Aku bener-bener nggak menyangka kalau akan momen seperti ini di taman bacaku. Setelah 6 tahun berdiri, akhirnya komunitas taman bacaku mendapatkan perhatian dari pemerintah. Kami mendapatkan bantuan dari Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk mengadakan beberapa kegiatan di daerah kami. Salah satunya, ialah kegiatan penguatan Komunitas Literasi yang ada di daerah.
Awalnya, aku bingung mau bikin kegiatan apa untuk komunitas-komunitas literasi di Samboja. Pasalnya, aku nggak punya banyak akses untuk bergabung dengan komunitas literasi Samboja, atau bahkan tidak ada komunitasnya? Karena selama 6 tahun bergerak di kegiatan sosial dan pendidikan, aku hanya mengenal 2 komunitas literasi atau taman baca, yakni Macan Dahan (Ali Sadli) dan TBM Cahaya Ilmu (Ahmad Ismail). Selebihnya, aku malah tidak tahu menahu tentang keberadaan komunitas-komunitas literasi yang ada di Samboja. Entah mereka yang menutup diri atau aku yang kurang bergaul?
Pada akhirnya, aku memilih untuk membuat kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan komunitas kami. Mungkin, akan sesuai juga dengan komunitas-komunitas lain yang ada di Samboja. Aku dan teman-teman relawan di Rulika, sepakat untuk mengadakan Workshop Pengelolaan Bahan Pustaka, Sosial Media, dan Jurnalistik.
Tiga materi ini, rasanya penting banget untuk para pengelola komunitas. Yang pertama, sebuah komunitas harus memiliki bahan informasi yang baik bagi anggotanya agar memaksimalkan komunitas sebagai tempat untuk belajar dan berkembang. Yang kedua, komunitas harus bisa mengelola sosial media untuk mengkampanyekan kegiatan-kegiatan komunitas, juga mensejahterakan anggotanya. Yang ketiga, komunitas harus memiliki kemampuan jurnalistik yang baik agar setiap tulisan atau berita yang diposting berdasarkan fakta dan dapat dipertanggungjawabkan.
Ini adalah pertama kalinya aku menjalankan program secara mandiri. Sebelumnya, kegiatan-kegiatan di taman baca masih dibantu oleh salah satu yayasan di kota Balikpapan. Ternyata nggak mudah untuk bisa menjalankan program-program seperti ini. Sejak bulan Juli, aku sudah riweh dengan syarat administrasi yang harus dipenuhi oleh komunitas. Di bulan Agustus hingga September, masih disibukkan dengan revisi proposal dan RAB agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan sesuai dengan juknis dari Pusbin Kemendikbudristek. Bulan Oktober, tentunya disibukkan dengan persiapan kegiatan. Mulai dari belanja perlengkapan, hingga design kegiatan.
Aku sangat terharu karena tim panitia pelaksana sudah bekerja keras mewujudkan kegiatan-kegiatan ini. Tidak ada yang bisa membalas semua rasa lelah ini kecuali berkah dari Allah SWT. Karena bekerja di komunitas adalah bekerja untuk Tuhan. Hasilnya, kita tidak bisa menebak. Tapi ... Allah akan selalu memberikan kehidupan terbaik ketika kita melakukan hal bermanfaat untuk orang lain dengan tulus.
Suatu saat, Tuha akan menguji ketulusan kita dengan banyak penderitaan. Jangan sampai, ketulusan kita luntur dan merasa tidak diapresiasi oleh siapa pun. Karena apresiasi terbaik adalah ketika Allah memudahkan segala urusan kita.
Terima kasih banyak untuk panitia, narasumber, dan peserta yang sudah aktif berpartisipasi pada kegiatan ini. Semoga kegiatan ini bukanlah yang pertama dan terakhir kalinya. Semoga, ada banyak kegiatan-kegiatan literasi di Samboja yang mampu membuat Samboja menjadi daerah yang maju dan tidak hilang dari peradaban.
Kutai Kartanegara, 06 Oktober 2024
0 komentar:
Post a Comment