Wednesday, March 13, 2019

Kopiku Sendiri


Kopiku Sendiri

freephotocc


Kopiku
Masih hangat
Kusesap sendiri berteman sepi
Secangkir saja
Sunyi

Kopiku sendiri
Satu cangkir di meja sudut ruang
Tak berdenting bertemu cangkir yang lain
Tak bersapa dengan kopi yang lain

Di seberang meja
Kopi-kopi riuh penuh canda tawa
Cangkir-cangkir berdenting saling menyapa
Tawa bahagia dari penikmatnya

Kutatap kursi kayu di depanku
Kosong ...
Tak ada senyum penikmat kopi menemani
Aku tersenyum pada diri sendiri
Aku tertawa untuk diriku sendiri

Kopiku sendiri.
Sama dengan jiwaku

Menanti hadirmu
Sendiri!

~Rin Muna~
Kalimantan Timur, 16 Oktober 2018

TSUNAMI


Tsunami
Bumi bergetar
Merangkak memeluk alam
Dalam derap langkah dan jeritan
Luka menghampiri tanpa bisa dihindarkan

Bumi berguncang
Merayap-rayap aspal jalanan
Tanah penghisap angkara merekah

Bumi bergoyang
Gedung tinggi runtuh
Rumah-rumah runtuh
Jalan-jalan jatuh meluruh

Lautan menjerit layaknya bocah tantrum
Sulit hentikan riakannya
Sulit hentikan tangisannya

Pecah...!
Buyar...!
Tumpah...!

Melahap semua yang ada di hadapannya
Tanpa ampun...
Tanpa permisi...
Semua hancur, semua melebur

Apa yang telah dibangun dengan keindahan dan kebahagiaan
Kini raib ... menyisakan air mata tanpa kata-kata

Tsunami ... namamu begitu indah kala kau damai dalam pembaringan
Tsunami ... namamu begitu menakutkan kala kau menjerit tanpa bisa dihentikan

Kaulah alam yang memarah, yang memeluk alam dalam tangisan
Lalu kau tumpahkan tanpa peringatan
Banyak nyawa kau rebut atas nama Tuhan
Hadirmu adalah peringatan
Agar manusia ingat pada siapa yang menciptakan.


-Rin Muna-
Kalimantan Timur, 29 September 2018
Turut Berduka cita atas Tsunami Palu, 28 Septermber 2018

Fatamorgana Rasa


Fatamorgana Rasa


Peticasso

Kau rengkuh aku ke dalam kata tanpa jeda
Kau tarik aku ke dalam palung kata tanpa raga
Kau sentuh aku dengan rasa cinta berbalut ukiran kata

Lihatlah aku ...!
Aku kagumimu bagai mentari yang mengajarkan kehangatan
Aku kagumimu bagai lembayung senja yang mengajarkan kasih sayang
Aku kagumimu bagai rintik hujan yang mengajarkan kebahagiaan
Aku kagumimu bagai pelangi yang mengajarkan keindahan

Lihatlah aku ...!
Aku kini pilu dalam derap langkahku
Aku kini ngilu dalam sanubari hatiku
Aku kini bisu dalam setiap hariku

Tak bisakah kau hadir abadi dalam hatiku?
Tak sekedar fatamorgana yang mengusik rasa

Tak bisakah kau hadir abadi dalam diriku?
Tak sekedar fatamorgana yang mengusik jiwa

Tak bisakah kau hadir abadi dalam hari-hariku?
Tak sekedar fatamorgana yang mengusik asa

Aku ... tetap mencintaimu dalam anganku
Walau di hatiku bersemayam pilu
Walau di hariku berselimut pilu
Kamu ... tetap kekaguman terindahku ...

~Rin Muna~
Kalimantan Timur, 22 September 2018

Poskamling Cinta


Poskamling Cinta
Halbtonfoto

Aw ...!
Aku mengaduh saat jemari tanganmu mendarat di pundakku
Mengusir nyamuk yang asyik mengisi perut

Malam, kelam, sepi
Dan aku masih duduk di poskamling

Poskamling jadi saksi bisu cerita kita
Poskamling jadi saksi bisu cinta kita
Saat kau jaga hatiku dalam dekapmu
Saat kau jaga hatiku dari badai yang menerpa

Kau tahu?
Setiap malam aku rela biarkan dingin angin menusuk kulitku
Demi bisa menyaksikan indahnya bintang bersamamu
Di poskamling cinta kita

Kau tahu?
Setiap malam aku rela datang ke poskamling
Dengan teko panas berisi kopi
Untuk mengenang cerita kita yang kini tiada

Kau jaga banyak orang agar tetap aman dan nyaman menikmati mimpi
Namun kau lupa menjaga hatimu sendiri
Hingga kau biarkan hatimu terenggut begitu saja
Bahkan kau tak pernah peduli
Darah yang kukorbankan demi menjaga hatimu itu

Kau pergi bersamanya
Menyisakan luka tiada tara
Hanya poskamling saksi sejarah cerita kita
Walau luka, namun tak kan pernah ku lupa

~Rin Muna~
Kalimantan Timur, 22 September 2018

Puisi | Aroma Surgawi



Aroma Surgawi

[nosheep]

Kubasuh setiap peluh yang menetes dari kulit keriputmu
Kubasuh setiap kain yang membalut tubuh rentamu
Kuhirup aroma surgawi yang kata orang... itu pesing
Kuhirup aroma surgawi yang kata orang... itu bau
Kuhirup aroma surgawi yang kata orang... itu risih

Setiap hari kubasuh kakimu yang tak lagi wangi
Setap hari kubasuh lenganmu yang tak lagi kuat
Setiap hari kubasuh rambutmu yang telah rontok dan memutih

Aku suka aroma kakimu
Kata orang... seperti aroma keong yang telah membangkai
Tapi bagiku, kakimu adalah aroma surga yang ingin kuciumi setiap waktu

Aku suka aroma rambutmu
Kata orang... seperti aroma kain yang terendam air ratusan hari
Tapi bagiku, rambutmu adalah aroma surga yang ingin kusentuh setiap hari

Aku suka aroma tubuhmu
Kata orang... seperti kerbau yang bermandi lumpur
Tapi bagiku, tubuhmu adalah wangi kasturi surgawi

Ibu...
Kini kau tak wangi lagi
Kini kau tak muda lagi
Kini kau tak menarik lagi
Tapi... dalam dirimu aku cium aroma surgawi

Izinkan aku menciumi bau kaki ini
Izinkan aku menghirup aroma tubuh ini
Aku ingin mendekapmu dalam bahagia
Hingga waktu itu tiba
Bersama menikmati aroma taman surgawi
Di alam yang kekal nan abadi

Kalimantan Timur, 17 September 2018

[Puisi] IBU - Budiman Adi Yaksa | Taman Bacaan Bunga Kertas



PublicDomainPictures

Ibu ...
Kaulah wanita yang mulia
Derajatmu jauh lebih tinggi dibanding ayah yang kusayang
Kau mengandung,
melahirkan,
menyusui,
mengasuh dan merawat kami
Hingga putra-putrimu menjadi dewasa

Ibu ... 
Rautan kasih sayang di setiap insan
Matahari alam sebagai perumpamaan dunia dan isinya

Belumlah nepa dan sebagai balasan ibumu
Doanya terkabulkan, keramat di dunia kutukannya

Jadi, jangan coba durhaka kepada Ibu
Surganya Allah ada di bawah telapak kaki ibumu.
Ridhonya ibumu, ridhonya Allah.

Wahai anak-anak, janganlah menjadi durhaka pada ibumu ...!



Karya : Budiman Adi Yaksa (Taman Bacaan Bunga Kertas)
Samboja, 23 Februari 2019

Tuesday, March 12, 2019

Cerpen | Menanti Hadirmu

StockSnap

Tiba-tiba saja aku merasa hari ini waktu berjalan lebih lambat dari biasanya. Ada hal yang ingin aku lewatkan dengan cepat. Aku ingin hari ini cepat berakhir, supaya aku bisa lihat hari esokku seperti apa. Masih sama kah dengan hari ini?

Waktu terasa berjalan lambat, mungkin karena aku sedang menunggu sesuatu. Bukan sesuatu, lebih tepatnya seseorang. Aku sedang menunggu seseorang hadir dalam hari-hariku. Orang yang pernah istimewa mengisi hari-hariku. Katanya, besok dia akan tiba di Bandara. Aku sudah tidak sabar menunggu esok akan datang. Dan karena rasa tidak sabarku lah yang membuat waktu seolah-olah berjalan lambat. Bahkan aku memaki jarum jam yang tak segera beranjak dari tempatnya.

"Lun, kamu nunggu siapa?" Mama membuyarkan lamunanku saat aku melamun di antara bingkai jendela rumahku.
"Nunggu Ariel, Ma."
"Dia mau datang?"
Aku menganggukkan kepala.
"Hari ini?"
Aku menggeleng.
"Terus kapan?"
"Besok."
"Oh. Kalau begitu, bantu Mama bikin kue, yuk!" ajak Mama.
Aku membalikkan tubuhku dan melihat Mama tersenyum ke arahku. Ia tak bergerak sedikit pun sampai aku benar-benar melangkahkan kakiku ke arahnya.

Mama senang sekali membuat kue. Hampir setiap hari ia membuat kue untuk adik-adikku. Terlebih lagi dia tahu kalau Ariel akan datang setelah 5 tahun ia menetap di Birmingham untuk melanjutkan studinya.
Kali ini aku lebih bersemangat membantu Mama membuat kue. Setidaknya, ada yang aku suguhkan ketika Ariel berkunjung ke rumah.
"Kamu tidak jemput dia di Bandara?" tanya Mama.
Aku menggelengkan kepala. "Sudah ada keluarganya yang menjemput."
Mama mengangguk-anggukkan kepala dan kami melanjutkan membuat kue kering hingga matang.

***

Keesokan harinya ...
Aku masih duduk di teras rumah sambil memandangi rintik hujan yang menghiasi pagi. Tanganku tak henti memutar-mutar ponsel. Duduk, berdiri, duduk, berdiri, mondar-mandir, duduk lagi. Aku bingung harus berbuat apa. Harusnya Ariel sudah datang ke rumah jam segini. Tapi, ponselnya belum juga bisa dihubungi.

Satu jam
Dua jam
Tiga jam

Aku masih mondar-mandir penuh kecemasan. Saat matahari mulai tenggelam, kecemasanku semakin tinggi. Membuat pikiranku semakin tak karuan. Harusnya Ariel sudah bisa menghubungiku. Kalau sesuai jadwal, pesawat yang ditumpangi Ariel sudah sampai pagi tadi. Tapi sampai sore hari, Ariel tak juga bisa dihubungi.

Perasaanku semakin kacau. Aku takut terjadi apa-apa dengan Ariel. Secepatnya aku berlari dan menyalakan televisi. Siapa tahu ada berita tentang ...??? Ah! Tidak seharusnya aku berpikir seperti ini. Rasa takut itu belum hilang. Kejadian sepuluh tahun silam yang merenggut nyawa pacarku, terus terbayang di pelupuk mata. Bagaimana kalau yang terjadi pada Azka juga terjadi pada Ariel?

Aku terus menggigiti jariku, tubuhku terasa mengigil tiba-tiba dan aku tidak mampu mengendalikannya.
"Luna ...!" Mama tiba-tiba memeluk erat tubuhku agar aku tenang. Ia mematikan televisi dan memapahku masuk ke dalam kamar. 
Aku berbaring di atas kasur, memandang wajah Mama yang terlihat cemas.
"Kamu nggak papa?" Mama mengusap anak rambutku perlahan.
Aku mengangguk perlahan. Aku memang belum benar-benar sembuh. Setiap kali melihat televisi, bayangan luka masa lalu itu kembali hadir dan membuatku tidak mampu mengendalikan diriku sendiri. Terkadang aku tidak sadar dengan apa yang aku lakukan.
"Ariel nggak datang, Ma."
"Mungkin dia masih sibuk dengan keluarganya. Besok kita ke rumahnya ya!" Mama meyakinkanku kali ini agar aku tetap tenang.

Keesokan harinya, Mama mengantarkan aku berkunjung ke rumah Ariel. Namun, tak ada satu orang pun yang bisa kutemui. Bahkan, menurut penuturan tetangga sekitar, rumah keluarga Ariel sudah dijual sejak 1 tahun yang lalu. Sebuah kenyataan yang aku sendiri tidak mengetahuinya. Yang aku tahu, keluarga Ariel adalah pengusaha. Aku memang tidak terlalu dekat dengan keluarganya. Aku hanya sesekali berkunjung jika memang Ariel mengajakku. Selebihnya, aku sama sekali tidak mengunjungi kedua orang tuanya. Bahkan aku tidak pernah menjali silaturahmi via telepon. Aku merasa belum pantas masuk ke keluarga Ariel. Sebab hubungan kami hanya sebatas pacar.

Riel, aku sudah menunggu kamu bertahun-tahun dan kenapa harus berakhir seperti ini?
Riel, aku sudah tidak tahu harus mencarimu ke mana lagi.
Jika memang semuanya ingin kamu akhiri, kenapa tidak bicara baik-baik?


Aku menyandarkan tubuhku di sofa sepulang dari rumah Ariel yang kini kosong. Sama seperti hatiku yang kini juga kosong.
Aku menatap langit-langit sembari berpikir bagaimana caranya agar aku bisa menghubungi Ariel.
Aku merogoh ponsel yang aku selipkan di tasku. Mengusap setiap aplikasi yang ada di dalamnya. Aku membuka beberapa sosial media yang kemungkinan bisa menyambung komunikasiku dengan Ariel. Namun, tiba-tiba semuanya menghilang. Aku tidak bisa menemukan akun Ariel satu pun.
Aku di blokir tanpa alasan yang aku tidak mengerti.
Seminggu yang lalu, dia masih menelepon dan mengirim chat seperti biasa. Kami bercerita dengan mesra tanpa ada masalah. Kenapa tiba-tiba dia menghilang begitu saja?
Aku menghela napas kembali, mencoba menenangkan hati yang semakin tidak karuan.
Aku belum siap kehilangan lagi. Aku belum siap ... belum siap!

Seminggu berlalu ...
Aku belum juga mendapatkan kabar tentang Ariel. Bahkan sahabat-sahabat terdekatnya juga tidak ada yang bisa memberikan keterangan di mana Ariel berada.

Sebulan berlalu ...
Aku masih juga belum mendapat kabar tentang Ariel.
Aku mulai menyerah. Air mataku tak henti mengalir. Apa aku benar-benar akan kehilangan Ariel?
Seharusnya tidak berakhir seperti ini. Aku tidak ingin hubunganku kembali berakhir seperti hubunganku dengan Azka dahulu. Azka pergi tanpa pesan. Kecelakaan pesawat sepuluh tahun lalu telah merenggut nyawanya. Aku terluka ... sangat terpukul.
Dan kini aku harus menghadapi kenyataan kalau Ariel juga meninggalkan aku tanpa kata-kata. Tanpa aku tahu sebabnya. Dia pergi entah ke mana. Ke tempat yang tidak aku tahu sama sekali.

Aku akan tetap sabar menanti ... sampai kamu datang dan berkata, "Berhentilah menunggu!"


Ditulis oleh Rin Muna
12 Maret 2019

Ajak Anak Jalan-Jalan ke Pantai Pemedas [Hari Libur Tahun Baru Saka 1941]

Dok.Pri


Hai temen-temen ...!
Hari kamis kemarin, tanggal 07 Maret 2019 adalah Hari Libur karena merupakan perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941.
Karena kita nggak ikut perayaan Hari Raya Nyepi dan ayahnya Livia libur kerja. Akhirnya kita jalan-jalan ke Pantai Pemedas deh.

Pantai memang salah satu tempat liburan paling murah dan paling dekat. Mengingat wilayah Samboja merupakan wilayah pesisir yang dikelilingi banyak pantai. Tinggal pilih aja deh mau ke pantai yang mana. Kali ini kami memilih Pantai Pemedas karena berangkatnya sudah siang alias abis Sholat Dzuhur.

Awalnya, Mas Tony memang sudah mengajak ke Pantai dari hari-hari sebelumnya. Makanya, anak-anak langsung nagih waktu mereka tahu sekolah lagi libur.
Jadi, kita memanfaatkan Hari Libur ini untuk jalan-jalan ke Pantai.

Sesampainya di Pantai, kami langsung makan terlebih dahulu. Karena Mas Abqar belum makan dari rumah. Jadi, Mbahnya spesial bungkusin nasi supaya nggak usah jajan macem-macem karena perut udah kenyang makan nasi. Yah, salah satunya biar hemat budget juga. Hihihi...

Di Pantai mereka seneng banget! Berenang sampai sore. Diajak pulang susah banget karena udah asyik main di air laut.
Aku sendiri memilih duduk-duduk di atas tikar yang kami sewa atau berbaring di atas hammock yang dibawa oleh adikku. Karena aku tidak begitu suka berenang di pantai. Pantai di sini airnya nggak jernih dan sedikit [jorok] karena aku menemukan ada diapers baby yang terombang-ambing di tepi pantai. Seringkali aku mendapati seperti itu yang membuat aku rada ogah masuk ke air laut. Aku mending jagain tas dan barang-barang mereka saja. 

Aku baru mau masuk ke air laut kalau kondisinya memang bersih dari sampah-sampah terutama sampah diapers baby.
Memang di daerah sini, tempat-tempat wisata kurang diperhatikan soal kebersihannya. Salah satunya juga karena pengunjung yang nggak mau buang sampah di tempatnya. Padahal, di pantai ini sudah disediakan tempat sampah yang banyak dan mudah untuk kita temui setiap kita melangkah beberapa meter. Hanya saja, kesadaran pengunjungnya yang kurang sehingga masih ada sampah-sampah berserakan. Yah, walaupun nggak sebanyak di Pantai Tanjung yang aku kunjungi beberapa waktu lalu. Sebenarnya, Pantai Tanjung dan Pantai Pemedas lokasinya masih berdekatan.

Namun, Pantai Pemedas lebih banyak diminati karena ada banyak permainan atau wahana. Pantainya juga lebih bersih dan rapi. Pohon-pohon pinus tidak terlalu jauh dari pantai sehingga bisa berteduh dengan mudahnya. Kalau mau cari jajanan juga nggak jauh. Semuanya sudah tersedia dan berjejar rapi. Salah satu alasan adikku menyukai pantai ini adalah, cari jajannya nggak jauh. Emang dasar, kalau dia mah demennya makan mulu. Aku sendiri suka tempat ini karena rindang dan dekat dengan air laut. Jadi, bisa jagain anak-anak berenang sambil berteduh. Nggak perlu panas-panasan.

Akses jalan di sini juga sangat mudah. Pantai ini terletak di tepi jalan Provinsi yang menghubungkan Balikpapan-Samboja-Handil-Samarinda. Kamu nggak bakal kesulitan menemukan pantai yang satu ini. Sambil lewat pun sudah kelihatan, kok.

Tiket masuk ke tempat ini juga murah. 

Yah ... harapannya tempat-tempat wisata seperti ini bisa dikelola lebih baik lagi supaya nggak kalah sama destinasi wisata di daerah-daerah lain yang keren-keren. Terutama soal kebersihan tempatnya. Buatku, menjaga kebersihan tempat wisata itu sangat penting. Bukan cuma tugas petugas di sana saja, tapi juga menjadi tugas kita semua.

Buat temen-temen yang demen liburan, mari kita jaga kebersihan tempat-tempat wisata supaya tetap bersih, indah dan lestari.

Oke, sampai di sini aja ya liburan kali ini. Semoga nanti kita bisa main lagi ke sini di hari libur berikutnya. Semoga di liburan berikutnya, tempat ini sudah menjadi lebih baik lagi.


Salam hangat,

Rin Muna and Family

Bye ... Bye ...!


Monday, March 11, 2019

Indonesia Tanpa Pacaran Itu Keren!

Source: Facebook Indonesia Tanpa Pacaran

Hai temen-temen ...!
Selamat malam..!
Semoga hari kalian selalu menyenangkan ya!

Oh ya, hari ini aku dapet tantangan clue dari seorang blogger dan anak muda berbakat yang nggak bisa diragukan lagi deh prestasi dan karya-karyanya. Siapa ya? Hmm.. ini nih dia si Gigip Andreas, salah satu teman penulis yang namanya tersemat di template blog aku. Tema syantik yang ada di blog aku ini adalah buatannya dia. Selain cerdas dan bijak, dia juga baik hati. Buktinya dia bikinin aku template blog yang bagus banget.
Sebenarnya masih pengen dibikinin template buat taman baca aku. Tapi entar dibilang ngelunjak. Hahaha... It's ok. Enough! Lebih dari cukup dan aku berterima kasih banget karena blog aku sudah dibikin cantik kayak begini. Sayang banget kan kalau masih aku anggurin. Jadi, aku harus semangat nulis di blog ini biar si Gigip juga semangat menebar kebaikan ke mana-mana. Hehehe ...

Hari ini aku dapet clue : Indonesia Tanpa Pacaran.

Pas clue ini muncul, entah kenapa aku malah senyum-senyum dan cekikian sendiri. Karena apa? Aku sendiri pun nggak paham. Cuma ngebayangin gimana jadinya remaja-remaja Indonesia hidup tanpa pacaran. Pastinya pada nggak mau. Kalau sampai bisa Indonesia Tanpa Pacaran. Sudah pasti generasi-generasi muda Indonesia adalah generasi yang memiliki kualitas hidup yang tinggi. Secara, pacaran itu salah satu faktor yang bikin nilai ulangan jadi jeblok. Iya nggak sih? Ada yang pernah mengalaminya? Atau sekedar lihat teman-teman yang lagi jatuh cinta dan kadang ngelakuin hal-hal nggak masuk akal demi pacar.

Misalnya gini ... waktu kamu lagi fokus mau belajar Matematika buat ulangan minggu depan. Eh!? Tiba-tiba pacar kamu ngajak kamu jalan-jalan, makan, nonton dan ngabisin waktu buat ngerangkai kata-kata romantis supaya bisa dibilang anak kekinian. Eladalah ... padahal kamu harusnya lagi ngerangkai rumus Matematika buat masa depan kamu 10 tahun ke depan.

Kadang memang sulit dipahami, kenapa jatuh cinta itu kadang bikin kita buta. Kayaknya mata di kepala udah bener-bener pindah ke kaki sampai nggak bisa bedain mana kesenangan sesaat dan mana kesenangan untuk masa depan. Yang lebih parahnya lagi, banyak yang MBA alias Maried Baby Accident di masa-masa yang seharusnya kita lagi produktif-produktifnya berkarya.

Bisa jadi, yang ngasih clue ini juga salah satu tipe anak muda yang nggak demen pacaran. Bisa dilihat kok kalo dia produktif banget berkarya dan semuanya berkualitas. Pasti pikirannya nggak pernah terganggu sama yang namanya pacar atau cinta. Iya, nggak sih, Gip?

Pastinya sangat jauh berbeda dengan anak-anak muda yang udah demen pacaran. Kadang aku juga nggak paham. Ngabisin waktu banyak bahkan ngabisin duit banyak buat traktir si doi atau buat beliin hadiah-hadiah biar si doi makin cinta sama kamu. Tapi, hubungan pacaran itu nggak lama. Malah si doi ujung-ujungnya nikah sama yang lain. Kerasa banget kan kalo kita lagi jagain dan bahagiain jodohnya orang?

Saat anak-anak muda memilih untuk tidak berpacaran, maka ia sudah menjaga banyak hal dalam hidupnya.
Pertama, mereka jauh dari pergaulan bebas karena selalu menjaga dirinya untuk berada di tempat-tempat yang positif.
Kedua, mereka selalu berprestasi di sekolah maupun di masyarakat umum.
Ketiga, mereka selalu produktif berkarya sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing.
Keempat, mereka selalu menginspirasi banyak orang untuk sukses di usia muda.
Kelima, mereka menjadi generasi cerdas yang tidak mudah terprovokasi.
Keenam, mereka selalu mencintai dan menghargai apa yang sudah mereka punya [keluarga, sahabat, impian dan dunia sekitarnya]
Ketujuh, kedelapan dan seterusnya silakan ditambahi sendiri. Hehehe...

Yang jelas, Indonesia Tanpa Pacaran akan menciptakan generasi-generasi muda yang berprestasi dan berdaya saing tinggi secara ekonomi mau pun intelektual. Karena, dengan begitu anak-anak generasi muda akan lebih fokus meningkatkan kualitas dirinya untuk bersaing secara nasional mau pun internasional.
Lebih baik meningkatkan kualitas diri terlebih dahulu supaya dikemudian hari juga mendapatkan jodoh yang berkualitas. So, nggak usah bingung, malu atau takut kalau sampai hari ini kamu masih menyandang status sebagai jomlo. Karena dengan jomlo kamu bisa terus berkarya tanpa batas, bisa terus berjalan bebas tanpa ada yang menarik-narik kamu ngajak jalan ke tempat lain yang bukan tujuan utama hidup kamu. Harusnya bangga menjadi seorang jomlo. Jomlo yang selalu produktif dan terus berkarya.

Indonesia Tanpa Pacaran itu keren!
Indonesia bisa lebih kreatif, innovatif, dan produktif dalam berkarya.

Buat yang masih jomlo, nggak usah pusing cuma karena nggak punya teman buat makan bakso di pinggir jalan waktu malam minggu. Kamu punya keluarga yang jelas menyayangimu lebih dari seorang pacar, kamu hanya butuh bersyukur sama apa yang udah kamu punya.

Terima kasih untuk clue yang amazing ini.
Dan aku nggak nyangka kalau clue ini justru keluar dari seorang anak muda berbakat yang seharusnya lagi demen-demennya pacaran. Ini malah pengen Indonesia Tanpa Pacaran.
Semoga saja clue ini bisa menjadi sebuah gerakan besar anak-anak muda Indonesia dalam meraih prestasi dan meningkatkan kualitas intelektualnya juga kualitas ekonominya. Seperti yang sudah dicetuskan oleh La Ode Munafar pada tahun 2015. Semoga seluruh generasi muda di Indonesia tidak lagi merasa hatinya panas hanya karena menyandang status jomlo.

Terima kasih.
Cukup sampai di sini dulu tulisan dari aku.
Minta tolong dikoreksi kalau memang ada yang salah.
Karena ini sudah malam, aku pamit tidur terlebih dahulu.
Aku sudah lumayan mengantuk sejak aku menulis kalimat awal dari tulisan ini. Tapi, aku harus bisa menyelesaikannya supaya aku bisa tetap produktif berkarya walau aku tak lagi muda.



Salam hangat,


Rin Muna
Samboja, 11 Maret 2019, 21:44 WITA

Puisi | TLENIS [Sebelum Gerimis]

tonixjesse


Satu tetes ...
Jatuh di atas telapak tanganku
Terjeda oleh cerita

Dua tetes
Jatuh di atas satu helai rambutku
Terjeda oleh kisah kita

Tiga tetes
Jatuh di atas pangkuanku
Terjeda oleh kata-kata

Dia hadir tuk basahi relung jiwa
Sebelum gerimis menyentuh kalbu yang sepi
Sebelum gerimis menyapa nadi yang sendiri

Tlenis ...
Satu demi satu tetesan jatuh dari langit
Berusaha basuh jiwa-jiwa yang gersang
Namun belum mampu menyejukkan
Hingga gerimis ikut menyapa
Hingga hujan ikut menyertai
Hingga badai ikut mengukir kenangan

Tlenis mengajarkan cerita hidup penuh makna
Bahwa kita hadir tak langsung menjadi besar
Bahwa kita ada tidak terlahir dari badai
Kita terlahir seperti tlenis
Sebelum tercipta gerimis kemudian hujan lalu badai
Menetes-netes bersama angin yang melambai
Mengajak kita merangkai cerita bersama
Di bawah payung-payung dalam kaki-kaki yang tergenang untuk dikenang



Ditulis oleh Rin Muna
Samboja. 11 Maret 2018
Bersama alunan tlenis yang berubah menjadi gerimis


Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas