Wednesday, March 13, 2019

Fatamorgana Rasa


Fatamorgana Rasa


Peticasso

Kau rengkuh aku ke dalam kata tanpa jeda
Kau tarik aku ke dalam palung kata tanpa raga
Kau sentuh aku dengan rasa cinta berbalut ukiran kata

Lihatlah aku ...!
Aku kagumimu bagai mentari yang mengajarkan kehangatan
Aku kagumimu bagai lembayung senja yang mengajarkan kasih sayang
Aku kagumimu bagai rintik hujan yang mengajarkan kebahagiaan
Aku kagumimu bagai pelangi yang mengajarkan keindahan

Lihatlah aku ...!
Aku kini pilu dalam derap langkahku
Aku kini ngilu dalam sanubari hatiku
Aku kini bisu dalam setiap hariku

Tak bisakah kau hadir abadi dalam hatiku?
Tak sekedar fatamorgana yang mengusik rasa

Tak bisakah kau hadir abadi dalam diriku?
Tak sekedar fatamorgana yang mengusik jiwa

Tak bisakah kau hadir abadi dalam hari-hariku?
Tak sekedar fatamorgana yang mengusik asa

Aku ... tetap mencintaimu dalam anganku
Walau di hatiku bersemayam pilu
Walau di hariku berselimut pilu
Kamu ... tetap kekaguman terindahku ...

~Rin Muna~
Kalimantan Timur, 22 September 2018

Poskamling Cinta


Poskamling Cinta
Halbtonfoto

Aw ...!
Aku mengaduh saat jemari tanganmu mendarat di pundakku
Mengusir nyamuk yang asyik mengisi perut

Malam, kelam, sepi
Dan aku masih duduk di poskamling

Poskamling jadi saksi bisu cerita kita
Poskamling jadi saksi bisu cinta kita
Saat kau jaga hatiku dalam dekapmu
Saat kau jaga hatiku dari badai yang menerpa

Kau tahu?
Setiap malam aku rela biarkan dingin angin menusuk kulitku
Demi bisa menyaksikan indahnya bintang bersamamu
Di poskamling cinta kita

Kau tahu?
Setiap malam aku rela datang ke poskamling
Dengan teko panas berisi kopi
Untuk mengenang cerita kita yang kini tiada

Kau jaga banyak orang agar tetap aman dan nyaman menikmati mimpi
Namun kau lupa menjaga hatimu sendiri
Hingga kau biarkan hatimu terenggut begitu saja
Bahkan kau tak pernah peduli
Darah yang kukorbankan demi menjaga hatimu itu

Kau pergi bersamanya
Menyisakan luka tiada tara
Hanya poskamling saksi sejarah cerita kita
Walau luka, namun tak kan pernah ku lupa

~Rin Muna~
Kalimantan Timur, 22 September 2018

Puisi | Aroma Surgawi



Aroma Surgawi

[nosheep]

Kubasuh setiap peluh yang menetes dari kulit keriputmu
Kubasuh setiap kain yang membalut tubuh rentamu
Kuhirup aroma surgawi yang kata orang... itu pesing
Kuhirup aroma surgawi yang kata orang... itu bau
Kuhirup aroma surgawi yang kata orang... itu risih

Setiap hari kubasuh kakimu yang tak lagi wangi
Setap hari kubasuh lenganmu yang tak lagi kuat
Setiap hari kubasuh rambutmu yang telah rontok dan memutih

Aku suka aroma kakimu
Kata orang... seperti aroma keong yang telah membangkai
Tapi bagiku, kakimu adalah aroma surga yang ingin kuciumi setiap waktu

Aku suka aroma rambutmu
Kata orang... seperti aroma kain yang terendam air ratusan hari
Tapi bagiku, rambutmu adalah aroma surga yang ingin kusentuh setiap hari

Aku suka aroma tubuhmu
Kata orang... seperti kerbau yang bermandi lumpur
Tapi bagiku, tubuhmu adalah wangi kasturi surgawi

Ibu...
Kini kau tak wangi lagi
Kini kau tak muda lagi
Kini kau tak menarik lagi
Tapi... dalam dirimu aku cium aroma surgawi

Izinkan aku menciumi bau kaki ini
Izinkan aku menghirup aroma tubuh ini
Aku ingin mendekapmu dalam bahagia
Hingga waktu itu tiba
Bersama menikmati aroma taman surgawi
Di alam yang kekal nan abadi

Kalimantan Timur, 17 September 2018

[Puisi] IBU - Budiman Adi Yaksa | Taman Bacaan Bunga Kertas



PublicDomainPictures

Ibu ...
Kaulah wanita yang mulia
Derajatmu jauh lebih tinggi dibanding ayah yang kusayang
Kau mengandung,
melahirkan,
menyusui,
mengasuh dan merawat kami
Hingga putra-putrimu menjadi dewasa

Ibu ... 
Rautan kasih sayang di setiap insan
Matahari alam sebagai perumpamaan dunia dan isinya

Belumlah nepa dan sebagai balasan ibumu
Doanya terkabulkan, keramat di dunia kutukannya

Jadi, jangan coba durhaka kepada Ibu
Surganya Allah ada di bawah telapak kaki ibumu.
Ridhonya ibumu, ridhonya Allah.

Wahai anak-anak, janganlah menjadi durhaka pada ibumu ...!



Karya : Budiman Adi Yaksa (Taman Bacaan Bunga Kertas)
Samboja, 23 Februari 2019

Tuesday, March 12, 2019

Cerpen | Menanti Hadirmu

StockSnap

Tiba-tiba saja aku merasa hari ini waktu berjalan lebih lambat dari biasanya. Ada hal yang ingin aku lewatkan dengan cepat. Aku ingin hari ini cepat berakhir, supaya aku bisa lihat hari esokku seperti apa. Masih sama kah dengan hari ini?

Waktu terasa berjalan lambat, mungkin karena aku sedang menunggu sesuatu. Bukan sesuatu, lebih tepatnya seseorang. Aku sedang menunggu seseorang hadir dalam hari-hariku. Orang yang pernah istimewa mengisi hari-hariku. Katanya, besok dia akan tiba di Bandara. Aku sudah tidak sabar menunggu esok akan datang. Dan karena rasa tidak sabarku lah yang membuat waktu seolah-olah berjalan lambat. Bahkan aku memaki jarum jam yang tak segera beranjak dari tempatnya.

"Lun, kamu nunggu siapa?" Mama membuyarkan lamunanku saat aku melamun di antara bingkai jendela rumahku.
"Nunggu Ariel, Ma."
"Dia mau datang?"
Aku menganggukkan kepala.
"Hari ini?"
Aku menggeleng.
"Terus kapan?"
"Besok."
"Oh. Kalau begitu, bantu Mama bikin kue, yuk!" ajak Mama.
Aku membalikkan tubuhku dan melihat Mama tersenyum ke arahku. Ia tak bergerak sedikit pun sampai aku benar-benar melangkahkan kakiku ke arahnya.

Mama senang sekali membuat kue. Hampir setiap hari ia membuat kue untuk adik-adikku. Terlebih lagi dia tahu kalau Ariel akan datang setelah 5 tahun ia menetap di Birmingham untuk melanjutkan studinya.
Kali ini aku lebih bersemangat membantu Mama membuat kue. Setidaknya, ada yang aku suguhkan ketika Ariel berkunjung ke rumah.
"Kamu tidak jemput dia di Bandara?" tanya Mama.
Aku menggelengkan kepala. "Sudah ada keluarganya yang menjemput."
Mama mengangguk-anggukkan kepala dan kami melanjutkan membuat kue kering hingga matang.

***

Keesokan harinya ...
Aku masih duduk di teras rumah sambil memandangi rintik hujan yang menghiasi pagi. Tanganku tak henti memutar-mutar ponsel. Duduk, berdiri, duduk, berdiri, mondar-mandir, duduk lagi. Aku bingung harus berbuat apa. Harusnya Ariel sudah datang ke rumah jam segini. Tapi, ponselnya belum juga bisa dihubungi.

Satu jam
Dua jam
Tiga jam

Aku masih mondar-mandir penuh kecemasan. Saat matahari mulai tenggelam, kecemasanku semakin tinggi. Membuat pikiranku semakin tak karuan. Harusnya Ariel sudah bisa menghubungiku. Kalau sesuai jadwal, pesawat yang ditumpangi Ariel sudah sampai pagi tadi. Tapi sampai sore hari, Ariel tak juga bisa dihubungi.

Perasaanku semakin kacau. Aku takut terjadi apa-apa dengan Ariel. Secepatnya aku berlari dan menyalakan televisi. Siapa tahu ada berita tentang ...??? Ah! Tidak seharusnya aku berpikir seperti ini. Rasa takut itu belum hilang. Kejadian sepuluh tahun silam yang merenggut nyawa pacarku, terus terbayang di pelupuk mata. Bagaimana kalau yang terjadi pada Azka juga terjadi pada Ariel?

Aku terus menggigiti jariku, tubuhku terasa mengigil tiba-tiba dan aku tidak mampu mengendalikannya.
"Luna ...!" Mama tiba-tiba memeluk erat tubuhku agar aku tenang. Ia mematikan televisi dan memapahku masuk ke dalam kamar. 
Aku berbaring di atas kasur, memandang wajah Mama yang terlihat cemas.
"Kamu nggak papa?" Mama mengusap anak rambutku perlahan.
Aku mengangguk perlahan. Aku memang belum benar-benar sembuh. Setiap kali melihat televisi, bayangan luka masa lalu itu kembali hadir dan membuatku tidak mampu mengendalikan diriku sendiri. Terkadang aku tidak sadar dengan apa yang aku lakukan.
"Ariel nggak datang, Ma."
"Mungkin dia masih sibuk dengan keluarganya. Besok kita ke rumahnya ya!" Mama meyakinkanku kali ini agar aku tetap tenang.

Keesokan harinya, Mama mengantarkan aku berkunjung ke rumah Ariel. Namun, tak ada satu orang pun yang bisa kutemui. Bahkan, menurut penuturan tetangga sekitar, rumah keluarga Ariel sudah dijual sejak 1 tahun yang lalu. Sebuah kenyataan yang aku sendiri tidak mengetahuinya. Yang aku tahu, keluarga Ariel adalah pengusaha. Aku memang tidak terlalu dekat dengan keluarganya. Aku hanya sesekali berkunjung jika memang Ariel mengajakku. Selebihnya, aku sama sekali tidak mengunjungi kedua orang tuanya. Bahkan aku tidak pernah menjali silaturahmi via telepon. Aku merasa belum pantas masuk ke keluarga Ariel. Sebab hubungan kami hanya sebatas pacar.

Riel, aku sudah menunggu kamu bertahun-tahun dan kenapa harus berakhir seperti ini?
Riel, aku sudah tidak tahu harus mencarimu ke mana lagi.
Jika memang semuanya ingin kamu akhiri, kenapa tidak bicara baik-baik?


Aku menyandarkan tubuhku di sofa sepulang dari rumah Ariel yang kini kosong. Sama seperti hatiku yang kini juga kosong.
Aku menatap langit-langit sembari berpikir bagaimana caranya agar aku bisa menghubungi Ariel.
Aku merogoh ponsel yang aku selipkan di tasku. Mengusap setiap aplikasi yang ada di dalamnya. Aku membuka beberapa sosial media yang kemungkinan bisa menyambung komunikasiku dengan Ariel. Namun, tiba-tiba semuanya menghilang. Aku tidak bisa menemukan akun Ariel satu pun.
Aku di blokir tanpa alasan yang aku tidak mengerti.
Seminggu yang lalu, dia masih menelepon dan mengirim chat seperti biasa. Kami bercerita dengan mesra tanpa ada masalah. Kenapa tiba-tiba dia menghilang begitu saja?
Aku menghela napas kembali, mencoba menenangkan hati yang semakin tidak karuan.
Aku belum siap kehilangan lagi. Aku belum siap ... belum siap!

Seminggu berlalu ...
Aku belum juga mendapatkan kabar tentang Ariel. Bahkan sahabat-sahabat terdekatnya juga tidak ada yang bisa memberikan keterangan di mana Ariel berada.

Sebulan berlalu ...
Aku masih juga belum mendapat kabar tentang Ariel.
Aku mulai menyerah. Air mataku tak henti mengalir. Apa aku benar-benar akan kehilangan Ariel?
Seharusnya tidak berakhir seperti ini. Aku tidak ingin hubunganku kembali berakhir seperti hubunganku dengan Azka dahulu. Azka pergi tanpa pesan. Kecelakaan pesawat sepuluh tahun lalu telah merenggut nyawanya. Aku terluka ... sangat terpukul.
Dan kini aku harus menghadapi kenyataan kalau Ariel juga meninggalkan aku tanpa kata-kata. Tanpa aku tahu sebabnya. Dia pergi entah ke mana. Ke tempat yang tidak aku tahu sama sekali.

Aku akan tetap sabar menanti ... sampai kamu datang dan berkata, "Berhentilah menunggu!"


Ditulis oleh Rin Muna
12 Maret 2019

Ajak Anak Jalan-Jalan ke Pantai Pemedas [Hari Libur Tahun Baru Saka 1941]

Dok.Pri


Hai temen-temen ...!
Hari kamis kemarin, tanggal 07 Maret 2019 adalah Hari Libur karena merupakan perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941.
Karena kita nggak ikut perayaan Hari Raya Nyepi dan ayahnya Livia libur kerja. Akhirnya kita jalan-jalan ke Pantai Pemedas deh.

Pantai memang salah satu tempat liburan paling murah dan paling dekat. Mengingat wilayah Samboja merupakan wilayah pesisir yang dikelilingi banyak pantai. Tinggal pilih aja deh mau ke pantai yang mana. Kali ini kami memilih Pantai Pemedas karena berangkatnya sudah siang alias abis Sholat Dzuhur.

Awalnya, Mas Tony memang sudah mengajak ke Pantai dari hari-hari sebelumnya. Makanya, anak-anak langsung nagih waktu mereka tahu sekolah lagi libur.
Jadi, kita memanfaatkan Hari Libur ini untuk jalan-jalan ke Pantai.

Sesampainya di Pantai, kami langsung makan terlebih dahulu. Karena Mas Abqar belum makan dari rumah. Jadi, Mbahnya spesial bungkusin nasi supaya nggak usah jajan macem-macem karena perut udah kenyang makan nasi. Yah, salah satunya biar hemat budget juga. Hihihi...

Di Pantai mereka seneng banget! Berenang sampai sore. Diajak pulang susah banget karena udah asyik main di air laut.
Aku sendiri memilih duduk-duduk di atas tikar yang kami sewa atau berbaring di atas hammock yang dibawa oleh adikku. Karena aku tidak begitu suka berenang di pantai. Pantai di sini airnya nggak jernih dan sedikit [jorok] karena aku menemukan ada diapers baby yang terombang-ambing di tepi pantai. Seringkali aku mendapati seperti itu yang membuat aku rada ogah masuk ke air laut. Aku mending jagain tas dan barang-barang mereka saja. 

Aku baru mau masuk ke air laut kalau kondisinya memang bersih dari sampah-sampah terutama sampah diapers baby.
Memang di daerah sini, tempat-tempat wisata kurang diperhatikan soal kebersihannya. Salah satunya juga karena pengunjung yang nggak mau buang sampah di tempatnya. Padahal, di pantai ini sudah disediakan tempat sampah yang banyak dan mudah untuk kita temui setiap kita melangkah beberapa meter. Hanya saja, kesadaran pengunjungnya yang kurang sehingga masih ada sampah-sampah berserakan. Yah, walaupun nggak sebanyak di Pantai Tanjung yang aku kunjungi beberapa waktu lalu. Sebenarnya, Pantai Tanjung dan Pantai Pemedas lokasinya masih berdekatan.

Namun, Pantai Pemedas lebih banyak diminati karena ada banyak permainan atau wahana. Pantainya juga lebih bersih dan rapi. Pohon-pohon pinus tidak terlalu jauh dari pantai sehingga bisa berteduh dengan mudahnya. Kalau mau cari jajanan juga nggak jauh. Semuanya sudah tersedia dan berjejar rapi. Salah satu alasan adikku menyukai pantai ini adalah, cari jajannya nggak jauh. Emang dasar, kalau dia mah demennya makan mulu. Aku sendiri suka tempat ini karena rindang dan dekat dengan air laut. Jadi, bisa jagain anak-anak berenang sambil berteduh. Nggak perlu panas-panasan.

Akses jalan di sini juga sangat mudah. Pantai ini terletak di tepi jalan Provinsi yang menghubungkan Balikpapan-Samboja-Handil-Samarinda. Kamu nggak bakal kesulitan menemukan pantai yang satu ini. Sambil lewat pun sudah kelihatan, kok.

Tiket masuk ke tempat ini juga murah. 

Yah ... harapannya tempat-tempat wisata seperti ini bisa dikelola lebih baik lagi supaya nggak kalah sama destinasi wisata di daerah-daerah lain yang keren-keren. Terutama soal kebersihan tempatnya. Buatku, menjaga kebersihan tempat wisata itu sangat penting. Bukan cuma tugas petugas di sana saja, tapi juga menjadi tugas kita semua.

Buat temen-temen yang demen liburan, mari kita jaga kebersihan tempat-tempat wisata supaya tetap bersih, indah dan lestari.

Oke, sampai di sini aja ya liburan kali ini. Semoga nanti kita bisa main lagi ke sini di hari libur berikutnya. Semoga di liburan berikutnya, tempat ini sudah menjadi lebih baik lagi.


Salam hangat,

Rin Muna and Family

Bye ... Bye ...!


Monday, March 11, 2019

Indonesia Tanpa Pacaran Itu Keren!

Source: Facebook Indonesia Tanpa Pacaran

Hai temen-temen ...!
Selamat malam..!
Semoga hari kalian selalu menyenangkan ya!

Oh ya, hari ini aku dapet tantangan clue dari seorang blogger dan anak muda berbakat yang nggak bisa diragukan lagi deh prestasi dan karya-karyanya. Siapa ya? Hmm.. ini nih dia si Gigip Andreas, salah satu teman penulis yang namanya tersemat di template blog aku. Tema syantik yang ada di blog aku ini adalah buatannya dia. Selain cerdas dan bijak, dia juga baik hati. Buktinya dia bikinin aku template blog yang bagus banget.
Sebenarnya masih pengen dibikinin template buat taman baca aku. Tapi entar dibilang ngelunjak. Hahaha... It's ok. Enough! Lebih dari cukup dan aku berterima kasih banget karena blog aku sudah dibikin cantik kayak begini. Sayang banget kan kalau masih aku anggurin. Jadi, aku harus semangat nulis di blog ini biar si Gigip juga semangat menebar kebaikan ke mana-mana. Hehehe ...

Hari ini aku dapet clue : Indonesia Tanpa Pacaran.

Pas clue ini muncul, entah kenapa aku malah senyum-senyum dan cekikian sendiri. Karena apa? Aku sendiri pun nggak paham. Cuma ngebayangin gimana jadinya remaja-remaja Indonesia hidup tanpa pacaran. Pastinya pada nggak mau. Kalau sampai bisa Indonesia Tanpa Pacaran. Sudah pasti generasi-generasi muda Indonesia adalah generasi yang memiliki kualitas hidup yang tinggi. Secara, pacaran itu salah satu faktor yang bikin nilai ulangan jadi jeblok. Iya nggak sih? Ada yang pernah mengalaminya? Atau sekedar lihat teman-teman yang lagi jatuh cinta dan kadang ngelakuin hal-hal nggak masuk akal demi pacar.

Misalnya gini ... waktu kamu lagi fokus mau belajar Matematika buat ulangan minggu depan. Eh!? Tiba-tiba pacar kamu ngajak kamu jalan-jalan, makan, nonton dan ngabisin waktu buat ngerangkai kata-kata romantis supaya bisa dibilang anak kekinian. Eladalah ... padahal kamu harusnya lagi ngerangkai rumus Matematika buat masa depan kamu 10 tahun ke depan.

Kadang memang sulit dipahami, kenapa jatuh cinta itu kadang bikin kita buta. Kayaknya mata di kepala udah bener-bener pindah ke kaki sampai nggak bisa bedain mana kesenangan sesaat dan mana kesenangan untuk masa depan. Yang lebih parahnya lagi, banyak yang MBA alias Maried Baby Accident di masa-masa yang seharusnya kita lagi produktif-produktifnya berkarya.

Bisa jadi, yang ngasih clue ini juga salah satu tipe anak muda yang nggak demen pacaran. Bisa dilihat kok kalo dia produktif banget berkarya dan semuanya berkualitas. Pasti pikirannya nggak pernah terganggu sama yang namanya pacar atau cinta. Iya, nggak sih, Gip?

Pastinya sangat jauh berbeda dengan anak-anak muda yang udah demen pacaran. Kadang aku juga nggak paham. Ngabisin waktu banyak bahkan ngabisin duit banyak buat traktir si doi atau buat beliin hadiah-hadiah biar si doi makin cinta sama kamu. Tapi, hubungan pacaran itu nggak lama. Malah si doi ujung-ujungnya nikah sama yang lain. Kerasa banget kan kalo kita lagi jagain dan bahagiain jodohnya orang?

Saat anak-anak muda memilih untuk tidak berpacaran, maka ia sudah menjaga banyak hal dalam hidupnya.
Pertama, mereka jauh dari pergaulan bebas karena selalu menjaga dirinya untuk berada di tempat-tempat yang positif.
Kedua, mereka selalu berprestasi di sekolah maupun di masyarakat umum.
Ketiga, mereka selalu produktif berkarya sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing.
Keempat, mereka selalu menginspirasi banyak orang untuk sukses di usia muda.
Kelima, mereka menjadi generasi cerdas yang tidak mudah terprovokasi.
Keenam, mereka selalu mencintai dan menghargai apa yang sudah mereka punya [keluarga, sahabat, impian dan dunia sekitarnya]
Ketujuh, kedelapan dan seterusnya silakan ditambahi sendiri. Hehehe...

Yang jelas, Indonesia Tanpa Pacaran akan menciptakan generasi-generasi muda yang berprestasi dan berdaya saing tinggi secara ekonomi mau pun intelektual. Karena, dengan begitu anak-anak generasi muda akan lebih fokus meningkatkan kualitas dirinya untuk bersaing secara nasional mau pun internasional.
Lebih baik meningkatkan kualitas diri terlebih dahulu supaya dikemudian hari juga mendapatkan jodoh yang berkualitas. So, nggak usah bingung, malu atau takut kalau sampai hari ini kamu masih menyandang status sebagai jomlo. Karena dengan jomlo kamu bisa terus berkarya tanpa batas, bisa terus berjalan bebas tanpa ada yang menarik-narik kamu ngajak jalan ke tempat lain yang bukan tujuan utama hidup kamu. Harusnya bangga menjadi seorang jomlo. Jomlo yang selalu produktif dan terus berkarya.

Indonesia Tanpa Pacaran itu keren!
Indonesia bisa lebih kreatif, innovatif, dan produktif dalam berkarya.

Buat yang masih jomlo, nggak usah pusing cuma karena nggak punya teman buat makan bakso di pinggir jalan waktu malam minggu. Kamu punya keluarga yang jelas menyayangimu lebih dari seorang pacar, kamu hanya butuh bersyukur sama apa yang udah kamu punya.

Terima kasih untuk clue yang amazing ini.
Dan aku nggak nyangka kalau clue ini justru keluar dari seorang anak muda berbakat yang seharusnya lagi demen-demennya pacaran. Ini malah pengen Indonesia Tanpa Pacaran.
Semoga saja clue ini bisa menjadi sebuah gerakan besar anak-anak muda Indonesia dalam meraih prestasi dan meningkatkan kualitas intelektualnya juga kualitas ekonominya. Seperti yang sudah dicetuskan oleh La Ode Munafar pada tahun 2015. Semoga seluruh generasi muda di Indonesia tidak lagi merasa hatinya panas hanya karena menyandang status jomlo.

Terima kasih.
Cukup sampai di sini dulu tulisan dari aku.
Minta tolong dikoreksi kalau memang ada yang salah.
Karena ini sudah malam, aku pamit tidur terlebih dahulu.
Aku sudah lumayan mengantuk sejak aku menulis kalimat awal dari tulisan ini. Tapi, aku harus bisa menyelesaikannya supaya aku bisa tetap produktif berkarya walau aku tak lagi muda.



Salam hangat,


Rin Muna
Samboja, 11 Maret 2019, 21:44 WITA

Puisi | TLENIS [Sebelum Gerimis]

tonixjesse


Satu tetes ...
Jatuh di atas telapak tanganku
Terjeda oleh cerita

Dua tetes
Jatuh di atas satu helai rambutku
Terjeda oleh kisah kita

Tiga tetes
Jatuh di atas pangkuanku
Terjeda oleh kata-kata

Dia hadir tuk basahi relung jiwa
Sebelum gerimis menyentuh kalbu yang sepi
Sebelum gerimis menyapa nadi yang sendiri

Tlenis ...
Satu demi satu tetesan jatuh dari langit
Berusaha basuh jiwa-jiwa yang gersang
Namun belum mampu menyejukkan
Hingga gerimis ikut menyapa
Hingga hujan ikut menyertai
Hingga badai ikut mengukir kenangan

Tlenis mengajarkan cerita hidup penuh makna
Bahwa kita hadir tak langsung menjadi besar
Bahwa kita ada tidak terlahir dari badai
Kita terlahir seperti tlenis
Sebelum tercipta gerimis kemudian hujan lalu badai
Menetes-netes bersama angin yang melambai
Mengajak kita merangkai cerita bersama
Di bawah payung-payung dalam kaki-kaki yang tergenang untuk dikenang



Ditulis oleh Rin Muna
Samboja. 11 Maret 2018
Bersama alunan tlenis yang berubah menjadi gerimis


Kunjungan CEO Heart & Soul Publisher House ke Taman Bacaan Bunga Kertas


Tulisan ini pertama kali dibuat untuk Kaskus.id


Februari 2019, genap 1 tahun aku mendirikan sebuah Taman Baca di Desa Beringin Agung, Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, Kaltim. Taman Baca itu aku beri nama Taman Bacaan Bunga Kertas karena Bunga Kertas adalah salah satu bunga yang tidak mudah mati, bunganya indah dan berduri, supaya bisa melindungi dirinya dari tangan-tangan jahil.

Taman baca ini aku dirikan secara mandiri usai aku berhenti bekerja sebagai akunting di salah satu perusahaan swasta.
Alhamdulillah... dalam waktu satu tahun, taman bacaan ini sudah bisa berkembang pesat karena kepedulian dari teman-teman penulis dan beberapa donatur yang ikut memberikan sumbangsihnya.

Hari ini, aku kembali kedatangan salah satu teman yang juga penulis hebat asal kota Balikpapan. Yakni Mbak Indah Priha T. (CEO Heart & Soul Publishing House). Dia ke sini tidak sendiri, dia mengajak tiga anaknya dan suaminya ikut serta. Kedatangan dia ke sini memang untuk memberikan donasi berupa buku-buku bacaan ke taman bacaku.

Awalnya aku tidak yakin kalau dia mau ke sini. Waktu aku share lokasi via Whatsapp, langsung saja aku bilang, "Jangan kaget lihat lokasinya karena di pelosok!". Mbak Indah hanya membalasnya dengan emot tertawa. Eh!? Tertawa atau ketawa ya? Karena beda tuh maknanya. Kalau tertawa adalah tawa yang disengaja, sedangkan ketawa biasanya nggak disengaja karena lihat video lucu misalnya. 😅

Aku bener-bener dibikin kaget waktu mobil mereka tiba-tiba terparkir di depan rumahku menjelang sore. Dia bilang, sampai kesasar-sasar untuk bisa sampaj ke tempatku. Karena saat itu ponselku memang tidak mendapat sinyal dan sulit untuk dihubungi. Sepertinya mbak Indah menelepon nomor suamiku, jadinya agak kesulitan. Tapi aku bersyukur mereka akhirnya bisa sampai ke sini. Maklum, tempatnya memang benar-benar di pelosok desa. Jadi... lumayan capek banget buat ke sininya.

Di desa tempat aku tinggal memang minim akses informasi dan transportasi. Padahal, bisa dibilang Samboja memiliki kekayaan alam yang cukup banyak. Di sekitar rumahku saja ada banyak perusahaan tambang batu bara, minyak bumi dan perkebunan sawit. Tapi, tetap saja tidak membuat infrastruktur jalan lebih baik dari Ibukota. Sekalipun hasil tambangnya banyak, kami tidak pernah merasakan mulusnya jalanan seperti jalanan Ibukota.

Duh, kok jadi curhat ya? Maklum lah ya, kalau soal jalanan emang selalu bikin sensi, bisq dibilang iri juga sih. Supaya pemerintah itu lebih mengutamakan infrastruktur di daerah terutama daerah yang sumber daya alamnya dikuras abis. Tapi, apalah daya kami ini hanya rakyat kecil yang tidak bisa apa-apa. Mungkin harus bersabar menunggu antrean pembangunan daerah.

Karena kondisi jalan yang sulit dan lokasi yang ada di pelosok, aku seringkali tidak tega kalau mau ada teman yang berkunjung ke sini. Biasanya, lebih baik aku yang keluar menemui mereka ke kota. Karena bagiku, aku sudah terbiasa dengan jalanan yang rusak sehingga tidak begitu terasa.

Terlebih lagi ketika aku tahu kalau Mbak Indah mau ke sini. Rasanya aku minder karena memang aku tinggalnya di pelosok desa dengan kondisi rumah yang bisa dibilang tidak layak. Lebih layak untuk kandang sapi saja.

Dan ternyata Mbak Indah orangnya baik banget. Dia dan anak-anaknya tetap merasa nyaman dengan kondisi rumahku yang apa adanya. Tidak seperti yang aku bayangkan. Mungkin aku kebanyakan nonton sinetron yang dimana orang kaya selalu merendahkan orang miskin. Tapi, Mbak Indah tidak seperti itu. Dia sangat ramah, baik dan nyaman banget. Juga ketiga anaknya yang masih kecil-kecil. Sepertinya mereka sudah diajarkan menjadi orang yang sederhana meskipun kehidupan mereka bisa dibilang berada.

Ini bukan pertama kalinya aku mendapat kunjungan dari teman-temanku di Balikpapan. Sudah ada beberapa teman yang memang sengaja datang untuk memberikan donasi buku ke taman baca.

Aku memang bukan orang kaya. Tapi aku tidak perlu menunggu jadi kaya hanya untuk bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitarku. Bagiku, rejekiku sudah digariskan oleh Allah dan tidak akan berkurang sedikitpun walau banyak rizki yang aku berikan untuk orang lain. Sebab Allah juga yang mengetuk hatiku untuk peduli pada sesama, maka Dia tidak akan membiarkan aku berada dalam kesulitan. Selalu ada pertolongan-Nya ketika aku dalam keadaan paling sulit sekalipun.

Satu hal yang aku harapkan, semoga aku tidak pernah berubah walau kini Allah sedang mengujiku dengan kesulitan. Aku ingin tetap bisa bermanfaat. Kalau bisa, aku justru ingin mendirikan lagi taman baca di pelosok-pelosok desa supaya bisa memberikan mereka manfaat. Anak-anak di pelosok desa juga punya hak untuk mendapatkan akses informasi agar mereka tidak terus-menerus tertinggal, baik secara informasi maupun ekonomi.

Terima kasih untuk teman-teman penulis di seluruh Indonesia yang sudah banyak membantu saya.

Ini tulisan pertama saya di Kaskus dan semoga bisa terus menerus memberikan manfaat dari tulisan-tulisan saya.

Terima kasih untuk kawan-kawan yang sudah berkenan membaca tulisan saya. Semoga membuatku semakin semangat untuk menulis di sini.


Salam hangat, 

Rin Muna
Samboja, 10 Maret 2019
1

Saturday, March 9, 2019

Cerpen | Pacar Khayalan | DWPF

miladenleschi


Clue tantangan dari Christine Gloriani 09/03/2019 : Pacar Khayalan


Minggu-minggu pertama aku masuk middle school memang mengasyikan. Aku bertemu dengan teman-teman baru yang tidak aku temui di sekolahku sebelumnya. Aku kini beranjak remaja, mulai ada rasa keinginan untuk kongkow bareng teman-teman sebayaku. Semuanya terasa biasa saja. Bahkan aku mulai sibuk dengan tugas-tugas sekolah.
Di ujian semester pertama, aku hampir gila karena nilai Matematika dan Fisikaku yang buruk. Dengan terpaksa aku harus mengikuti ujian ulang ketika anak-anak yang lain sudah terbebas dan asyik nongkrong saat class meeting. Hmm ... sedangkan aku harus menelan pil pahit karena tidak bisa berkumpul bersama mereka. Terlebih aku harus menjalani dua kali ujian ulang mata pelajaran Fisika.
"Aaargh ...!" Aku mengacak rambutku dan menjatuhkan tubuhku di kursi taman. Aku kesal kenapa aku tak sepandai anak-anak lain soal pelajaran Matematika dan Fisika.
Tepat di belakang bangunan laboratorium biologi, ada sebuah lapangan dengan mini stage di salah satu sisinya. Dari tempat aku duduk, aku bisa melihat mini stage yang tidak tertutup bangunan laboratorium. Aku memerhatikan seorang cowok berambut pendek dengan gitar akustik di tangannya.
Hampir semua mata tertuju pada cowok berkulit putih yang sedang duduk di atas mini stage, termasuk aku yang masih punya mata normal. Cowok itu mulai memetik senar gitar satu persatu dan melantunkan sebuah lagu romantis yang tak asing di telingaku.
Aku berjalan mendekat ke tepi lapangan. Sudah ada belasan ... eh!? sepertinya lebih dari belasan cewek yang berdiri di depan stage sambil melambaikan tangan kanannya mengikuti irama gitar yang dimainkan cowok itu.
Aku menyunggingkan senyuman tanpa aku sadari, bahkan mataku tak lepas memandangnya. Terlebih lagi ketika cowok itu melihat ke arahku yang berdiri seorang diri di sudut bangunan laboratorium. Bangunan ini berdiri di atas tanah yang lebih tinggi 2 meter dari lapangan. Hingga aku bisa melihat jelas seisi lapangan dari sini.
"Sam, kamu lagi perhatiin dia ya?" Senggolah di bahu membuyarkan lamunanku.
"Eh!? Enggak. Apaan sih?" cibirku ke arah Fanny.
"Duet sama dia, gih! Suara kamu kan bagus. Kayaknya cocok sama suaranya dia." Fanny tersenyum sembari memainkan kedua alisnya.
Aku mengangkat kedua pundakku. "Nggak kenal."
"Seriusan nggak kenal? Dia kakak kelas yang sering dibicarain anak-anak, Kak Aldhi," ucap Fanny setengah berbisik.
"Seriusan? Ganteng," pujiku.
"Makanya, duet bareng dia. Yuk!" Fanny menarik lenganku.
Aku menggelengkan kepala sembari menahan lenganku agar tak terseret oleh tangan Fanny.
"Samantha ... kamu lagi pusing sama ulangan Fisika yang nggak lulus-lulus itu kan?"
"Nah, itu tau!"
"Iya. Makanya kamu coba nyanyi aja, siapa tahu kamu bisa lebih hepi dan rileks." Fanny menarik lenganku cukup keras hingga aku harus mengikuti langkahnya menuju mini stage yang ada di sisi lapangan tersebut.
Tanpa malu Fanny naik ke atas stage dan berbisik ke arah kak Aldhi. Entah apa yang dibicarakannya, aku hanya bisa memandangnya dari bawah stage, berbaur dengan cewek-cewek lain yang sedang menikmati penampilan kak Aldhi.
Huft, mereka beruntung sekali karena tidak harus mengikuti ujian ulang. Setiap hari bisa melihat kak Aldhi tampil menghibur jam kosong usai ulangan semester.
"Oke, kali ini ada sebuah lagu spesial yang akan saya bawakan. Karena ... kali ini saya akan berduet dengan seseorang yang memiliki suara istimewa. Namanya Samantha ... silakan naik ke atas panggung!" Suara Kak Aldhi terdengar jelas di depan microfon yang ia gunakan.
Aku bergeming. Dari mana dia tahu suaraku istimewa? Dengar aku nyanyi pun belum pernah. Gimana kalau ternyata suaraku fals banget? Ini pasti kerjaan Fanny yang suka melebih-lebihkan sesuatu.
Perlahan-lahan aku melangkahkan kaki naik ke atas panggung. Kak Aldhi menyambutku dengan senyuman yang manis banget. Dan aku dibuat nervous nggak karuan karena dia mengulurkan tangannya bak pangeran yang sedang mengajak seorang putri untuk berdansa bersamanya.
Pipiku menghangat dan aku tahu pasti pipiku merona merah karena tersipu malu dengan perlakuan Kak Aldhi yang begitu istimewa, membuat para cewek berteriak karena iri. Kak Aldhi bukan cuma ganteng, tapi juga romantis dan jago main musik, suaranya juga bagus. Sepertinya semua tentang dia selalu indah, it's perfect boy!

"Sam!" Panggilan itu menyadarkan lamunanku.
"Ngelamun?" Tiba-tiba saja Fanny sudah duduk di sampingku.
"Eh ... oh ...." Aku gelagapan karena tertangkap basah sedang melamun. Oh tidak! Lebih tepatnya aku sedang menghayal kalau aku sedang berduet dengan Kak Aldhi. Kakak kelas ganteng favoriteku.
"Masih remedial Fisika?" Fanny melirik buku Fisika yang sedang aku pegang.
Aku mengangguk.
"Kamu ngelamunin apa tadi? Sampai aku panggil berkali-kali nggak dengar."
"Remedial Fisika." Aku berbohong agar tidak membuat Fanny terus bertanya. Dia pasti akan menertawakanku kalau tahu aku sedang menghayal tentang Kak Aldhi. Aku sadar kalau aku sama sekali tidak serasi dengan Kak Aldhi. Dia juga sudah punya pacar. Kak Mella, cewek paling cantik di sekolah yang juga sekelas dengan Kak Aldhi. Hmm ... mereka terlihat sempurna. Aku tidak mungkin bisa menjadi pacar Kak Aldhi. Dia hanya bisa jadi pacar khayalanku saja. Sampai kapan pun, dia akan jadi khayalan terindah dalam hidupku.



Ditulis oleh Rin Muna untuk PenA Friends
Samboja, 9 Maret 2019




Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas