Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Tuesday, February 4, 2025

Perfect Hero Bab 53: Suami Idaman

 


“Anak itu nyebelin banget sih!?” dengus Lili kesal.

 

“Siapa?” tanya Sofi.

 

“Siapa lagi kalau bukan Yuna!?” sahut Lili kesal.

 

Sofi menghela napas. “Kita juga nggak bisa apa-apa. Dia juga sebenarnya punya posisi yang tinggi. Kalau dibandingkan sama Galaxy Group, Wijaya Group bener-bener nggak ada apa-apanya.”

 

Lili menghela napas. Ia mondar-mandir sambil terus memikirkan cara untuk melawan Yuna.

 

“Kamu tahu kan kalau PT. Jaya Agung aja sudah diambil alih sama GG?”

 

“Aku tahu. Makanya, kita harus hati-hati banget waktu ngelawan dia. Lagian, dia udah tahu identitasku.”

 

“Maksud kamu?”

 

“Mmh ... kamu udah tahu apa belum sih wajahnya si pemilik GG itu?” tanya Lili.

 

Sofi menggelengkan kepala.

 

“Semua orang ngasih julukan Si Iblis Berdarah Dingin karena sikapnya yang angkuh, sombong dan ... “

 

“Apa?”

 

“Seorang Direktur atau CEO dengan kekuatan sebesar itu, pastinya sudah punya banyak pengalaman  dan berumur banyak. Jangan-jangan, suaminya Yuna ini sebenarnya sudah tua.”

 

Sofi langsung menatap Lili. “Bisa jadi.”

 

“Gimana kalau kita cari kelemahan Yuna?”

 

“Maksud kamu?”

 

“Kita kan belum pernah lihat suaminya itu. Nggak banyak orang yang tahu gimana suami Yuna sebenarnya. Cuma denger namanya doang. Kita ikuti aja dia waktu pulang kerja. Kita fotoin, sebenarnya suaminya itu masih muda atau sudah tua.”

 

“Hmm ... ide kamu bagus juga.” Sofi manggut-manggut.

 

“Kalo udah dapet fotonya, kita bisa buktikan kalau suami Yuna itu sudah tua atau masih muda.”

 

“Iya.” Sofi menganggukkan kepala. “Eh, tapi ... bukannya kamu pernah bilang kalau pernah ketemu sama dia bareng cowok ganteng di restoran? Jangan-jangan, emang itu suaminya Yuna?”

 

“Belum tentu. Bisa aja kan dia di luar jalan sama cowok lain. Secara, dia malu sama suaminya sendiri yang udah tua.”

 

Sofi mengangguk-anggukkan kepalanya. “Iya juga ya? Ternyata ... Yuna juga suka nyewa cowok ganteng buat jalan keluar?”

 

“Iya. Sekarang kan banyak cowok sewaan yang bisa diajak keluar buat bergaya. Pulang kerja nanti, kita ikutin Yuna. Dia kan biasanya dijemput sama suaminya dan suaminya itu nggak pernah turun dari mobil.”

 

“Pernah kali.”

 

“Kapan?”

 

“Waktu itu, aku denger karyawan cerita.”

 

“Apa kata mereka?”

 

“Katanya sih masih muda, ganteng dan kaya raya.”

 

“Kamu lihat sendiri?”

 

Sofi menggelengkan kepala.

 

“Bisa aja kan itu cuma supir pribadi yang masih muda dan dipake sama Yuna buat pura-pura jadi suaminya?”

 

“Mmh ... iya juga sih.”

 

“Kalo gitu, sore ini kita harus buktiin, gimana suami Yuna yang sebenarnya.”

 

Sofi menganggukkan kepala.

 

Lili tersenyum penuh kemenangan. Ia sangat ingin memperlakukan Yuna seperti Yuna mempermalukan dirinya di depan orang banyak.

 

Saat jam kerja usai, Yuna melangkahkan kaki keluar dari kantor sambil menerima telepon dari suaminya.

 

“Iya, sayangku. Ini aku udah nyanpe di lobi,” tutur Yuna.

 

Lili dan Sofi yang berada di pintu masuk kantornya langsung tersenyum sinis menatap Yuna.

 

“Nunggu dijemput Oom ya?” celetuk Lili.

 

Yuna hanya melirik ke arah Lili dan terus berbicara di telepon dengan suaminya.

 

“Aku udah keluar kantor. Kamu di mana?”

 

“Sebentar lagi sampai,” jawab Yeriko.

 

Tiba-tiba, Lamborghini berwarna biru berhenti tepat di depan Yuna.

 

Yuna bergeming, ia tetap mengedarkan pandangannya. Menunggu mobil Land Rover putih yang biasa menjemputnya.

 

Yeriko langsung membuka kaca mobil dan tersenyum ke arah Yuna. “Nunggu taksi, Mbak?” godanya.

 

Yuna langsung menatap Yeriko. “Loh?” Ia menghampiri mobil Lamborghini tersebut. “Taksi semewah ini, berapa tarifnya?” tanya Yuna menanggapi candaan Yeriko.

 

“Naik taksi ini, bayarnya nggak pake uang.”

 

“Terus, pake apa dong?” tanya Yuna sambil menatap wajah Yeriko.

 

Yeriko langsung mengecup bibir Yuna. Membuat pipi Yuna menghangat.

 

Di belakang Yuna, ada Lili dan Sofi yabg terperangah melihat Yeriko yang begitu tampan dan elegan dengan mobil mewah bersamanya. 

 

“Li, itu suaminya Yuna? Ganteng banget!” celetuk Sofi.

 

“Heh!? Jangan lupa sama misi kita!” sahut Lili sambil menyenggol lengan Sofi.

 

“Oh iya.” Lili langsung mengeluarkan ponsel dan bersiap memotret Yuna dan suaminya.

 

“Ngapain?” tanya Lili.

 

“Fotoin Yuna.”

 

“Kalau kayak gini, mana bisa kita pake buat jatuhin Yuna!”

 

“Terus?”

 

Lili langsung menoyor kening Sofi. Ia terus memerhatikan cowok yang berada dalam mobil Lamborghini tersebut.

 

Sementara itu, Yuna masih mengajak Yeriko mengobrol dan belum juga beranjak pergi.

 

“Beruang, kamu lihat dua cewek yang ada di pintu masuk itu?” tanya Yuna.

 

Yeriko langsung melirik ke arah pintu masuk. “Iya. Kenapa?”

 

“Mereka masih perhatiin kita?”

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Iya. Emang kenapa? Ada masalah sama mereka?”

 

Yuna menggelengkan kepala. “Nggak ada sih. Cuma bingung aja, kenapa mereka masih belum pergi juga.”

 

“Ya udah sih. Kita pulang sekarang.”

 

“Tapi ... tunggu mereka pergi dulu!” pinta Yuna.

 

Yeriko mengernyitkan dahi. “Emangnya ada apa?”

 

“Nanti aku ceritain. Oh ya, mobil kamu ke mana? Ini mobil siapa yang kamu pake?” tanya Yuna.

 

“Mobilku. Yang kemarin udah aku jual. Pengen ganti mobil aja. Gimana? Kamu suka nggak?”

 

Yuna tersenyum senang melihat mobil yang ada dipakai oleh Yeriko. “Keren!”

 

Yeriko tersenyum. Ia membuka pintu mobil dan keluar. Yeriko berdiri tepat di depan Yuna.

 

“Kita harus gimana?” tanya Sofi pada Lili yang berdiri di sebelahnya.

 

“Bentar. Kita samperin aja cowok itu dan tanyain langsung dia itu siapa.”

 

“Berani?”

 

“Berani dong!” sahut Lili. Ia langsung  menarik lengan Sofi dan mengajaknya menghampiri Yuna dan Yeriko.

 

“Hai ...!” sapa Lili sambil tersenyum manis ke arah Yuna dan Yeriko.

 

Yeriko hanya tersenyum kecil  menanggapi sapaan dari Lili.

 

Sedangkan Sofi tidak memiliki keberanian sedikit pun saat mendapati tatapan Yeriko yang begitu dingin.

 

Yuna juga ikut tersenyum menatap Lili dan Sofi.

 

“Ini siapa, Yun? Kenalin dong ke kita!” pinta Lili sambil tersenyum ke arah Yeriko.

 

Yuna membelalakkan mata begitu melihat raut wajah Lili. Ia merasa kalau Lili sangat menyukai Yeriko dan membuatnya kesal. Ia langsung merapatkan tubuhnya ke tubuh Yeriko dan merangkul lengannya begitu erat.

 

“Namaku Lili, temen kerjanya Yuna.” Lili mengulurkan tangan ke arah Yeriko.

 

Yeriko tersenyum dan membalas uluran tangan Lili. “Yeriko, suaminya  Yuna.”

 

“Oh ... jadi, kamu beneran suaminya Yuna?”

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Kenapa kalian nggak terlihat seperti orang yang sudah menikah?” tanya LiLi.

 

“Maksud kamu?”

 

Lili tersenyum menatap Yeriko. “Aku nggak pernah lihat Yuna pakai cincin pernikahan. Apa kalian sebenarnya belum menikah? Cuma kumpul kebo doang?”

 

“Jaga mulutmu!” sentak Yeriko sambil menunjuk wajah Lili.

 

Lili hanya tersenyum kecil. “Yah, Cuma dugaan doang. Atau ... jangan-jangan si Yuna emang nggak mau kalo ada orang lain yang tahu dia udah menikah? Bukannya dia masih muda banget. Bisa aja kan kamu dengan sengaja nyembunyikan cincin pernikahan kamu supaya bisa cari mangsa baru?” cerocos Lili sambil menatap Yuna.

 

“Jangan sembarangan ya kalo ngomong!” sentak Yuna.

 

Lili tersenyum kecil. Ia kembali menatap Yeriko. “Kamu harus hati-hati sama perempuan kecil ini. Dia itu Cuma pembohong perasaan. Statusnya aja yang udah bersuami. Tapi, masih suka aja godain cowok lain.”

 

“Kamu jangan fitnah ya!” ancam Yuna. “Aku nggak pernah godain cowok manapun!” tegasnya.

 

Lili tersenyum sinis ke arah Yuna. “Kalo nggak godain, kenapa masih suka ketemu sama Lian?”

 

Yuna gelagapan mendengar pertanyaan Lili. “Jangan sembarangan ya kalo ngomong!”

 

“Aku nggak sembarangan ya. Belli sendiri yang ngomong kalau kamu masih mau ngerebut Lian.”

 

Yuna tergelak mendengar ucapan Lili. “Aku sama sekali nggak tertarik sama Lian. Jelas-jelas, masih lebih baik suamiku.”

 

Yeriko tersenyun senang saat Yuna menatapnya penuh kehangatan.

 

 

 ((Bersambung ...))

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas