“Anak
itu nyebelin banget sih!?” dengus Lili kesal.
“Siapa?”
tanya Sofi.
“Siapa
lagi kalau bukan Yuna!?” sahut Lili kesal.
Sofi
menghela napas. “Kita juga nggak bisa apa-apa. Dia juga sebenarnya punya posisi
yang tinggi. Kalau dibandingkan sama Galaxy Group, Wijaya Group bener-bener
nggak ada apa-apanya.”
Lili
menghela napas. Ia mondar-mandir sambil terus memikirkan cara untuk melawan
Yuna.
“Kamu
tahu kan kalau PT. Jaya Agung aja sudah diambil alih sama GG?”
“Aku
tahu. Makanya, kita harus hati-hati banget waktu ngelawan dia. Lagian, dia udah
tahu identitasku.”
“Maksud
kamu?”
“Mmh
... kamu udah tahu apa belum sih wajahnya si pemilik GG itu?” tanya Lili.
Sofi
menggelengkan kepala.
“Semua
orang ngasih julukan Si Iblis Berdarah Dingin karena sikapnya yang angkuh,
sombong dan ... “
“Apa?”
“Seorang
Direktur atau CEO dengan kekuatan sebesar itu, pastinya sudah punya banyak
pengalaman dan berumur banyak. Jangan-jangan, suaminya Yuna ini
sebenarnya sudah tua.”
Sofi
langsung menatap Lili. “Bisa jadi.”
“Gimana
kalau kita cari kelemahan Yuna?”
“Maksud
kamu?”
“Kita
kan belum pernah lihat suaminya itu. Nggak banyak orang yang tahu gimana suami
Yuna sebenarnya. Cuma denger namanya doang. Kita ikuti aja dia waktu pulang
kerja. Kita fotoin, sebenarnya suaminya itu masih muda atau sudah tua.”
“Hmm
... ide kamu bagus juga.” Sofi manggut-manggut.
“Kalo
udah dapet fotonya, kita bisa buktikan kalau suami Yuna itu sudah tua atau
masih muda.”
“Iya.”
Sofi menganggukkan kepala. “Eh, tapi ... bukannya kamu pernah bilang kalau
pernah ketemu sama dia bareng cowok ganteng di restoran? Jangan-jangan, emang
itu suaminya Yuna?”
“Belum
tentu. Bisa aja kan dia di luar jalan sama cowok lain. Secara, dia malu sama
suaminya sendiri yang udah tua.”
Sofi
mengangguk-anggukkan kepalanya. “Iya juga ya? Ternyata ... Yuna juga suka nyewa
cowok ganteng buat jalan keluar?”
“Iya.
Sekarang kan banyak cowok sewaan yang bisa diajak keluar buat bergaya. Pulang
kerja nanti, kita ikutin Yuna. Dia kan biasanya dijemput sama suaminya dan
suaminya itu nggak pernah turun dari mobil.”
“Pernah
kali.”
“Kapan?”
“Waktu
itu, aku denger karyawan cerita.”
“Apa
kata mereka?”
“Katanya
sih masih muda, ganteng dan kaya raya.”
“Kamu
lihat sendiri?”
Sofi
menggelengkan kepala.
“Bisa
aja kan itu cuma supir pribadi yang masih muda dan dipake sama Yuna buat
pura-pura jadi suaminya?”
“Mmh
... iya juga sih.”
“Kalo
gitu, sore ini kita harus buktiin, gimana suami Yuna yang sebenarnya.”
Sofi
menganggukkan kepala.
Lili
tersenyum penuh kemenangan. Ia sangat ingin memperlakukan Yuna seperti Yuna
mempermalukan dirinya di depan orang banyak.
Saat
jam kerja usai, Yuna melangkahkan kaki keluar dari kantor sambil menerima
telepon dari suaminya.
“Iya,
sayangku. Ini aku udah nyanpe di lobi,” tutur Yuna.
Lili
dan Sofi yang berada di pintu masuk kantornya langsung tersenyum sinis menatap
Yuna.
“Nunggu
dijemput Oom ya?” celetuk Lili.
Yuna
hanya melirik ke arah Lili dan terus berbicara di telepon dengan suaminya.
“Aku
udah keluar kantor. Kamu di mana?”
“Sebentar
lagi sampai,” jawab Yeriko.
Tiba-tiba,
Lamborghini berwarna biru berhenti tepat di depan Yuna.
Yuna
bergeming, ia tetap mengedarkan pandangannya. Menunggu mobil Land Rover putih
yang biasa menjemputnya.
Yeriko
langsung membuka kaca mobil dan tersenyum ke arah Yuna. “Nunggu taksi, Mbak?”
godanya.
Yuna
langsung menatap Yeriko. “Loh?” Ia menghampiri mobil Lamborghini tersebut.
“Taksi semewah ini, berapa tarifnya?” tanya Yuna menanggapi candaan Yeriko.
“Naik
taksi ini, bayarnya nggak pake uang.”
“Terus,
pake apa dong?” tanya Yuna sambil menatap wajah Yeriko.
Yeriko
langsung mengecup bibir Yuna. Membuat pipi Yuna menghangat.
Di
belakang Yuna, ada Lili dan Sofi yabg terperangah melihat Yeriko yang begitu
tampan dan elegan dengan mobil mewah bersamanya.
“Li,
itu suaminya Yuna? Ganteng banget!” celetuk Sofi.
“Heh!?
Jangan lupa sama misi kita!” sahut Lili sambil menyenggol lengan Sofi.
“Oh
iya.” Lili langsung mengeluarkan ponsel dan bersiap memotret Yuna dan suaminya.
“Ngapain?”
tanya Lili.
“Fotoin
Yuna.”
“Kalau
kayak gini, mana bisa kita pake buat jatuhin Yuna!”
“Terus?”
Lili
langsung menoyor kening Sofi. Ia terus memerhatikan cowok yang berada dalam
mobil Lamborghini tersebut.
Sementara
itu, Yuna masih mengajak Yeriko mengobrol dan belum juga beranjak pergi.
“Beruang,
kamu lihat dua cewek yang ada di pintu masuk itu?” tanya Yuna.
Yeriko
langsung melirik ke arah pintu masuk. “Iya. Kenapa?”
“Mereka
masih perhatiin kita?”
Yeriko
menganggukkan kepala.
“Iya.
Emang kenapa? Ada masalah sama mereka?”
Yuna
menggelengkan kepala. “Nggak ada sih. Cuma bingung aja, kenapa mereka masih
belum pergi juga.”
“Ya
udah sih. Kita pulang sekarang.”
“Tapi
... tunggu mereka pergi dulu!” pinta Yuna.
Yeriko
mengernyitkan dahi. “Emangnya ada apa?”
“Nanti
aku ceritain. Oh ya, mobil kamu ke mana? Ini mobil siapa yang kamu pake?” tanya
Yuna.
“Mobilku.
Yang kemarin udah aku jual. Pengen ganti mobil aja. Gimana? Kamu suka nggak?”
Yuna
tersenyum senang melihat mobil yang ada dipakai oleh Yeriko. “Keren!”
Yeriko
tersenyum. Ia membuka pintu mobil dan keluar. Yeriko berdiri tepat di depan
Yuna.
“Kita
harus gimana?” tanya Sofi pada Lili yang berdiri di sebelahnya.
“Bentar.
Kita samperin aja cowok itu dan tanyain langsung dia itu siapa.”
“Berani?”
“Berani
dong!” sahut Lili. Ia langsung menarik lengan Sofi dan mengajaknya
menghampiri Yuna dan Yeriko.
“Hai
...!” sapa Lili sambil tersenyum manis ke arah Yuna dan Yeriko.
Yeriko
hanya tersenyum kecil menanggapi sapaan dari Lili.
Sedangkan
Sofi tidak memiliki keberanian sedikit pun saat mendapati tatapan Yeriko yang
begitu dingin.
Yuna
juga ikut tersenyum menatap Lili dan Sofi.
“Ini
siapa, Yun? Kenalin dong ke kita!” pinta Lili sambil tersenyum ke arah Yeriko.
Yuna
membelalakkan mata begitu melihat raut wajah Lili. Ia merasa kalau Lili sangat
menyukai Yeriko dan membuatnya kesal. Ia langsung merapatkan tubuhnya ke tubuh
Yeriko dan merangkul lengannya begitu erat.
“Namaku
Lili, temen kerjanya Yuna.” Lili mengulurkan tangan ke arah Yeriko.
Yeriko
tersenyum dan membalas uluran tangan Lili. “Yeriko, suaminya Yuna.”
“Oh
... jadi, kamu beneran suaminya Yuna?”
Yeriko
menganggukkan kepala.
“Kenapa
kalian nggak terlihat seperti orang yang sudah menikah?” tanya LiLi.
“Maksud
kamu?”
Lili
tersenyum menatap Yeriko. “Aku nggak pernah lihat Yuna pakai cincin pernikahan.
Apa kalian sebenarnya belum menikah? Cuma kumpul kebo doang?”
“Jaga
mulutmu!” sentak Yeriko sambil menunjuk wajah Lili.
Lili
hanya tersenyum kecil. “Yah, Cuma dugaan doang. Atau ... jangan-jangan si Yuna
emang nggak mau kalo ada orang lain yang tahu dia udah menikah? Bukannya dia
masih muda banget. Bisa aja kan kamu dengan sengaja nyembunyikan cincin
pernikahan kamu supaya bisa cari mangsa baru?” cerocos Lili sambil menatap
Yuna.
“Jangan
sembarangan ya kalo ngomong!” sentak Yuna.
Lili
tersenyum kecil. Ia kembali menatap Yeriko. “Kamu harus hati-hati sama
perempuan kecil ini. Dia itu Cuma pembohong perasaan. Statusnya aja yang udah
bersuami. Tapi, masih suka aja godain cowok lain.”
“Kamu
jangan fitnah ya!” ancam Yuna. “Aku nggak pernah godain cowok manapun!”
tegasnya.
Lili
tersenyum sinis ke arah Yuna. “Kalo nggak godain, kenapa masih suka ketemu sama
Lian?”
Yuna
gelagapan mendengar pertanyaan Lili. “Jangan sembarangan ya kalo ngomong!”
“Aku
nggak sembarangan ya. Belli sendiri yang ngomong kalau kamu masih mau ngerebut
Lian.”
Yuna
tergelak mendengar ucapan Lili. “Aku sama sekali nggak tertarik sama Lian.
Jelas-jelas, masih lebih baik suamiku.”
Yeriko
tersenyun senang saat Yuna menatapnya penuh kehangatan.