“Harusnya,
pegawai kecil kayak kamu cukup tahu diri. Masuk ke tempat ini, bener-bener
nggak cocok.” Bellina menghampiri Yuna yang sedang berdiri seorang diri.
Yuna
hanya tersenyum kecil sambil menggoyang-goyangkan gelas minumnya.
Di
belakang mereka, ada Amara yang terlihat sangat angkuh dan elegan. Ia bisa
mendengar semua pembicaraan Yuna dan Bellina, namun tidak begitu memperdulikan.
“Yeriko
itu bukan pria sembarangan. Dia nggak mungkin mau menikah sama kamu kalau kamu
bukan wanita penggoda. Apa yang diharepin sama cewek miskin kayak kamu kalau
bukan kekayaan Yeriko?”
Yuna
tersenyum sinis ke arah Bellina.”Harusnya kamu ngomong kayak gitu sama diri
kamu sendiri!”
Bellina
tersenyum ke arah Yuna. “Aku? Aku bukan cewek miskin kayak kamu. Aku sama Lian,
kami sederajat. Sedangkan kamu? Cuma itik kampung yang pengen jadi angsa. Kamu
pikir, kamu kelihatan cantik pakai gaun kayak gini?” Bellina menarik gaun Yuna.
Yeriko
langsung datang menghampiri Yuna. Ia melindungi tubuh Yuna dari cengkeraman
Bellina. “Jangan ganggu istriku!” sentak Yeriko sambil menatap kesal ke arah
Bellina.
“Aku
nggak ganggu dia. Jelas-jelas dia yang mengganggu banget. Sampah kecil kayak
gini, nggak seharusnya ada di tempat ini,” sahut Bellina.
Amara
yang ada di belakang Bellina melangkah maju dan ikut mencibir Yuna. “Oh ...
ternyata istri kamu ini cuma orang miskin yang nggak punya bisnis sama sekali?
Nggak malu ambil dia jadi istri?”
Yeriko
menatap tajam ke arah Bellina dan Amara. Ia tidak mengucapkan apa pun. Namun,
dari raut wajah dan tatapan yang dingin. Membuat Bellina dan Amara ketakutan.
“Kalian
nggak punya hak sama sekali menentukan siapa yang pantas jadi istriku!” tegas
Yeriko. Ia meraih lengan Yuna dan membawa istrinya meninggalkan dua wanita yang
telah menyerang istrinya itu.
Bellina
sangat kesal dengan kehadiran Yuna dalam acara tersebut. Di dalam hatinya,
masih ada dendam yang membara. Melihat Yuna lebih unggul darinya, ia merasa
sangat khawatir kalau Lian akan kembali ke sisi Yuna.
Bellina
melangkahkan kakinya mendekati meja dan minum beberapa gelas wine. Ia merasa
hatinya sangat kesal dan membuatnya menenggak beberapa gelas wine yang ada di
depannya.
Lian
yang melihat Bellina minum banyak, langsung menghampiri Bellina. “Kenapa minum
banyak banget?”
Bellina
menjatuhkan kepalanya ke dada Lian dan menangis tersedu.
“Kenapa?”
tanya Lian.
“Sayang,
kamu tahu kan kalau Yuna nggak pernah suka sama hubungan kita. Dia habis
maki-maki aku habis-habisan. Padahal, aku Cuma mau ngucapin selamat ke dia.”
“Sudahlah.
Suatu hari, dia pasti bisa menerima aku jadi kakak iparnya dengan baik,” sahut
Lian sambil menatap tubuh Yuna yang sedang bersama Yeriko dengan rekan-rekan
bisnisnya.
Lian
terus menatap Yuna yang terlihat sangat cantik dengan gaun dan make up yang ia
kenakan. Matanya hampir tak berkedip dan terus mengikuti setiap gerak-gerik
Yuna secara diam-diam.
Bellina
menyadari sikap Lian yang masih memerhatikan Yuna diam-diam. Ia merasa, Yuna
mulai menjadi ancaman bagi hubungannya dengan Lian. Ia sangat khawatir, bukan
hanya khawatir, ia juga sangat takut kehilangan Lian.
Sementara,
di seberang sana terlihat Yuna dan Yeriko sedang berbincang asyik Lutfi.
“Kakak
Ipar, kamu cantik banget hari ini,” puji Lutfi.
Yeriko
tersenyum dan langsung menarik tubuh Yuna ke dalam dekapannya. “Gimana? Serasi
kan?”
Lutfi
manggut-manggut menanggapi pertanyaan Yeriko. “Nggak nyangka kalau bakal dapet
kakak ipar secantik ini,” lanjut Lutfi.
Yeriko
tertawa kecil melihat Lutfi.
“Eh,
itu tunangannya Chandra?” tanya Yuna sambil menatap Chandra yang sedang bersama
dengan Amara.
Yeriko
dan Lutfi menganggukkan kepala. “Kenapa?”
“Cantik
banget!” puji Yuna tanpa berkedip menatap Amara. “Tapi ...” Yuna menundukkan
kepala, mengingat kejadian yang terjadi beberapa menit lalu saat ia dan Bellina
sedang berdebat.
“Nggak
usah dipikirkan! Sifatnya dia memang seperti itu,” tutur Yeriko.
“Hah!?
Kenapa? Dia nindas Kakak Ipar?” tanya Lutfi.
Yuna
menggelengkan kepala sambil tersenyum.
“Hmm
... dia memang cantik dan kaya. Tapi ... sifatnya nggak begitu baik. Aku masih
nggak ngerti kenapa Chandra bisa tergila-gila sama perempuan kayak gitu,”
celetuk Lutfi.
Yeriko
langsung menepuk lengan Lutfi sambil mengerdipkan matanya.
Lutfi
meringis. “Kakak Ipar, kamu tahu nggak kenapa banyak pria kaya suka sama cewek
cantik daripada cewek pintar?”
Yuna
mengerutkan kening dan menggelengkan kepala.
“Karena
... cewek cantik bisa diajak bersenang-senang. Hahaha. Tapi, lebih beruntung
lagi kalau bisa dapetin cewek cantik dan pintar.”
Yuna
tertawa kecil menanggapi ucapan Lutfi. Ia tidak mengerti kenapa Lutfi tiba-tiba
mengatakan hal seperti itu.
“Kakak
Ipar, kamu lebih suka cowok yang serius atau lucu?”
“Hmm
... yang lucu.”
“Kenapa?”
“Asyik
aja. Pasti nggak pernah kesepian.”
“Gimana
dengan dia?” tanya Lutfi sambil menunjuk Yeriko dengan dagunya.
Yuna
langsung menatap Yeriko. “Dia pria yang serius. Sangat membosankan!” bisik Yuna
sambil menahan tawa.
“Hmm
...” Yeriko hanya berdeham mendengar candaan Yuna dan Lutfi.
Lutfi
tertawa kecil melihat wajah Yeriko yang masih begitu serius. “Kakak Ipar, kamu
tahu kalau Yeriko nggak pernah pacaran. Sampai-sampai, dia harus dicarikan
jodoh sama kakeknya. Siapa sangka, dia malah milih kamu. Kamu pasti orang yang
spesial. Kamu mau dengar nggak cerita lucu waktu Yeriko dijodohin sama
cewek-cewek cantik pilihan kakeknya?”
“Oh
ya?” Wajah Yuna terlihat sangat berbinar dan antusias mendengar cerita dari
Lutfi. “Ceritain dong!” pintanya sambil melirik Yeriko.
“Ada
cewek yang tiba-tiba ditaruh di pesawat waktu perjalanan ke London. Cewek itu
agresif banget. Yeriko mau lari tapi nggak bisa ke mana-mana. Jalan
satu-satunya cuma lompat dari dalam pesawat. Dia bener-bener bikin kegaduhan di
dalam pesawat. Hahaha.”
Yuna
tergelak mendengar cerita Lutfi. “Loh? Bukannya dia bos. Harusnya di kelas
bisnis kan? Kenapa bisa ada cewek bisa deketin?”
“Kan
udah diatur sama Kakek,” sahut Lutfi tak bisa menahan tawanya.
Yuna
tertawa kecil. “Nggak nyangka ya kalau kamu juga bisa bertingkah konyol dan
memalukan. Aku pikir ...” Yuna menatap wajah Yeriko yang mengunci rapat-rapat
bibirnya sembari mengangkat dagu.
Lutfi
menggaruk kepalanya yang tidak gatal menghadapi tatapan tajam Yeriko yang
hampir menyayat lehernya. “Mmh ... Kakak Ipar, aku ke sana dulu ya!” pamitnya
sambil membalikkan tubuhnya perlahan.
“Mau
ke mana?” tanya Yeriko menahan langkah Lutfi.
Lutfi
menelan ludah mendengar pertanyaan Yeriko.
“Sudahlah!
Jangan marah!” pinta Yuna sambil menatap Yeriko. “Aku nggak akan bergosip ke
mana-mana, kok.”
Lutfi
tersenyum sambil berbalik menatap Yuna dan Yeriko. “Aha, bener banget! Nggak
ada orang lain yang tahu cerita ini kecuali aku, Chandra dan Kakak Ipar.”
Yuna
tertawa kecil. “Gimana dengan orang lain yang ada di pesawat itu?”
Lutfi
tertawa kembali. “Iya juga ya?”
“Lut,
itu ada Mr. David!” Yeriko menunjuk seorang pria berwajah eropa. Ia langsung
menarik Lutfi menghampiri orang tersebut.
Yuna
tersenyum, ia memilih untuk mencicipi beberapa makanan yang terhidang di atas
meja. Memberikan kesempatan pada Yeriko untuk berbincang dengan banyak pebisnis
lainnya.