku dewasa yang dijual bebas, bahkan bisa dibaca secara gratis. Aku lebih setuju ketika buku-buku dewasa itu bisa dikurasi secara ketat agar tidak sembarang orang bisa menuliskan adegan-adegan dewasa secara eksplisit. Buku-buku dewasa dengan konten-konten berbahaya juga seharusnya diberikan akses khusus atau diberikan tarif harga tinggi agar tidak dibaca oleh anak-anak remaja. Hal ini, tentunya menjadi upaya yang baik untuk mengendalikan moral masyarakat.

Mungkinkah kita akan membiarkan anak-anak kita yang hari ini belum lahir, mengalami kerusakan moral pada 20 tahun mendatang karena literature tentang etika, moral, dan tata krama sudah sangat langka. Dari mana anak-anak kita akan belajar tentang begitu indahnya masa depan, jika yang kita suguhkan adalah kehancuran?

Untuk para penulis pemula, jika ingin memutuskan menjadi penulis, maka jadilah penulis yang baik untuk masa depan. Semua tulisan bertujuan untuk memengaruhi pola pikir manusia. Maka, hadirkanlah tulisan-tulisan yang memberikan pengaruh positif pada dunia.Karena kita tidak punya cara lain untuk mengendalikan moral bangsa selain dari sisi agama, satu-satunya harapan adalah para penulis masa depan.

 

 

 

 

 

 

 

BIODATA PENULIS




Namaku Walrina, biasa dipanggil Rin Muna. Aku memiliki 2 nama pena, yakni  Vella Nine (khusus karya novel) dan Rin Muna. Aku lahir pada tanggal 09 November 1991 di pondok kecil yang menjadi rumah tinggal kedua orang tuaku. Sekolah di SDN 038 Samboja, SMP Negeri 15 Balikpapan dan SMA Negeri 06 Balikpapan. Saat ini masih menempuh pendidikan Sastra Inggris di Universitas Terbuka. Aku sangat suka menulis novel panjang dengan ratusan atau ribuan episode.

Pada 18 Februari 2018, aku mendirikan Taman Bacaan Masyarakat Bunga Kertas. Sekarang telah berubah menjadi Yayasan Rumah Literasi Kreatif yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan.

 

 


Beberapa karya yang telah aku tulis:

1.      20 Buku Antologi Puisi, Cerpen, Esai, dan Dongeng terbitan FAM Publishing

2.      Buku Novel "Perfect Hero" - Novelindo Publishing, 2022

3.      Buku Novel "I am Here, Mr. Rich" - Novelindo Publishing, 2022

4.      Then Love by Vella Nine - Novelme, 2019

5.      Perfect Hero by Vella Nine - Novelme, 2020 [1.373.366 kata]

6.      Perfect Hero Seri 1 versi cetak by Vella Nine - Novelindo Publishing, 2022

7.      Perfect Hero 2 by Vella Nine - Novelme, 2021 [ 572.955 kata] 

8.      Shaum Me by Vella Nine - Novelme, 2021

9.      I am Here, Mr. Rich by Vella Nine - Novelme, 2022 [410.769 kata]

10.  I am Here, Mr. Rich Seri 1 versi cetak by Vella Nine - Novelindo Publishing, 2022

11.  Menikahi Lelaki Brengsek by Vella Nine

12.  Suami untuk Istri by Vella Nine - Fizzo, 2022 [ 617.400 kata]

13.  Assalamualaikum, Ya Habib by Vella Nine - Fizzo 2022

14.  Mrs. Rose & Mr. Rich by Vella Nine - Fizzo, 2023

15.  Catch Me Mr. Ghevin by Vella Nine – Fizzo, 2023

16.  Magang 90 Hari by Vella Nine – Fizzo, 2023

17.  The Cakra by Vella Nine – Fizzo, 2024

18.  Semua karya di dalam blog pribadi www.rinmuna.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Thursday, October 3, 2024

Workshop Menulis "Merekam Jejak Literasi di Kutai Kartanegara"

 


 

Kutai Kartanegara, 03 Oktober 2024 – Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara mengadakan kegiatan Workshop Menulis untuk 15 penulis terpilih.

 

Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara telah menggelar  Kompetisi Menulis Esai dengan tema “Merekam Jejak Literasi Kutai Kartanegara” mulai tanggal 28  Agustus 2024. Sebanyak 90 peserta telah mengirimkan naskah kepada panitia. Dari 90 naskah yang masuk, terdapat 15 naskah yang lolos seleksi dan diwajibkan untuk mengikuti Workshop Menulis pada tanggal 03 Oktober 2024.

Acara pembekalan ini dilaksanakan di Pendopo Langit Timur,  Desa Loa Ulung Kecamatan Tenggarong Seberang. Dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara (Hj. Aji Lina Rodiah, S.E).

 

Diarpus (Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara) memberikan pembekalan khusus kepada peserta terpilih dengan menghadirkan beberapa narasumber, yakni: Syafrudin Pernyata (Sastrawan Kaltim), Amien Wangsitalaja (Sastrawan Kaltim), dan Akhmad Badwi (Pemerhati Literasi). Pembekalan ini mengulik detail naskah dan memberikan materi tentang penulisan naskah esai yang menarik.

 

Kegiatan Workshop Menulis ini bertujuan untuk memberikan pembekalan pada penulis terpilih agar merevisi naskah sesuai dengan kaidan penulisan esai yang berlaku. Para peserta diberi kesempatan untuk memperbaiki naskahnya hingga tanggal 10 Oktober 2024. Semua naskah terpilih ini akan dibukukan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara. Oleh karenanya, proses penjurian dan akurasi naskah dilakukan dengan ketat guna menghasilkan naskah yang berkualitas. Sesuai dengan linimasa yang telah ditentukan, pengumuman juara esai ini akan diumumkan pada tanggal 17 Oktober 2024.  

Peluncuran buku bertajuk Merekam Jejak Literasi di Kutai Kartanegara ini  akan dilakukan pada bulan November 2024. (/rm)

 Cc:
@diarpus_kukar
@kukarkab_official
#literasi #inkubatorliterasi #literacy #diarpuskukar #perpustakaan #perpusnas #samboja #kukar #kaltim
 

 

 

 

 

Diarpus Kukar Gelar Workshop Menulis Kearifan Lokal untuk 15 Penulis Terpilih


 

Halo, guys! Gimana kabarnya, nih?

Kali ini aku mau sharing tentang kegiatan-kegiatan yang sering banget aku ikuti. Salah satunya ialah kegiatan Workshop Menulis yang dilaksanakan oleh  Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara pada tanggal 03 Oktober 2024.  Sebelumnya, Diarpus (sebutan untuk Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Kukar) telah menggelar  Kompetisi Menulis Esai dengan tema “Merekam Jejak Literasi Kutai Kartanegara” yang mulai tanggal 28  Agustus 2024. Sebanyak 90 peserta telah mengirimkan naskah kepada panitia. Dari 90 naskah yang masuk, terdapat 15 naskah yang lolos seleksi dan diwajibkan untuk mengikuti Workshop Menulis  yang dilaksanakan di Pendopo Langit Timur,  Desa Loa Ulung Kecamatan Tenggarong Seberang. 

Sebenarnya, jarak dari Samboja itu jauh banget. Rasanya, kayak malas banget harus lewati perjalanan jauh di Bukit Soeharto, apalagi harus bawa kendaraan sendiri. Khawatir hujan, dan lain-lain.

Awalnya, aku mau berangkat pakai sepeda motor sendiri. Tapi, Allah kasih rezeki bertemu dengan Pak Sekdes satu hari sebelumnya dan kebetulan beliau juga mau pergi antar laporan desa ke kota Tenggarong. Bersyukur, aku dapet tebengan dari Pak Sekdes. Beliau juga mau antar-jemput aku ke Langit Timur, yang ternyata tempatnya jauh banget dari pusat kota Tenggarong.

Setelah aku sampai di Langit Timur, aku baru mengetahui jika tempat wisata yang satu ini adalah milik Pak Syafruddin Pernyata, Sastrawan Kaltim yang telah memberikan banyak materi kepenulisan kepada penulis-penulis di Kalimantan Timur. Tempatnya tenang, cantik dan mengagumkan. Memang cocok untuk seorang introvert dalam mencari inspirasi.

Acara ini dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara (Hj. Aji Lina Rodiah, S.E).

Diarpus (Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara) memberikan pembekalan khusus kepada peserta terpilih dengan menghadirkan beberapa narasumber, yakni: Syafrudin Pernyata (Sastrawan Kaltim), Amien Wangsitalaja (Sastrawan Kaltim), dan Akhmad Badwi (Pemerhati Literasi). Pembekalan ini mengulik detail naskah dan memberikan materi tentang penulisan naskah esai yang menarik.

Kegiatan Workshop Menulis ini bertujuan untuk memberikan pembekalan pada penulis terpilih agar merevisi naskah sesuai dengan kaidah penulisan esai yang berlaku. Para peserta diberi kesempatan untuk memperbaiki naskahnya hingga tanggal 10 Oktober 2024. Aku adalah salah satu peserta yang mendapat jatah untuk merevisi naskah. Jujurly, aku udah lama banget nggak nulis esai sejak asyik nulis novel. Jadinya, aku agak canggung dalam menulis karya esai dan banyak banget yang harus diperbaiki, terutama dalam hal referensi. Kalau nulis novel, aku murni berimajinasi tanpa harus mencantumkan banyak referensi. Jadinya, aku harus revisi naskahku beberapa kali.

Bersyukurnya, Bapak Akhmad Badwi memberikan banyak catatan supaya aku bisa merevisi naskah aku. Karena, jarang banget penulis senior yang mau meluangkan waktunya untuk memberikan catatan-catatan kecil tentang kekurangan naskah. Ini bisa menjadi salah satu patokan utuk lebih banyak belajar tentang dunia kepenulisan ke depannya. Meski aku sudah sering menulis, bukan berarti tulisanku bisa sempurna. Aku juga masih perlu banyak belajar, terutama

Semua naskah terpilih ini akan dibukukan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara. Oleh karenanya, proses penjurian dan akurasi naskah dilakukan dengan ketat guna menghasilkan naskah yang berkualitas. Sesuai dengan linimasa yang telah ditentukan, pengumuman juara esai ini akan diumumkan pada tanggal 17 Oktober 2024.  

Peluncuran buku bertajuk Merekam Jejak Literasi di Kutai Kartanegara ini  akan dilakukan pada bulan November 2024. (/rm)

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas