Tulisan ini pertama kali dibuat untuk Kaskus.id
Februari 2019, genap 1 tahun aku mendirikan sebuah Taman Baca di Desa Beringin Agung, Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, Kaltim. Taman Baca itu aku beri nama Taman Bacaan Bunga Kertas karena Bunga Kertas adalah salah satu bunga yang tidak mudah mati, bunganya indah dan berduri, supaya bisa melindungi dirinya dari tangan-tangan jahil.
Taman baca ini aku dirikan secara mandiri usai aku berhenti bekerja sebagai akunting di salah satu perusahaan swasta.
Alhamdulillah... dalam waktu satu tahun, taman bacaan ini sudah bisa berkembang pesat karena kepedulian dari teman-teman penulis dan beberapa donatur yang ikut memberikan sumbangsihnya.
Hari ini, aku kembali kedatangan salah satu teman yang juga penulis hebat asal kota Balikpapan. Yakni Mbak Indah Priha T. (CEO Heart & Soul Publishing House). Dia ke sini tidak sendiri, dia mengajak tiga anaknya dan suaminya ikut serta. Kedatangan dia ke sini memang untuk memberikan donasi berupa buku-buku bacaan ke taman bacaku.
Awalnya aku tidak yakin kalau dia mau ke sini. Waktu aku share lokasi via Whatsapp, langsung saja aku bilang, "Jangan kaget lihat lokasinya karena di pelosok!". Mbak Indah hanya membalasnya dengan emot tertawa. Eh!? Tertawa atau ketawa ya? Karena beda tuh maknanya. Kalau tertawa adalah tawa yang disengaja, sedangkan ketawa biasanya nggak disengaja karena lihat video lucu misalnya. 😅
Aku bener-bener dibikin kaget waktu mobil mereka tiba-tiba terparkir di depan rumahku menjelang sore. Dia bilang, sampai kesasar-sasar untuk bisa sampaj ke tempatku. Karena saat itu ponselku memang tidak mendapat sinyal dan sulit untuk dihubungi. Sepertinya mbak Indah menelepon nomor suamiku, jadinya agak kesulitan. Tapi aku bersyukur mereka akhirnya bisa sampai ke sini. Maklum, tempatnya memang benar-benar di pelosok desa. Jadi... lumayan capek banget buat ke sininya.
Di desa tempat aku tinggal memang minim akses informasi dan transportasi. Padahal, bisa dibilang Samboja memiliki kekayaan alam yang cukup banyak. Di sekitar rumahku saja ada banyak perusahaan tambang batu bara, minyak bumi dan perkebunan sawit. Tapi, tetap saja tidak membuat infrastruktur jalan lebih baik dari Ibukota. Sekalipun hasil tambangnya banyak, kami tidak pernah merasakan mulusnya jalanan seperti jalanan Ibukota.
Duh, kok jadi curhat ya? Maklum lah ya, kalau soal jalanan emang selalu bikin sensi, bisq dibilang iri juga sih. Supaya pemerintah itu lebih mengutamakan infrastruktur di daerah terutama daerah yang sumber daya alamnya dikuras abis. Tapi, apalah daya kami ini hanya rakyat kecil yang tidak bisa apa-apa. Mungkin harus bersabar menunggu antrean pembangunan daerah.
Karena kondisi jalan yang sulit dan lokasi yang ada di pelosok, aku seringkali tidak tega kalau mau ada teman yang berkunjung ke sini. Biasanya, lebih baik aku yang keluar menemui mereka ke kota. Karena bagiku, aku sudah terbiasa dengan jalanan yang rusak sehingga tidak begitu terasa.
Terlebih lagi ketika aku tahu kalau Mbak Indah mau ke sini. Rasanya aku minder karena memang aku tinggalnya di pelosok desa dengan kondisi rumah yang bisa dibilang tidak layak. Lebih layak untuk kandang sapi saja.
Dan ternyata Mbak Indah orangnya baik banget. Dia dan anak-anaknya tetap merasa nyaman dengan kondisi rumahku yang apa adanya. Tidak seperti yang aku bayangkan. Mungkin aku kebanyakan nonton sinetron yang dimana orang kaya selalu merendahkan orang miskin. Tapi, Mbak Indah tidak seperti itu. Dia sangat ramah, baik dan nyaman banget. Juga ketiga anaknya yang masih kecil-kecil. Sepertinya mereka sudah diajarkan menjadi orang yang sederhana meskipun kehidupan mereka bisa dibilang berada.
Ini bukan pertama kalinya aku mendapat kunjungan dari teman-temanku di Balikpapan. Sudah ada beberapa teman yang memang sengaja datang untuk memberikan donasi buku ke taman baca.
Aku memang bukan orang kaya. Tapi aku tidak perlu menunggu jadi kaya hanya untuk bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitarku. Bagiku, rejekiku sudah digariskan oleh Allah dan tidak akan berkurang sedikitpun walau banyak rizki yang aku berikan untuk orang lain. Sebab Allah juga yang mengetuk hatiku untuk peduli pada sesama, maka Dia tidak akan membiarkan aku berada dalam kesulitan. Selalu ada pertolongan-Nya ketika aku dalam keadaan paling sulit sekalipun.
Satu hal yang aku harapkan, semoga aku tidak pernah berubah walau kini Allah sedang mengujiku dengan kesulitan. Aku ingin tetap bisa bermanfaat. Kalau bisa, aku justru ingin mendirikan lagi taman baca di pelosok-pelosok desa supaya bisa memberikan mereka manfaat. Anak-anak di pelosok desa juga punya hak untuk mendapatkan akses informasi agar mereka tidak terus-menerus tertinggal, baik secara informasi maupun ekonomi.
Terima kasih untuk teman-teman penulis di seluruh Indonesia yang sudah banyak membantu saya.
Ini tulisan pertama saya di Kaskus dan semoga bisa terus menerus memberikan manfaat dari tulisan-tulisan saya.
Terima kasih untuk kawan-kawan yang sudah berkenan membaca tulisan saya. Semoga membuatku semakin semangat untuk menulis di sini.
Salam hangat,
Rin Muna
Samboja, 10 Maret 2019
Taman baca ini aku dirikan secara mandiri usai aku berhenti bekerja sebagai akunting di salah satu perusahaan swasta.
Alhamdulillah... dalam waktu satu tahun, taman bacaan ini sudah bisa berkembang pesat karena kepedulian dari teman-teman penulis dan beberapa donatur yang ikut memberikan sumbangsihnya.
Hari ini, aku kembali kedatangan salah satu teman yang juga penulis hebat asal kota Balikpapan. Yakni Mbak Indah Priha T. (CEO Heart & Soul Publishing House). Dia ke sini tidak sendiri, dia mengajak tiga anaknya dan suaminya ikut serta. Kedatangan dia ke sini memang untuk memberikan donasi berupa buku-buku bacaan ke taman bacaku.
Awalnya aku tidak yakin kalau dia mau ke sini. Waktu aku share lokasi via Whatsapp, langsung saja aku bilang, "Jangan kaget lihat lokasinya karena di pelosok!". Mbak Indah hanya membalasnya dengan emot tertawa. Eh!? Tertawa atau ketawa ya? Karena beda tuh maknanya. Kalau tertawa adalah tawa yang disengaja, sedangkan ketawa biasanya nggak disengaja karena lihat video lucu misalnya. 😅
Aku bener-bener dibikin kaget waktu mobil mereka tiba-tiba terparkir di depan rumahku menjelang sore. Dia bilang, sampai kesasar-sasar untuk bisa sampaj ke tempatku. Karena saat itu ponselku memang tidak mendapat sinyal dan sulit untuk dihubungi. Sepertinya mbak Indah menelepon nomor suamiku, jadinya agak kesulitan. Tapi aku bersyukur mereka akhirnya bisa sampai ke sini. Maklum, tempatnya memang benar-benar di pelosok desa. Jadi... lumayan capek banget buat ke sininya.
Di desa tempat aku tinggal memang minim akses informasi dan transportasi. Padahal, bisa dibilang Samboja memiliki kekayaan alam yang cukup banyak. Di sekitar rumahku saja ada banyak perusahaan tambang batu bara, minyak bumi dan perkebunan sawit. Tapi, tetap saja tidak membuat infrastruktur jalan lebih baik dari Ibukota. Sekalipun hasil tambangnya banyak, kami tidak pernah merasakan mulusnya jalanan seperti jalanan Ibukota.
Duh, kok jadi curhat ya? Maklum lah ya, kalau soal jalanan emang selalu bikin sensi, bisq dibilang iri juga sih. Supaya pemerintah itu lebih mengutamakan infrastruktur di daerah terutama daerah yang sumber daya alamnya dikuras abis. Tapi, apalah daya kami ini hanya rakyat kecil yang tidak bisa apa-apa. Mungkin harus bersabar menunggu antrean pembangunan daerah.
Karena kondisi jalan yang sulit dan lokasi yang ada di pelosok, aku seringkali tidak tega kalau mau ada teman yang berkunjung ke sini. Biasanya, lebih baik aku yang keluar menemui mereka ke kota. Karena bagiku, aku sudah terbiasa dengan jalanan yang rusak sehingga tidak begitu terasa.
Terlebih lagi ketika aku tahu kalau Mbak Indah mau ke sini. Rasanya aku minder karena memang aku tinggalnya di pelosok desa dengan kondisi rumah yang bisa dibilang tidak layak. Lebih layak untuk kandang sapi saja.
Dan ternyata Mbak Indah orangnya baik banget. Dia dan anak-anaknya tetap merasa nyaman dengan kondisi rumahku yang apa adanya. Tidak seperti yang aku bayangkan. Mungkin aku kebanyakan nonton sinetron yang dimana orang kaya selalu merendahkan orang miskin. Tapi, Mbak Indah tidak seperti itu. Dia sangat ramah, baik dan nyaman banget. Juga ketiga anaknya yang masih kecil-kecil. Sepertinya mereka sudah diajarkan menjadi orang yang sederhana meskipun kehidupan mereka bisa dibilang berada.
Ini bukan pertama kalinya aku mendapat kunjungan dari teman-temanku di Balikpapan. Sudah ada beberapa teman yang memang sengaja datang untuk memberikan donasi buku ke taman baca.
Aku memang bukan orang kaya. Tapi aku tidak perlu menunggu jadi kaya hanya untuk bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitarku. Bagiku, rejekiku sudah digariskan oleh Allah dan tidak akan berkurang sedikitpun walau banyak rizki yang aku berikan untuk orang lain. Sebab Allah juga yang mengetuk hatiku untuk peduli pada sesama, maka Dia tidak akan membiarkan aku berada dalam kesulitan. Selalu ada pertolongan-Nya ketika aku dalam keadaan paling sulit sekalipun.
Satu hal yang aku harapkan, semoga aku tidak pernah berubah walau kini Allah sedang mengujiku dengan kesulitan. Aku ingin tetap bisa bermanfaat. Kalau bisa, aku justru ingin mendirikan lagi taman baca di pelosok-pelosok desa supaya bisa memberikan mereka manfaat. Anak-anak di pelosok desa juga punya hak untuk mendapatkan akses informasi agar mereka tidak terus-menerus tertinggal, baik secara informasi maupun ekonomi.
Terima kasih untuk teman-teman penulis di seluruh Indonesia yang sudah banyak membantu saya.
Ini tulisan pertama saya di Kaskus dan semoga bisa terus menerus memberikan manfaat dari tulisan-tulisan saya.
Terima kasih untuk kawan-kawan yang sudah berkenan membaca tulisan saya. Semoga membuatku semakin semangat untuk menulis di sini.
Salam hangat,
Rin Muna
Samboja, 10 Maret 2019
1